Ilustrasi banjir. ANTARA/ZAbur Karuru
Pemerintah Myanmar mengatakan tim penyelamat tengah bekerja keras membantu puluhan ribu penduduk yang terjebak karena banjir yang mencapai atap rumah. Situasi itu menyebabkan penduduk di pedalaman terpaksa menggunakan perahu dan rakit buatan sendiri menuju ke tempat yang lebih aman.
Rute-rute yang menuju ke kota-kota yang berada di pedalaman bagian utara dan barat Myanmar juga mengalami kerusakan, menyebabkan tim penyelamat mengalami kesulitan untuk mengetahui kerusakan nyata akibat bencana tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa sungai-sungai kini meluap dan mengancam lebih banyak daerah ketika Asia dilanda hujan monsun. "Logistik amat sulit. Tim peninjau susah sampai ke daerah yang terkena banjir," kata juru bicara PBB, Pierre Peron, seperti yang dilansir Mstar, Selasa, 4 Agustus 2015.
Peron mengatakan PBB khawatir dengan situasi ini. Meski banjir di sebagian wilayah mulai surut, air sungai masih meluap dan menenggelami daerah baru. Hujan terus menerus pada minggu lalu diperparah oleh siklon Komen yang membawa angin kencang dan hujan lebat di barat negara itu.
Penduduk dekat Kota Kalay, wilayah Sagaing di sebelah barat laut Myanmar, masih terjebak akibat banjir yang menenggelamkan rumah mereka. "Tidak ada peringatan langsung, kami sangka ini musim banjir biasa," kata seorang korban banjir berusia 30 tahun, Aye Myat Su.
Sejak beberapa hari lalu, ratusan orang juga tewas di India, Nepal, Pakistan dan Vietnam akibat banjir dan longsor selama musim hujan.
Credit TEMPO.CO