Rabu, 03 Juni 2015

Aquino Bandingkan Ekspansi China dengan Nazi


Aquino Bandingkan Ekspansi China dengan Nazi  
Presiden Filipina Benigno Aquino membandingkan kegiatan terselubung China di Laut China Selatan dengan ekspansi yang dilakukan oleh Nazi Jeerman sebelum PD II. (Reuters/Romeo Ranoco)
 
 
Jakarta, CB -- Presiden Filipina Benigno Aquino membandingkan kegiatan terselubung China di Laut China Selatan dengan ekspansi yang dilakukan oleh Nazi Jeerman sebelum Perang Dunia Kedua.

Aquino sebelumnya diperkirakan akan meningkatkan hubungan pertahanan dengan Jepang setelah ia bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Kamis pekan lalu. Kedua pemimpin itu mendesak Beijing untuk memikirkan kembali proyek reklamasi mereja di wilayah perairan yang disengketakan.

China menjadi makin agresif di Laut China Selatan dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengklaim 90 persen Laut China Selatan, dan membangun reklamasi di wilayah sengketa.

Ditanya tentang strategi “penyeimbangan” Washington untuk Asia dan gerakan maritim China, Aquino menyarankan peran AS adalah kunci, dan menyinggung perluasan wilayah Nazi Jerman sebelum Perang Dunia II.


"Jika ada kekosongan, jika Amerika Serikat, yang merupakan negara adidaya, mengatakan ‘Kami tidak tertarik', mungkin tidak ada rem untuk ambisi negara-negara lain," katanya pada acara yang disponsori oleh surat kabar bisnis, Nikkei.

Merujuk pada film dokumenter tentang ekspansi Jerman sebelum PD II, Aquino menambahkan: "Para komentator di dokumenter tersebut mengatakan, ‘Jika seseorang mengatakan berhenti untuk (Adolf) Hitler pada suatu waktu, atau kepada Jerman pada waktu itu, bisakah kita menghindari Perang Dunia Dua?'"

"Jadi, saya katakan lagi, (strategi) penyeimbangan kembali dari AS mengirimkan sinyal yang pasti bahwa kita semua seharusnya hidup di bawah norma-norma yang kita disepakati."

Kementerian Luar Negeri China terkejut akan komentar yang ”keterlaluan dan tidak masuk akal" oleh Aquino itu, yang pernah ia lontarkan pula tahun lalu.

"Saya pernah lebih serius memperingatkan orang-orang tertentu di Filipina untuk menyingkirkan ilusi mereka dan bertobat, menghentikan provokasi dan hasutan, dan kembali ke jalan yang benar menggunakan saluran bilateral untuk berbicara dan menyelesaikan sengketa ini," kata juru bicara Kementerian, Hua Chunying.

Pemimpin Filipina juga mengatakan proyek reklamasi di Laut Cina Selatan oleh Beijing tampaknya melanggar perjanjian internasional.

China dan sepuluh negara ASEAN menandatangani perjanjian pada 2002 untuk menahan diri menempati terumbu dan beting yang tak berpenghuni di Laut China Selatan, dan membangun struktur baru yang akan menyulitkan perselisihan.

"Mungkin mereka harus memeriksa kembali semua upaya ini dan melihat apakah atau ini diperlukan atau tidak mengingat ketegangan meningkat,” lanjut Chunying.

Selama kunjungan kenegaraan Aquino, Tokyo dan Manila cenderung setuju untuk memulai pembicaraan tentang kerangka kerja untuk alutsista dan teknologi, langkah terbaru oleh Abe untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara Asia guna menghadapi ambisi angkatan laut China.

Jepang, yang tahun lalu melonggarkan pembatasan ekspor senjata, sudah memiliki perjanjian tersebut dengan Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Perancis.

Jepang tidak memiliki klaim teritorial di Laut China Selatan, tetapi terlibat dalam sengketa terpisah dengan Beijing atas pulau kecil di Laut China Timur.



Credit  CNN Indonesia