Selasa, 07 November 2017

Pertemuan Xi-Trump Tentukan Masa Depan Cina-AS


Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping.


CB, BEIJING -- Pertemuan Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald Trump yang akan melakukan kunjungan ke Beijing pada Rabu (8/11) hingga Jumat (10/11) akan menentukan masa depan hubungan Cina dan Amerika Serikat.

Trump merupakan kepala negara pertama yang melakukan kunjungan kenegaraan setelah Kongres ke-19 Partai Komunis Cina yang kembali memutuskan Xi sebagai Sekretaris Jenderal partai tersebut.

"Kami punya banyak persyaratan dalam kunjungan kenegaraan itu," kata Duta Besar Cina untuk AS Cui Tinkai sebagaimana dikutip Kantor Berita Xinhua, Senin (6/11).

Selain upacara penyambutan dengan karpet merah, pembicaraan formal, dan jamuan makan, Presiden Xi dan mitranya itu memiliki beberapa agenda informal, demikian Wakil Menteri Luar Negeri Cina Zheng Zeguang. Menurut Cui, sejumlah agenda informal tersebut bukan untuk konsumsi publik karena merupakan hal istimewa bagi Trump dan keluarganya untuk belajar lebih banyak tentang sejarah, budaya, dan rakyat Cina.

"Kedua kepala negara tersebut memiliki agenda pembicaraan penting terkait peningkatan hubungan bilateral," kata Cui.

Pada April lalu, keduanya telah menghabiskan waktu lebih dari tujuh jam dalam dialog di real estate milik Trump, Mar-a-Lago, di negara bagian Florida, AS.

"Pertemuan informal nanti akan menghasilkan suasana yang kondusif dalam jalinan kemitraan dan persahabatan antarkedua kepala negara," kata Direktur Studi Amerika di China Institute of Contemporary International Relations, Da Wei.

Kerja sama perdagangan dan isu Semenanjung Korea merupakan topik utama pertemuan kedua kepala negara di Beijing itu. Nilai perdagangan kedua negara naik dari 2,5 miliar dolar AS pada 1979 menjadi 520 miliar dolar AS pada 2016 sebagaimana data Kementerian Perdagangan Cina.

Zheng mengatakan upaya untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan antara Cina dan AS adalah dengan memperbanyak ekspor AS ke Cina dan meningkatkan investasi kedua belah pihak. Upaya tersebut jauh lebih baik daripada membatasi impor barang dari Cina, demikian tambah Zheng.

"Kemitraan ekonomi kedua negara maju di bidang perekonomian di dunia itu harus terus menguntungkan kedua belah pihak," kata Cui.

Menurut Zheng, pihaknya akan selalu mendukung denuklirisasi di Semenanjung Korea dan masalah tersebut akan dibahas di meja perundingan nanti. Setelah kesepakatan pasar Cina kembali terbuka bagi sapi AS pada Juli yang merupakan bagian dari rencana aksi 100 hari peningkatan kerja sama ekonomi, daging sapi dari AS kembali tersajikan di meja-meja makan Cina.

Sejak pertemuan di Mar-a-Lago pada April, rencana aksi 100 hari telah menghasilkan beberapa kemajuan. Kerja sama bilateral juga akan dilakukan melalui mekanisme dialog yang mengarah pada diplomasi dan keamanan, ekonomi, penegakan hukum, keamanan siber, sosial, dan pertukaran antarmasyarakat kedua negara.

Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross diperkirakan mengajak seorang delegasi bisnis ke Beijing dalam pertemuan tersebut. Kunjungan Trump yang dilakukan beberapa hari setelah Kongres ke-19 PKC itu merupakan bentuk penegasan kembali terbukanya strategi win-win.




Credit  REPUBLIKA.CO.ID