Senin, 27 November 2017

Pangeran Mahkota Saudi: Teror Sinai Menggembleng Aliansi Militer Muslim




Pangeran Mahkota Saudi: Teror Sinai Menggembleng Aliansi Militer Muslim
Pangeran mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bersama delegasi dari negara-negara koalisi militer Muslim. Foto/Reuters



RIYADH - Serangan terhadap sebuah masjid di Mesir yang menewaskan lebih dari 300 orang akan menggembleng sebuah koalisi militer Islam. Koalisi ini bertujuan untuk melawan terorisme dan ekstrimisme.

Hal itu diungkapkan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman.

Pejabat tinggi pertahanan dari 40 negara berpenduduk mayoritas Muslim bertemu di Riyadh pada hari Minggu (27/11/2017). Mereka adalah bagian dari sebuah aliansi yang berkumpul dua tahun yang lalu oleh Pangeran Muhammed, yang juga menteri pertahanan Saudi.

"Serangan hari Jumat di Mesir adalah kejadian yang sangat menyakitkan dan harus membuat kita merenung dengan cara internasional dan kuat peran terorisme dan ekstremisme ini," kata Pangeran Muhammad kepada para delegasi.

Orang-orang bersenjata yang membawa bendera ISIS menyerang masjid di Sinai Utara. Kelompok negara-negara Muslim, yang disebut Koalisi Anti Terorisme Militer Islam, belum mengambil tindakan tegas terhadap serangan ini.

Para pejabat mengatakan bahwa kelompok tersebut akan mengizinkan anggota untuk meminta atau menawarkan bantuan satu sama lain untuk memerangi militan. Ini bisa termasuk bantuan militer, bantuan keuangan, peralatan atau keahlian keamanan. Kelompok tersebut, yang akan memiliki basis permanen di Riyadh, juga akan membantu memerangi pendanaan dan ideologi teroris.

"Ancaman terbesar dari terorisme dan ekstremisme tidak hanya membunuh orang-orang yang tidak bersalah dan menyebarkan kebencian, tapi menodai reputasi agama kita dan mendistorsi kepercayaan kita," kata Pangeran Muhammad kepada pejabat dari Timur Tengah, Afrika dan Asia seperti dilansir dari Reuters.

Irak dan Suriah, yang berada di garis depan pertempuran melawan Negara Islam, bukanlah anggota. Begitu juga dengan Iran yang nota bene adalah saingan regional Arab Saudi.

Qatar, yang awalnya merupakan bagian dari aliansi tersebut, tidak diundang ke pertemuan. Qatar masih diisolasi oleh kelompok yang dipimpin oleh Arab Saudi karena mendukung terorisme, tuduhan yang dengan tegas dibantah oleh Doha.

Sementara itu Abdulelah al-Saleh, seorang letnan jenderal Saudi dan sekretaris koalisi, mengatakan bahwa Qatar dikecualikan untuk membantu membangun sebuah konsensus untuk meluncurkan operasi. Dia juga mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak bertujuan menciptakan blok Sunni untuk melawan Iran.

"Musuhnya adalah terorisme. Bukan sekte atau agama atau ras, tapi terorisme," kata Saleh kepada wartawan. 

Saleh mengatakan bahwa inisiatif militer telah diajukan ke dewan menteri kelompok tersebut, namun dia tidak menjelaskannya.

Meskipun ada kesepakatan mengenai prinsip, anggota menyuarakan prioritas yang berbeda pada pertemuan tersebut. Delegasi Yaman mengatakan bahwa fokusnya adalah Iran, Al Qaeda dan ISIS, sementara Turki meminta "dukungan dari teman-temannya" terhadap separatis Kurdi.

Kritik mengatakan koalisi bisa menjadi sarana bagi Arab Saudi untuk menerapkan kebijakan luar negeri yang lebih tegas dengan memenangkan dukungan dari negara-negara Afrika dan Asia yang miskin dengan menawarkan bantuan finansial dan militer.

Bersamaan dengan tuduhan diplomatik terhadap Qatar, Arab Saudi juga memimpin sebuah perang melawan pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran di negara tetangganya, Yaman,

Saleh mengatakan Riyadh akan membayar tagihan USD 107 juta untuk pusat baru koalisi tersebut, namun mengatakan bahwa negara-negara lain dapat menawarkan dukungan finansial untuk inisiatif spesifik.



Credit  sindonews.com


Mohammed bin Salman Mengutuk Serangan di Mesir



Mohammed bin Salman Mengutuk Serangan di Mesir
Suasana penuh haru dan duka mendalam mengiringi pemakaman jenazah korban, setelah jenazah disalatkan di masjid setempat. AFP

CB, Jakarta - Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman mengutuk serangan di Masjid Rawdah, Mesir, yang menewaskan sedikitnya 300 orang pada Jumat, 24 November 2017.
Mohammed bin Salman juga mengirimkan kabel ucapan belasungkawa dan turut berduka kepada Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi sebagai korban serangan teroris di sebuah masjid di Sinai Utara.


Suasana penuh haru dan duka mendalam mengiringi pemakaman jenazah korban, setelah jenazah disalatkan di masjid setempat. AFP
"Saya menyampaikan kesedihan yang mendalam atas aksi teroris yang menjadikan masjid sebagai target serangan di Sinai Utara," kata Mohammed bin Salman.
"Saya mengutuk aksi kriminal ini yang menyasar orang-orang tak berdosa di rumah Allah. Saya juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban, semoga Allah merahmati," ucapnya.
Warga Mesir berjalan di depan Masjid Rawdah usai terjadinya aksi serangan bom dan tembakan di Ibukota Provinsi Sinai, Mesir, 24 November 2017. Masjid Rawdah dikenal sebagai Masjid Sufi, dimana sebelumnya para militan telah menculik dan memenggal seorang pemimpin sufi tua, karena menuduh pria itu melakukan sihir yang dilarang oleh Islam. AFP PHOTO
Sedikitnya 300 orang tewas, termasuk 27 anak dan 128 korban lainnya luka-luka setelah sekitar 30 orang bertopeng menyerang jamaah masjid yang sedang salat Jumat.

Presiden Mesir bersumpah akan mengejar pelaku dan tidak akan memberikan ampun kepada mereka. Selain dari kerajaan Arab Saudi, ucapan belasungkawa juga datang dari para pemimpin dunia.





Credit  TEMPO.CO