Kamis, 30 November 2017

Indonesia Kecam Rudal Korut, Desak Pyongyang Patuhi PBB


Indonesia Kecam Rudal Korut, Desak Pyongyang Patuhi PBB
Pemerintah Indonesia melalui Kemlu RI mengecam peluncuran rudal Korea Utara. (Defense Ministry/Yonhap via REUTERS)


Jakarta, CB -- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri RI mengecam peluncuran peluru kendali oleh Korea Utara yang "tidak sejalan dengan semangat untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas di kawasan dan dunia."

Kemlu RI menegaskan uji coba rudal yang kembali dilakukan Korut pada Rabu (29/11) setelah dua bulan tak menunjukkan aktivitas ini bertentangan dengan empat resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menuntut penghentian program rudal dan nuklir Pyongyang.

"Indonesia mendesak Korea Utara agar sepenuhnya memenuhi kewajiban internasionalnya, termasuk melaksanakan sepenuhnya resolusi DK PBB," bunyi pernyataan Kemlu RI yang diterima CNNIndonesia.com pada Rabu (29/11).


"Indonesia menegaskan kembali bahwa stabilitas di Semenanjung Korea sangat penting artinya. Indonesia mengajak semua negara untuk berkontribusi terhadap penciptaan perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea."


Peluncuran rudal ini dilakukan sepekan setelah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru untuk Pyongyang. Banyak pihak yang mengira sanksi AS bisa meredam ambisi Korut yang sejak 15 September lalu tak lagi melakukan uji coba rudal.

Namun, ternyata sanksi itu tak menggoyahkan pendirian negara komunis tersebut. Hari ini, sebuah rudal terbang ke timur dari Provinsi Pyongan Selatan, menurut Kepala Staf Militer Gabungan (JCS) yang dikutip AFP.

Pentagon AS menyatakan pihaknya telah mendeteksi sebuah "peluncuran rudal yang kemungkinan" berasal dari Korea Utara.

Sementara itu, kantor berita Yonhap melaporkan militer Korea Selatan telah melakukan sebuah latihan "penembakan [rudal] presisi" untuk menanggapi langkah Pyongyang.

Tanda-tanda Korut akan meluncurkan rudal sudah terdeteksi sejak kemarin, sebagaimana dinyatakan oleh Menteri Unifikasi Korea Selatan yang mengungkapkan ada tanda-tanda aktivitas tidak biasa di negara tetangganya.


Credit  cnnindonesia.com


Jepang sebut peluncuran rudal Korut "tak bisa ditoleransi"


Jepang sebut peluncuran rudal Korut "tak bisa ditoleransi"
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. (REUTERS/Toru Hanai)




Tokyo (CB) - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan pada Rabu bahwa peluncuran rudal terbaru Korea Utara adalah "tindakan kekerasan" yang "tidak bisa ditoleransi" setelah rudal balistik antarbenua jatuh di zona ekonomi eksklusifnya.

"Kami tidak akan menyerah pada tindakan provokatif apa pun. Kami akan memaksimalkan tekanan kami" terhadap Pyongyang, kata Abe kepada wartawan.

Menteri Pertahanan Jepang sebelumnya mengatakan bahwa rudal tersebut diperkirakan jatuh di zona ekonomi eksklusif Jepang. Departemen Pertahanan Amerika Serikat menyatakan rudal terbang sejauh sekitar 1.000 kilometer sebelum jatuh di Laut Jepang.

Jepang sudah "sepenuhnya berhasil melacak" rudal itu menurut Abe kepada wartawan.

"Kami sudah melayangkan protes keras," katanya sebagaimana dikutip AFP.

Dengan meluncurkan rudal tersebut, ia mengatakan, Korea Utara telah mengabaikan keinginan bersama dan kuat dari masyarakat internasional untuk mewujudkan solusi damai.

"Masyarakat internasional butuh menerapkan sepenuhnya sanksi-sanksi, secara serempak."

Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera kemudian memberi tahu wartawan bahwa rudal itu terbang selama 53 menit pada ketinggian jauh melebihi 4.000 kilometer.

"Kami tidak menerima laporan apa pun mengenai kerusakan pesawat atau kapal yang beroperasi dekat area itu (tempat jatuhnya rudal)," katanya.

Saat berbicara dengan parlemen, Abe mengatakan dia menegaskan kembali pentingnya peran China dalam krisis saat berbicara lewat telepon dengan Presiden AS Donald Trump dan memuji Beijing karena mempertahankan sanksi-sanksi terhadap Korea Utara.

"Pemerintah menyambut fakta bahwa China mengambil langkah-langkah nyata seperti embargo impor batu bara, produk kelautan, produk tekstil dan yang lainnya dari Korea Utara," kata Abe kepada komite parlemen.

"Sejujurnya, saya merasa China menjalankan perannya" berkenaan dengan sanksi-sanksi yang disepakati Perserikatan Bangsa-Bangsa, katanya.


Credit  antaranews.com


Rusia Kecam Uji Coba Rudal Balistik Antar Benua Korut


Rusia Kecam Uji Coba Rudal Balistik Antar Benua Korut
Foto/Ilustrasi/Istimewa


MOSKOW - Sebuah delegasi anggota parlemen Rusia yang saat ini tengah melakukan kunjungan persabatan ke Pyongyang akan menyampaikan kecaman Moskow atas uji rudal terbaru. Hal itu diungkapan oleh seorang anggota parlemen senior Rusia mengatakan.

"Sebuah delegasi Duma (majelis rendah parlemen Rusia), yang dipimpin oleh Kazbek Taisayev, saat ini berada di Pyongyang di bawah program 'Kelompok Persahabatan' dengan parlemen Korea Utara," kata Leonid Slutsky, ketua Komite Urusan Internasional Duma.

"Sejauh ini, kami tidak dapat membangun Setiap kontak dengan mereka.Tapi saya yakin bahwa anggota parlemen kita akan menyampaikan sikap Rusia selama pertemuan dan negosiasi dengan perwakilan kepemimpinan Korea Utara," sambungnya seperti dikutip dari TASS, Rabu (29/11/2017).

Anggota parlemen tersebut menggambarkan pengujian tersebut sebagai langkah lain yang tidak bertanggung jawab oleh Pyongyang, yang dimaksudkan untuk memicu ketegangan di wilayah.

"Namun, kita harus mengakui bahwa Washington dan Seoul dalam banyak kesempatan memprovokasi kepemimpinan Korea Utara melalui latihan retorika dan militer mereka yang bermusuhan di sekitar perbatasan Korea Utara," katanya.

"Sayangnya, semua pihak hanya terus menekan ketegangan, dan ini mungkin sangat buruk," sambungnya.

"Rusia tidak bisa menyingkir, karena semua peristiwa itu terjadi di sekitar perbatasan kita," Slutsky melanjutkan.

"Kami telah mengeluarkan banyak peringatan di semua tingkat mengenai konsekuensi bencana yang mungkin timbul dari kebijakan destruktif tersebut di seluruh dunia," ujar Slutsky.

"Moskow telah berulang kali mengatakan bahwa pihaknya tidak mendukung status nuklir Korea yang diproklamirkan sendiri dan mengecam peluncuran rudal yang dilakukan dengan melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB. Kami akan terus memperhatikan situasi ini dengan seksama," tukasnya.

Dia menambahkan bahwa masalah Semenanjung Korea tidak memiliki solusi militer. "Kita perlu melanjutkan pencarian penyelesaian diplomatik," katanya.

Uji coba rudal terbaru Korea Utara berlangsung pada hari ini, Rabu, pukul 03:17 waktu setempat. 

Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, peluncuran dilakukan dari Provinsi Pyongan Selatan menuju Laut Jepang. Rudal tersebut terbang ke timur, menempuh jarak 960 km, dengan ketinggian 4.500 km.

Ini adalah peluncuran pertama Korut setelah jeda 75 hari. Resolusi Dewan Keamanan PBB melarang Pyongyang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan senjata nuklir dan kendaraan untuk pengiriman mereka. Pyongyang tidak mengakui resolusi tersebut, dengan alasan hak untuk membela diri terhadap latar belakang kebijakan bermusuhan saat ini oleh Washington.

Pada bulan Juli, Korea Utara melakukan dua uji coba peluncuran rudal balistik. Pada tanggal 29 Agustus dan 15 September, ia meluncurkan dua rudal yang terbang di atas Jepang dan pada tanggal 3 September, ia mengumumkan sebuah uji sukses bom hidrogen.




Credit  sindonews.com



Prihatin soal Rudal, China Ajak Korut Mulai Berunding


Prihatin soal Rudal, China Ajak Korut Mulai Berunding
Jubir Kemlu China Geng Shuang menyatakan pihaknya sangat prihatin atas peluncuran rudal terbaru Korut dan mengajak negara itu mulai berunding. (AFPTV/Etienne Lamy-Smith)


Jakarta, CB -- China menyatakan "sangat prihatin" atas uji coba peluru kendali Korea Utara yang bisa menghantam seluruh daratan Amerika Serikat dan mengajak negara terisolasi itu untuk mulai merundingkan solusi damai atas krisis nuklir di kawasan.

"China menyatakan sangat prihatin dan menentang aktivitas peluncuran ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang sebagaimana dikutip AFP, Rabu (29/11).

Beijing "dengan keras mendorong" Korea Utara untuk memerhatikan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan "menghentikan tindakan yang meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea," kata Geng.


Dia mengatakan pendekatan terbaik yang bisa dilakukan Beijing adalah meminta Pyongyang menghentikan uji coba senjatanya dan memastikan Amerika Serikat menghentikan latihan militernya di kawasan.

Washington telah menolak pendekatan tersebut.

China berharap semua pihak akan mengupayakan "penyelesaian jalan damai" dari permasalahan ini, karena opsi militer bukan solusi penyelesaian krisis.


"Di saat yang sama, kami juga berharap pihak terkait akan bertindak hati-hati untuk bekerja sama demi perdamaian dan stabilitas kawasan."

Uji coba pertama sejak September ini dilakukan sepekan setelah Presiden AS Donald Trump kembali memasukkan Korut ke dalam daftar hitam pendukung terorisme sehingga bisa menjatuhkan sanksi lebih berat.


Korea Utara, yang melakukan uji coba nuklir terbesarnya pada September lalu, telah menembakan puluhan rudal uji coba di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, menentang serangkaian sanksi internasional yang telah dijatuhkan. Rudal yang terakhir ini memecahkan rekor ketinggian dan jarak yang pernah diccapai sejauh ini.

Korut menyatakan rudal baru ini mencapai ketinggian sekitar 4.475 kilometer--10 kali lebih tinggi dari ketinggian Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS--dan terbang sejauh 950 kilometer saat mengudara selama 53 menit.

Pejabat pemerintah AS, Jepang dan Korea Selatan semuanya sepakat rudal yang jatuh di zona ekonomi eksklusif Jepang itu kemungkinan besar ICBM. Walau demikian, Pentagon menyatakan uji coba itu tidak jadi ancaman bagi Amerika Serikat.



Credit  cnnindonesia.com

Presiden Korsel sebut uji rudal Korut "provokasi gegabah"


Presiden Korsel sebut uji rudal Korut "provokasi gegabah"
Arsip Foto. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menghadiri upacara penyambutan di Istana Kepresidenan Blue House di Seoul, Korea Selatan, Selasa (7/11/2017). (REUTERS/Kim Hong-Ji/cfo/17)




Seoul (CB) - Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in pada Rabu menyebut uji coba rudal Korea Utara sebagai "provokasi gegabah", dan memperingatkan bahwa situasi di semenanjung Korea berisiko berkembang tidak terkendali menjadi konflik besar.

Berpidato di rapat keamanan nasional mendadak, Moon mengatakan peluncuran terbaru rudal balistik antarbenua (Intercontinental Ballistic Missile/ICBM) Korea Utara, yang jatuh ke perairan di dekat Jepang, merupakan "provokasi ceroboh" yang akan meningkatkan ketegangan yang sudah tinggi ke level kritis.

"Situasinya bisa menjadi tidak terkendali jika Korea Utara menyelesaikan perkembangan rudal balistik yang bisa terbang ke benua berbeda," kata Moon sebagaimana dikutip AFP.

"Kita harus mencegah skenario ketika Korea Utara kemungkinan salah memperhitungkan situasinya dan mengancam kita dengan senjata nuklir, atau Amerika Serikat bisa mempertimbangkan serangan pencegahan (terhadap Korea Utara)," tambah dia.

Pyongyang melancarkan uji coba nuklir keenam sekaligus yang terbesar pada September, dan peluncuran Rabu merupakan uji coba sukses ketiga untuk ICBM, yang dianggap mampu mencapai hingga Amerika Serikat daratan.

Bersama Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Presiden Korea Selatan juga memperingatkan bahwa uji coba rudal balistik terbaru Pyongyang bisa menimbulkan ancaman global "mengerikan."

"Kedua pemimpin menggarisbawahi ancaman mengerikan yang ditimbulkan provokasi terbaru Korea Utara tidak hanya untuk Amerika Serikat dan Republik Korea, tapi untuk seluruh dunia," kata Gedung Putih mengenai percakapan telepon antara Trump dan Moon.

Trump juga berbicara dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggelar rapat darurat guna membahas peluncuran dugaan rudal balistik Pyongyang.



Credit  antaranews.com