Menurut sumber resmi Palestina, delegasi tersebut, yang memasuki Gaza melalui perserikatan Beit Hanoun (Erez), termasuk wakil kepala dokumen Palestina mengenai intelijen Mesir, Mayor Jenderal Hammam Abu-Zeid, dan Konsul Jenderal Mesir di Ramallah, Khaled Sami.
Dilansir di Middle East Monitor, Selasa (28/11), delegasi tersebut dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan partai rekonsiliasi termasuk Wakil Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA), Ziad Abu Amr, serta pejabat Hamas.
Pada pertengahan Oktober, Hamas dan Fatah bertemu di ibukota Mesir, Kairo, untuk membahas rekonsiliasi, di bawah naungan otoritas Mesir. Mereka sepakat untuk memajukan upaya rekonsiliasi serta membiarkan PA melaksanakan tanggung jawab dan kewenangannya atas Gaza.
Sebuah pertemuan baru-baru ini mengenai faksi-faksi Palestina berakhir dalam kebuntuan setelah gagal mencapai keputusan untuk mencabut sanksi yang dikenakan pada Gaza.
Selama beberapa hari terakhir, PA berulang kali menekankan bahwa memberdayakan pemerintah PA adalah prasyarat untuk membahas semua masalah nasional Palestina.
Kunjungan ini datang pada saat Hamas telah menyatakan kesediaannya untuk menawarkan fleksibilitas yang lebih besar kepada PA dengan syarat semua pegawai Hamas, yang ditunjuk setelah 2007, akan tetap pada posisi mereka saat ini. Ini juga menetapkan bahwa pembicaraan tentang senjata perlawanan Gaza tidak boleh dikompromikan.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
Fatah tidak Ingin Lucuti Senjata Hamas
Hal itu disampaikan juru bicara Fatah, Usamah al-Qawasmi. Seperti diketahui, Hamas memiliki sayap organisasi kemiliteran, Brigade al-Qassam, yang selama ini ikut berjuang melawan Israel dengan jalan senjata. Lebih lanjut, Usamah menegaskan bahwa Palestina sebagai negara berdaulat tentunya memerlukan angkatan bersenjata yang kompeten.
Faksi Fatah ingin mendiskusikan dengan Hamas tentang isu-isu keamanan. Bagaimanapun, pemerintah Palestina tidak bisa beroperasi dan menerapkan rencana-rencana keamanannya di Jalur Gaza tanpa kekuatan militer, jelas Usamah al-Qawasmi kepada Aljazeera, Senin (27/11).
Sebelumnya, pejabat Hamas, Khalil al-Hayya, mengadakan jumpa pers terkait pertemuan para perwakilan kedua faksi di Kairo, Mesir, beberapa hari lalu. Pertemuan tersebut dihadiri 13 pejabat politik dari Hamas dan Fatah.
Pada 12 Oktober lalu, pemimpin Hamas dan Fatah menandatangani perjanjian rekonsiliasi di Kairo, Mesir. Dokumen bersejarah ini menandakan awal baru bagi kedua faksi yang 11 tahun lamanya saling berseberangan.
Credit REPUBLIKA.CO.ID