Senin, 27 November 2017

Berbendera ISIS, Ini Pola Penyerangan Jamaah Masjid di Sinai


 Sebuah gambar ambil yang diambil dari rekaman video menunjukkan orang-orang dan ambulans menunggu untuk mengevakuasi korban di luar masjid yang diserang di kota utara Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Jumat (24/11).
Sebuah gambar ambil yang diambil dari rekaman video menunjukkan orang-orang dan ambulans menunggu untuk mengevakuasi korban di luar masjid yang diserang di kota utara Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Jumat (24/11).


CB, KAIRO -- Gerombolan bersenjata yang menyerang sebuah masjid di Sinai utara diketahui membawa bendera ISIS. Para pejabat Pemerintah Mesir, Sabtu (25/11), mengatakan para penyerang ini kemudian membantai jamaah yang sedang melaksanakan Shalat Jumat.

Kantor berita Mesir mewartakan bahwa jumlah korban meninggal dunia akibat teror ini bertambah menjadi 305 orang yang 27 di antaranya anak-anak. Militer Mesir menyatakan bahwa mereka telah melancarkan serangan udara dan penggerebekan semalaman terhadap para militan yang bertanggung jawab atas pembunuhan yang disebut sebagai serangan paling berdarah dalam sejarah modern Mesir.

Serangan itu juga membuat 128 orang luka-luka, sedangkan kejaksaan Mesir mengaitkan serangan itu dengan militan ISIS yang di Timur Tengah lebih sering disebut Daesh.

"Mereka berjumlah antara 25 dan 30 orang, membawa bendera Daesh dan mengambil posisi di depan pintu dan 12 jendela masjid itu, menenteng senapan otomatis," kata jaksa.

Gerombolan bersenjata yang sebagian mengenakan masker dan seragam ala militer tersebut mengepung masjid itu dengan menghalangi jendela-jendela dan pintu masuk untuk kemudian menembakkan senjata secara membabi buta ke dalam masjid. Jaksa mendapat cerita ini dari keterangan dan wawancara dengan saksi hidup yang terluka.

Para saksi mata menyatakan gerombolan bersenjata itu meledakkan bom pada akhir Shalat Jumat di Masjid Al Rawdah di Bir al-Abed, sebelah barat El-Arish. Kemudian menembaki jamaah shalat yang berusaha kabur, menembaki ambulans dan membakar mobil demi memblokir jalanan.

Foto-foto dari media pemerintah menunjukkan korban-korban yang bersimbah darah dan jenazah yang ditutupi selimut di dalam masjid itu.

Sementara itu, seperti dikutip Reuters, tentara Mesir mengatakan, "Angkatan Udara dalam beberapa jam terakhir telah membumihanguskan markas-markas yang digunakan oleh elemen-elemen teroris ini."




Credit  REPUBLIKA.CO.ID


Serangan di Masjid Sinai Utara Berlangsung Sekitar 20 Menit


 Sebuah gambar ambil yang diambil dari rekaman video menunjukkan orang-orang dan ambulans menunggu untuk mengevakuasi korban di luar masjid yang diserang di kota utara Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Jumat (24/11).
Sebuah gambar ambil yang diambil dari rekaman video menunjukkan orang-orang dan ambulans menunggu untuk mengevakuasi korban di luar masjid yang diserang di kota utara Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Jumat (24/11).



CB, KAIRO -- Setidaknya 305 orang, termasuk 27 anak-anak, meninggal dunia dalam serangan teror di masjid di Kota Bir Al Abd, Sinai Utara, Mesir, Jumat (24/11) waktu setempat. Selain itu, 128 orang mengalami luka-luka dan dirawat di sejumlah rumah sakit setempat. Serangan tersebut terjadi pada saat jamaah tengah melaksanakan ibadah shalat Jumat.
Menurut salah satu saksi mata, Ebid Salem Mansour (38 tahun), serangan tersebut terjadi sekitar 20 menit. Pada saat itu, imam shalat jumat tengah bersiap-siap naik ke mimbar untuk menyampaikan khutbah Jumat.
Namun, tiba-tiba terdengar suara tembakan dan diikuti ledakan. "Kami langsung menyadari, masjid ini tengah diserang," kata Ebid kepada Associated Press seperti dikutip CBS, Sabtu (25/11) waktu setempat.
Ebid, yang bekerja di pabrik garam di Bir al Abd itu, menuturkan, pada saat serangan terjadi, suasana di dalam masjid begitu mencekam dan para jamaah begitu panik serta histeris. Banyak jamaah yang meloncat melalui jendela dan berlarian di sekitar lorong menuju tempat mengambil air wudhu.
"Pada saat itu, semua orang tiarap dan menundukan kepalanya. Jika tidak, maka Anda akan tertembak. Pada awalnya, penembakan itu berlangsung secara acak, namun lama kelamaan tembakan itu mulai terarah," kata Ebid, yang mengalami dua luka tembak di kaki dan dirawat di Rumah Sakit di Kota Ismailia.
Ebid pun bersyukur bisa selamat dari serangan teror, yang disebut sebagai serangan teror paling mematikan dalam sejarah Mesir tersebut. "Saya tahu saya mengalami luka, tapi saat itu, saya dalam kondisi lebih takut daripada terluka. Saya seperti sudah begitu dekat dengan kematian," tuturnya.
Menurut keterangan Kepala Kantor Kejaksaan Mesir, Nabil Sadeq, serangan teror itu dilakukan sekitar 25 hingga 30 orang. Mereka menggunakan lima mobil jenis SUV dan berada di depan pintu masuk masjid.
Selain menggunakan bom, para pelaku serangan teror tersebut juga menembak menggunakan senjata otomatis. Tidak hanya itu, mereka juga membakar sejumlah kendaraan milik jamaah.
Sementara, menurut pejabat di Kementerian Kesehatan, sekitar 50 mobil ambulan dikerahkan untuk mengevakuasi korban dan membawanya ke rumah sakit terdekat. "Ada begitu banyak orang di dalam masjid tersebut. Masjid itu hanya masjid kecil," tutur pejabat Kementerian Kesehatan tersebut kepada Aljazirah TV.



Credit  REPUBLIKA.CO.ID



Saksi Bom Sinai: Adegan Mengerikan, Mayat-mayat Bertebaran di Luar Masjid


Saksi Bom Sinai: Adegan Mengerikan, Mayat-mayat Bertebaran di Luar Masjid
Para korban serangan bom bunuh diri di masjid Al-Rawda, Sinai, Mesir, tergeletak di dalam masjid. Serangan kelompok militan bakda salat Jumat kemarin tersebut menewaskan 235 orang. Foto/Al Arabiya


KAIRO - Saksi mata serangan bom bunuh diri di masjid Al-Rawda, Sinai, Mesir, menceritakan pemandangan mengerikan tak lama setelah serangan yang menewaskan 235 orang tersebut. Serangan bom dan penembakan terjadi usai salat Jumat, kemarin.

Para pejabat Mesir menyatakan, tragedi di masjid “kaum sufi” itu merupakan serangan teroris paling mematikan dalam sejarah modern Mesir. Selain merenggut 235 orang, sebanyak 109 orang lainnya terluka.

”Adegan itu mengerikan,” kata Ibrahim Sheteewi, saksi mata yang juga penduduk Bir al-Abed, tempat serangan teror tersebut berlangsung.”Mayat-mayat itu bertebaran di tanah di luar masjid. Saya berharap Tuhan menghukum mereka (pelaku) untuk ini,” ujar dia, seperti dikutip New York Times, Sabtu (25/11/2017).



Seorang petugas polisi Sinai mengatakan korban tewas termasuk setidaknya 15 anak. Salah seorang saksi menyebut korban jauh lebih banyak, di mana dia telah membantu mengumpulkan jasad 25 anak tersebut.

Belum ada pihak maupun kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri dan penembakan di masjid Al-Rawda.

Beberapa jam kemudian militer Mesir meluncurkan serangan udara dengan sejumlah pesawat jet tempur di dekat Bir al-Abed. Militer mengklaim, serangan balas dendam ini menewaskan sejumlah teroris dan fasiltas senjatanya.

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dalam pidatonya mengatakan bahwa tentara Mesir akan menanggapi tragedi serangan bom di masjid itu dengan kekerasan.


Dia meminta orang-orang Mesir untuk bersatu dalam menghadapi terorisme, dan bersumpah untuk membalas serangan tersebut. Presiden Sisi juga berjanji akan memulihkan keamanan dan stabilitas.

“Apa yang terjadi ditujukan untuk menghentikan usaha kita guna menghadapi terorisme, ini bertujuan untuk menghancurkan kehendak kita dan menggoyahkan kepercayaan orang-orang Mesir, namun kita teguh dan akan terus memerangi terorisme,” katanya.

Presiden Sisi telah menginstruksikan militer dan polisi untuk mengamankan semua tempat keagamaan di Sinai setelah serangan bom. 

Pihak berwenang Mesir sebelumnya menutup jalur perbatasan Rafah yang baru dibuka dengan Gaza setelah serangan tersebut dengan alasan keamanan.

Para pemimpin dunia dengan cepat mengecam serangan di masjid tersebut. Presiden Amerika Serikat Donald Trump, misalnya, mencelanya sebagai ”serangan mengerikan dan pengecut”.



Credit  sindonews.com


Mesir Balas Dendam atas Tragedi Bom Horor Bakda Salat Jumat


Mesir Balas Dendam atas Tragedi Bom Horor Bakda Salat Jumat
Serangan udara jet-jet tempur Mesir sebagai pembalasan atas tragedi serangan bom bunuh diri di masjid Al-Rawdah usai salat Jumat kemarin. Foto/Al Arabiya


KAIRO - Pesawat-pesawat jet tempur militer Mesir mulai meluncurkan serangan udara di sekitar wilayah Sinai Utara sebagai balas dendam atas serangan bom bunuh diri di masjid Al-Rawdah yang menewaskan 235 jamaah salat Jumat. Serangan bom horor itu terjadi sesaat bakda salat Jumat.

Sumber keamanan mengatakan, serangan udara terkonsentrasi di beberapa daerah pegunungan di sekitar masjid Al-Rawdah di mana para militan bersenjata diyakini bersembunyi.

Militer Mesir menyatakan, sejumlah teroris yang terlibat dalam pembantaian 235 jamaah masjid Al-Rawda tewas dalam serangan udara.

“Sebagai bagian dari pencarian teroris yang bertanggung jawab atas penargetan para jamaah di masjid Al-Rawda di Al-Arish, angkatan udara menghancurkan sejumlah kendaraan yang terlibat dalam serangan teroris yang brutal tersebut,” kata juru bicara militer Mesir Kolonel Tamer Rifai, Sabtu (25/11/2017), seperti dikutip Reuters.


Rifai menambahkan, sejumlah pos yang berisi senjata dan amunisi milik teroris juga ditargetkan dan benar-benar hancur.

Dia menekankan bahwa aparat penegak hukum di Sinai Utara—bekerja sama dengan Angkatan Udara—akan terus menyisir benteng-benteng teroris dan melenyapkannya.

Sementara itu, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dalam pidatonya mengatakan bahwa tentara Mesir akan menanggapi tragedi serangan bom di masjid itu dengan kekerasan.



Dia meminta orang-orang Mesir untuk bersatu dalam menghadapi terorisme, dan bersumpah untuk membalas serangan tersebut. Presiden Sisi juga berjanji akan memulihkan keamanan dan stabilitas.

“Apa yang terjadi ditujukan untuk menghentikan usaha kita guna menghadapi terorisme, ini bertujuan untuk menghancurkan kehendak kita dan menggoyahkan kepercayaan orang-orang Mesir, namun kita teguh dan akan terus memerangi terorisme,” katanya.

Presiden Sisi telah menginstruksikan militer dan polisi untuk mengamankan semua tempat keagamaan di Sinai setelah serangan bom.

Pihak berwenang Mesir sebelumnya menutup jalur perbatasan Rafah yang baru dibuka dengan Gaza setelah serangan tersebut dengan alasan keamanan. 


Credit  sindonews.com


Mesir Bombardir Basis Pelaku Serangan Masjid Sinai


Mesir Bombardir Basis Pelaku Serangan Masjid Sinai
Tentara Mesir mengatakan serangan udara yang mereka lakukan telah menewaskan beberapa penyerang yang terlibat dalam serangan di sebuah masjid di Sinai. Foto/Istimewa


KAIRO - Tentara Mesir mengatakan serangan udara yang mereka lakukan telah menewaskan beberapa penyerang yang terlibat dalam serangan di sebuah masjid di Sinai. Dalam serangan saat salat Jumat itu, lebih dari 300 orang tewas, dan puluhan lainnya menderita luka-luka.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara militer Mesir Tamer Rifai mengatakan, Angkatan Udara Mesir mengejar para penyerang, yang menurut keterangan aparat di Sinai datang dan pergi dengan menggunakan kendaraan semi-truk.

"Angkatan Udara mengejar para teroris, dan menemukan, serta menghancurkan sejumlah kendaraan yang terlibat dalam serangan teroris yang brutal. Mereka yang berada di dalam kendaraan itu semuanya tewas," kata Rifai dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Jazeera pada Minggu (26/11).

Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi mengutuk serangan ekstrimis di sebuah masjid di Semenanjung Sinai. Al-Sisi menyebut pelaku sebagai kriminal dan pengecut, serta mengungkapkan belasungkawa kepada para korban dan keluarga mereka.

Al-Sisi mengatakan, serangan tersebut tidak akan luput dari hukuman dan bahwa Mesir akan gigih menghadapi perang melawan terorisme.

Jumlah korban tewas diketahui telah mencapai 305 orang. Serangan ini adalah salah satu serangan paling mematikan yang dilakukan oleh ekstrimis Islam dalam sejarah modern negara tersebut.

"Sedikitnya 27 anak-anak termasuk di antara korban tewas, dan 128 orang terluka, setelah gerilyawan menembaki jamaah yang tidak menaruh curiga, yang telah berkumpul di masjid al-Rawdah untuk shalat Jumat," ujar kepala jaksa Mesir Nabil Sadeq. 



Credit  sindonews.com



Pelaku Serangan di Sinai Tewas


Korban bom dan penembakan bergelimpangan di sebuah masjid dekat Kota Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Jumat (24/11).
Korban bom dan penembakan bergelimpangan di sebuah masjid dekat Kota Arish, Semenanjung Sinai, Mesir, Jumat (24/11).


CB, KAIRO -- Tentara Mesir melakukan serangan udara yang menewaskan beberapa orang yang diduga melakukan penyerangan di sebuah masjid di Sinai, Mesir, yang menewaskan 235 orang, Jumat (24/11). Militer Mesir memang ditugaskan mengejar para pelaku aksi maut tersebut.
Menurut laporan setempat, para penyerang datang dengan menggunakan empat unit kendaraan 4WD. Penyerang dilaporkan menggunakan kendaraannya untuk memblokade akses ke masjid.

Mereka menanam bahan peledak dan menyebabkan ledakan yang keras. Kelompok itu lalu melepaskan tembakan ke arah warga yang sedang beribadah. Tembakan berikutnya menargetkan orang-orang yang melarikan diri dari masjid dengan berondongan tembakan. Tak hanya itu, mereka juga menembaki ambulans yang berusaha membantu korban.
Gambar yang beredar di Twitter dan ditampilkan di TV Mesir menunjukkan puluhan tubuh berlumuran darah, tergeletak di lantai masjid. Sebagian besar wajah mereka ditutupi dengan kain putih, sementara jenazah lainnya terbungkus sajadah.

Sedikitnya 235 orang tewas dan 120 lainnya cedera. Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Presiden Abdul Fattah al-Sisi mengutuk serangan tersebut. Dia mengatakan dalam siaran televisi pada Jumat, pelaku penyerangan tidak akan luput dari tindakan hukum.
"Apa yang terjadi adalah usaha untuk menghentikan langkah kita dalam memerangi terorisme," kata Sisi dalam sebuah pidato di televisi, beberapa jam setelah serangan tersebut, seperti dilansir dari BBC, Sabtu (25/11).

Sisi juga menyebut aksi kejahatan itu sebagai tindakan pengecut. Angkatan bersenjata dan polisi, kata dia, akan mengembalikan keamanan dan stabilitas negara. "Angkatan bersenjata dan polisi akan membalaskan dendam para martir kami dan mengembalikan keamanan dan stabilitas dengan kekuatan maksimal," kata Sisi.
Dilansir dari Aljazirah, Sabtu, juru bicara militer Mesir Tamer Rifai mengatakan, angkatan udara Mesir mengejar para penyerang yang tiba di masjid Sinai. Beberapa jam setelah serangan tersebut, pesawat tempur Mesir menargetkan daerah pegunungan di sekitar Bir al-Abed.

Serangan terhadap jamaah terjadi sesaat setelah shalat Jumat di Masjid al-Rawda di Bir al-Abed, sebuah kota di Provinsi Sinai Utara, Mesir. Masjid tersebut terletak sekitar 40 kilometer (km) barat El Arish, ibu kota Provinsi Sinai Utara. Bir al-Abed berjarak sekitar 211 km dari Kairo.

Mesir telah bertahun-tahun berjuang melawan kampanye antipemerintah bersenjata di Semenanjung Sinai. Kampanye tersebut telah meningkat sejak militer Mesir menggulingkan presiden terpilih Mohamed Morsi dari Ikhwanul Muslimin pada pertengahan 2013.
Pada 2014, terjadi serangan berupa ledakan bom bunuh diri yang menewaskan 33 tentara. Sisi mengumumkan keadaan darurat di semenanjung tersebut dan menggambarkannya sebagai tempat bersarangnya teroris.

Serangan sebelumnya di Sinai sebagian besar menargetkan pasukan keamanan dan anggota minoritas Kristen Koptik Mesir. Masjid Bir al-Abed menjadi sasaran karena berada di luar kota utama provinsi tersebut.
Masjid tersebut juga menjadi sasaran karena dihadiri oleh anggota sekte sufi yang dianggap kafir oleh kelompok seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pada 2016, militan ISIS merilis gambar yang menunjukkan eksekusi seorang pemimpin religius sufi berusia 100 tahun.

Pasukan keamanan Mesir telah bertahun-tahun memerangi pemberontakan Islam di Semenanjung Sinai, dan militan yang berafiliasi dengan ISIS berada di balik sejumlah serangan mematikan di wilayah gurun pasir. Mereka biasanya menargetkan pasukan keamanan dan gereja Kristen. Serangan di masjid ini telah mengejutkan Mesir.
Pendapat serupa disampaikan seorang profesor di Universitas Nil di Kairo, Timothy Kaldas. Menurut dia, insiden tersebut sesuai dengan pola penyerangan ISIS. "Berpotensi, ini adalah serangan lain terhadap para sufi di Sinai Utara. Aksi ini adalah pembalasan terhadap suku yang bekerja sama dengan negara dalam tindakan keras terhadap ISIS," katanya.

Kaldas mengatakan, ISIS selalu bersedia menargetkan warga sipil. Hal ini juga terjadi, seperti dalam banyak serangan terhadap komunitas Kristen-Mesir, tahun lalu.
Kejadian tersebut adalah serangan paling mematikan dalam sejarah Mesir modern. Pemerintah Mesir pun mengumumkan masa berkabung selama tiga hari untuk para korban.

Presiden Mesir Sisi juga memerintahkan pembangunan mausoleum atau monumen peringatan untuk mengenang 235 orang yang dibunuh militan di Masjid al-Rawda, Sinai. Dalam pernyataannya, Presiden tidak mengatakan tempat monumen itu akan didirikan atau siapa yang akan ditugaskan untuk membangunnya.





Credit  REPUBLIKA.CO.ID