Kamis, 30 November 2017

Eks Menteri Nigeria: Budak Afrika Dimasak seperti Kebab oleh Geng Libya




Eks Menteri Nigeria: Budak Afrika Dimasak seperti Kebab oleh Geng Libya
Para migran tiba di sebuah pangkalan angkatan laut setelah diselamatkan penjaga pantai Libya di Tripoli. Foto/REUTERS/Ismail Zitouny



ABUJA - Seorang mantan menteri Nigeria mengungkap praktik mengerikan dari perdagangan budak di Afrika oleh geng di Libya. Menurutnya, orang-orang Afrika di Libya dijadikan budak, dijual, hingga dimasak seperti suya atau kebab Afrika.

Femi Fani-Kayode, mantan Menteri Budaya Nigeria, menyesalkan nasib orang-orang Afrika sub-Sahara yang tiba di pantai Mediterania. Mereka memimpikan kehidupan baru di Eropa tapi justru dipaksa menjadi budak.

Praktik perbudakan dan penjualan manusia ini juga pernah diungkap Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dalam laporannya bulan April lalu. IOM memperingatkan bahwa para migran dijual ke pasar budak.

Fani-Kayode mengatakan, tiga perempat dari orang-orang yang ditahan oleh kelompok kriminal di Libya berasal dari Nigeria selatan.

“75 persen dari mereka dijual ke perbudakan di Libya, yang organnya dipanen, tubuh dimutilasi dan dipanggang seperti suya (kebab Afrika), berasal dari Nigeria selatan,” tulis mantan menteri tersebut.

”Dipanggang hidup-hidup. Ini adalah apa yang orang Libya lakukan kepada orang-orang Afrika sub-Sahara yang mencari titik transit ke Eropa. Mereka menjualnya ke perbudakan dan pembunuhan, mutilasi, penyiksaan atau kerja sampai mati,” lanjut Fani-Kayode, seperti dikutip IB Times, Kamis (30/11/2017).

Mantan menteri yang merupakan pengacara tersebut juga mengkritik Presiden Nigeria Muhammadu Buhari karena tidak berbuat cukup banyak untuk melindungi korban.

Fani-Kayode mengeluhkan fakta bahwa penggulingan diktator Libya Muammar Gaddafi telah menciptakan kekosongan kekuasaan yang memungkinkan penjahat terorganisir berkembang di Libya.

”Bencana terbesar yang menimpa Afrika dalam 20 tahun terakhir adalah pembunuhan Muammar Gaddafi di Libya,” katanya. ”Yang kedua adalah datangnya kekuasaan Muhammadu Buhari di Nigeria.”

Sebuah operasi penyamaran baru-baru ini mengungkapkan bahwa para pria dijual ke pasar budak seharga USD400.

Menurut laporan CNN, penjualan budak dilakukan di pinggiran Ibu Kota Libya Tripoli, di mana pelelangan dilakukan untuk berbagai jenis pekerja manual. Sebuah video menunjukkan penjualan anak laki-laki yang kuat untuk melakukan pekerjaan di sektor pertanian. 

Seorang juru lelang dalam video itu terdengar bertanya kepada orang banyak; ”Apakah ada yang membutuhkan penggali? Ini adalah penggali, pria besar dan kuat, dia akan menggali.”


Credit  sindonews.com



Perbudakan Mengerikan, Nigeria Bawa Warganya Pulang dari Libya



Perbudakan Mengerikan, Nigeria Bawa Warganya Pulang dari Libya
Para migran Nigeria diterbangkan pulang dari Libya setelah praktik perbudakan yang mengerikan di Libya jadi sorotan global. Foto/NCFRMI



LAGOS - Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mengatakan, pemerintah mulai membawa pulang warganya yang terdampar di Libya. Langkah itu diambil setelah laporan tentang praktik perbudakan yang mengerikan di Libya jadi sorotan global.

Komentar Buhari muncul setelah CNN menayangkan rekaman yang menunjukkan bahwa para pria migran dilelang sebagai budak di sektor pertanian di Libya. Para migran itu diselundupkan kelompok pedagang budak melintasi Sahara.



Pemerintah Libya yang didukung PBB mengaku sedang sedang menyelidiki praktik perbudakan mengerikan yang terjadi di negara tersebut.

”Situasi di Libya, orang-orang yang dijual menjadi budak, sangat mengerikan dan tidak dapat diterima. Kami akan melakukan segalanya untuk melindungi warga dimanapun mereka berada,” tulis Buhari di akun Twitter-nya, seperti dikutip Reuters, Kamis (30/11/2017).

“Nigeria mulai membawa pulang semua orang Nigeria yang terdampar di Libya dan tempat lain,” ujarnya.

Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB mengatakan,  239 orang Nigeria terbang pulang dari Tripoli pada hari Selasa.

Menurut organisasi ini, para migran Nigeria berisiko jadi korban eksploitasi, penahanan dan pelecehan saat terdampar di Libya. Mereka menyeberangi Laut Tengah dengan harapan menemukan hidup baru di Eropa. 




Credit  sindonews.com