Yangon (CB) - Ribuan pemeluk Katolik berkumpul di Yangon
hari ini setelah menempuh perjalanan jauh lewat kereta dan bus, demi
menyambut Paus Fransiskus yang memulai lawatan ke Myanmar.
"Kami datang ke sini untuk melihat Bapa Suci. Peristiwa ini sekali terjadi dalam ratusan tahun," kata Win Min Set, pemimpin komunitas yang datang bersama 1.800 warga Katolik dari kawasan selatan dan barat Myanmar.
"Beliau sangat berpengetahuan ketika menyangkut masalah politik. Beliau akan menangani masalah dengan cerdas," kata dia merujuk kemungkinan Paus membahas Rohingya.
Lawatan ini begitu pelik sampai-sampai para penasihat Paus mengingatkan dia untuk tidak mengucapkan kata "Rohingya" di Myanmar, karena bisa memicu perlakuan buruk mayoritas Budha dan pemerintah terhadap minoritas Kristen Myanmar.
Sekitar 600 ribu Rohingya terusir dari Rakhine ke Bangladesh sejak akhir Agustus lalu ketika pemberontak Rohingya menyerang pos-pos keamanan dan markas tentara Myanmar sehingga memicu aksi balasan brutal dari militer.
Momen-momen paling menegangkan dari kunjungan Paus itu sendiri adalah pertemuan pribadinya dengan panglima angkatan bersenjata Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing, selain dengan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
Paus juga akan mengunjungi Bangladesh pada 2 Desember yang kemungkinan guna menemui pengungsi Rohingya.
Polisi antihuruhara dikerahkan di Yangon, kota terbesar di Myanmar, menjelang kedatangan Paus, sekitar 13.15 waktu setempat, sedangkan sekitar 150 ribu orang sudah mendapatkan diri untuk mengikuti misa bersama Paus yang dilaksanakan Rabu lusa.
"Saya harapkan beliau membawa perubahan dalam politik," kata Tunan Lahtoi (25) yang menempuh perjalanan dua hari satu malam dengan berkereta dari negara bagian Kachin di bagian utara Myanmar.
Sumber-sumber Vatikan mengungkapkan bahwa beberapa kalangan di Tahta Suci memandang kunjungan ini terlalu terburu-buru mengingat hubungan diplomatik antara Vatikan dan Myanmar baru dijalin Mei silam setelah kunjungan Suu Kyi.
Paus sudah mengucapkan kata Rohingya dalam dua kesempatan di Vatikan selama tahun ini saja.
Ketika ditanya apakah Paus akan mengucapkan kata "Rohingya" di Myanmar, juru bicara Vatikan Greg Burke dengan diplomatis menjawab bahwa Paus amat menerima masukan dari siapa pun, namun Burke menegaskan, "Kita akan melihatnya dalam lawatan itu, kata itu bukanlah kata terlarang."
"Kami datang ke sini untuk melihat Bapa Suci. Peristiwa ini sekali terjadi dalam ratusan tahun," kata Win Min Set, pemimpin komunitas yang datang bersama 1.800 warga Katolik dari kawasan selatan dan barat Myanmar.
"Beliau sangat berpengetahuan ketika menyangkut masalah politik. Beliau akan menangani masalah dengan cerdas," kata dia merujuk kemungkinan Paus membahas Rohingya.
Lawatan ini begitu pelik sampai-sampai para penasihat Paus mengingatkan dia untuk tidak mengucapkan kata "Rohingya" di Myanmar, karena bisa memicu perlakuan buruk mayoritas Budha dan pemerintah terhadap minoritas Kristen Myanmar.
Sekitar 600 ribu Rohingya terusir dari Rakhine ke Bangladesh sejak akhir Agustus lalu ketika pemberontak Rohingya menyerang pos-pos keamanan dan markas tentara Myanmar sehingga memicu aksi balasan brutal dari militer.
Momen-momen paling menegangkan dari kunjungan Paus itu sendiri adalah pertemuan pribadinya dengan panglima angkatan bersenjata Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing, selain dengan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
Paus juga akan mengunjungi Bangladesh pada 2 Desember yang kemungkinan guna menemui pengungsi Rohingya.
Polisi antihuruhara dikerahkan di Yangon, kota terbesar di Myanmar, menjelang kedatangan Paus, sekitar 13.15 waktu setempat, sedangkan sekitar 150 ribu orang sudah mendapatkan diri untuk mengikuti misa bersama Paus yang dilaksanakan Rabu lusa.
"Saya harapkan beliau membawa perubahan dalam politik," kata Tunan Lahtoi (25) yang menempuh perjalanan dua hari satu malam dengan berkereta dari negara bagian Kachin di bagian utara Myanmar.
Sumber-sumber Vatikan mengungkapkan bahwa beberapa kalangan di Tahta Suci memandang kunjungan ini terlalu terburu-buru mengingat hubungan diplomatik antara Vatikan dan Myanmar baru dijalin Mei silam setelah kunjungan Suu Kyi.
Paus sudah mengucapkan kata Rohingya dalam dua kesempatan di Vatikan selama tahun ini saja.
Ketika ditanya apakah Paus akan mengucapkan kata "Rohingya" di Myanmar, juru bicara Vatikan Greg Burke dengan diplomatis menjawab bahwa Paus amat menerima masukan dari siapa pun, namun Burke menegaskan, "Kita akan melihatnya dalam lawatan itu, kata itu bukanlah kata terlarang."
Credit antaranews.com