Selasa, 28 November 2017

Moskow Minta AS-Korut Tenang dan Mulai Berdialog


Moskow Minta AS-Korut Tenang dan Mulai Berdialog
Rusia meminta Amerika Serikat (AS), dan Korea Utara (Korut) untuk bernapas dan duduk di satu meja untuk menyelesaikan masalah yang ada. Foto/Istimewa


MOSKOW - Rusia meminta Amerika Serikat (AS), dan Korea Utara (Korut) untuk "bernapas" dan duduk di satu meja untuk menyelesaikan masalah yang ada. Menurut Moskow, penting bagi keduanya untuk bersikap tenang, agar bisa memulai sebuah proses dialog.

"Alternatif dialog dan negosiasi tidak ada. Tapi untuk memulai dialog ini, penting untuk pertama-tama santai, tenang, dan menghembuskan napas," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Igor Morgulov.

"Penurunan ketegangan antara AS, dan Korut benar-benar dapat membantu untuk menggeser situasi yang saat ini masih tegang," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Senin (27/11).

Sebelumnya, Morgulov mendesak dunia internasional untuk berhenti menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara (Korut). Dia menuturkan, penjatuhan sanksi secara radikal tidak akan menyelesaikan masalah, namun justru akan memperburuknya.

Dia kemudian mengatakan bahwa tidak ada yang bisa memberikan penilaian pasti mengenai tingkat kemajuan Pyongyang dalam pengembangan senjata nuklir, karena Korut enggan mengungkapkan masalah tersebut.

"Terkait dengan potensi dan kapasitas Korut, kami hanya bisa menebaknya karena Korea Utara adalah negara yang tertutup, dan tidak ada yang bisa memberikan jawaban pasti mengenai isu negara, dan tingkat kemajuan program nuklir Korut," ucapnya.



Credit  sindonews.com


Rusia Minta Dunia Berhenti Jatuhkan Sanksi pada Korut


Rusia Minta Dunia Berhenti Jatuhkan Sanksi pada Korut
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Morgulov mendesak dunia internasional untuk berhenti menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara (Korut). Foto/Istimewa


MOSKOW -  Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Morgulov mendesak dunia internasional untuk berhenti menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara (Korut). Dia menuturkan, penjatuhan sanksi secara radikal tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan memperburuknya.

"Saya tidak berpikir bahwa pengetatan tekanan akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan oleh para pengada kebijakan tersebut. Saya yakin bahwa jika tujuannya adalah membuat Korut meninggalkan program senjata nuklir dan rudal, namun itu akan menjadi hal terakhir bagi Korut untuk meninggalkan prgram rudal mereka," ucap Morgulov.

"Penguatan sanksi lebih lanjut terhadap Korut dapat menyebabkan negara ini berada di ambang krisis kemanusiaan," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Sputnik pada Senin (27/11).

Morgulov lalu mengatakan, tidak ada yang bisa memberikan penilaian pasti mengenai tingkat kemajuan Pyongyang dalam pengembangan senjata nuklir, karena Korut enggan mengungkapkan masalah tersebut.

Dia kemudian mencatat bahwa Rusia, dalam kontak reguler dengan Korut, selalu mendesak Pyongyang tidak melakukan uji coba nuklir, dan menegaskan bahwa program nuklir Pyongyang tidak dapat diterima.

"Terkait dengan potensi dan kapasitas Korut, kami hanya bisa menebaknya karena Korea Utara adalah tempat yang dicadangkan dan tidak ada yang bisa memberikan jawaban pasti mengenai isu negara dan tingkat kemajuan program nuklir Korea Utara," ucapnya.

Dia menambahkan, Rusia berharap untuk menghindari skenario apokaliptik yang disulut oleh serangangkaian kegiatan di kawasan tersebut. Morgulov menyebut pihaknya melihat adanya potensi besar akan sekenario yang sangat menghancurkan di kawasan itu. 


Credit  sindonews.com