WELLINGTON
- Para ilmuwan memperingatkan Selandia Baru berpotensi dilanda gempa
“megathrust” 9,0 skala richter (SR) yang disusul tsunami yang menjulang
tinggi. Gempa besar itu kemungkinan terjadi di zona yang hancur oleh
gempa besar tahun 2016 lalu.
Peringatan tersebut disampaikan para ilmuwan di lembaga penelitian GNS Science. Menurut kelompok ilmuwan di lembaga itu, zona subduksi Hikurangi—parit yang dalam di kerak bumi yang membentang di sepanjang pantai timur North Island Selandia Baru—sekarang aktif dan dapat memicu gempa berkekuatan 8,5-9,0 SR yang akan jauh lebih menghancurkan ketimbang bencana serupa tahun lalu.
”Kita perlu memikirkan (gempa) Jepang tahun 2011, pada dasarnya, jika seluruh batas lempeng kita pecah, gempa ini akan menjadi gempa berkekuatan 9,0 SR,” kata Ursula Cochran, ahli geologi gempa di GNS, kepada media lokal.
”Zona subduksi Hikurangi berpotensi menjadi sumber bahaya gempa dan tsunami terbesar di Selandia Baru, namun masih banyak yang bisa mempelajarinya,” kata GNS Science dalam sebuah pernyataan sebelumnya.
Zona subduksi yang serupa dengan yang ada di dekat Selandia Baru adalah area di mana lempeng tektonik bertabrakan, dengan satu satu sama lain. Peristiwa seperti itu akan menciptakan apa yang disebut ahli geologi sebagai ”megathrust”.
Gempa bumi sebelumnya yang terjadi di zona tersebut termasuk gempa dahsyat yang terjadi di Jepang yang diikuti oleh tsunami tahun 2011. Bencana itu menewaskan ribuan orang dan memicu bencana nuklir Fukushima. Peristiwa itu juga memicu gempa berkekuatan 9,0 di wilayah Indonesia yang menewaskan sekitar 250.000 orang.
Bencana yang berpotensi melanda Selandia Baru akan mempengaruhi banyak daerah berpenduduk padat, seperti Napier, Gisborne, Nelson, Wellington, Blenheim dan Palmerston North. Semua wilayah tersebut berada terlalu dekat dengan zona subduksi Hikurangi.
Ancaman lain yang ditimbulkan oleh gempa "megathrust" adalah tsunami "menjulang tinggi" yang akan sampai ke tepian Selandia Baru hanya dalam hitungan menit.
”Kami tahu model tsunami dari gempa hipotetis zona subduksi Hikurangi sehingga waktu tempuh bisa sangat singkat ke pantai, tujuh menit untuk beberapa pantai selatan Wairarapa,” kata Cochran, seperti dikutip stuff.co.nz, Kamis (30/11/2017). Dalam kasus wilayah Marlborough, orang-orang hanya memiliki waktu antara 10 dan 30 menit sebelum tsunami mencapai mereka.
Peringatan tersebut disampaikan para ilmuwan di lembaga penelitian GNS Science. Menurut kelompok ilmuwan di lembaga itu, zona subduksi Hikurangi—parit yang dalam di kerak bumi yang membentang di sepanjang pantai timur North Island Selandia Baru—sekarang aktif dan dapat memicu gempa berkekuatan 8,5-9,0 SR yang akan jauh lebih menghancurkan ketimbang bencana serupa tahun lalu.
”Kita perlu memikirkan (gempa) Jepang tahun 2011, pada dasarnya, jika seluruh batas lempeng kita pecah, gempa ini akan menjadi gempa berkekuatan 9,0 SR,” kata Ursula Cochran, ahli geologi gempa di GNS, kepada media lokal.
”Zona subduksi Hikurangi berpotensi menjadi sumber bahaya gempa dan tsunami terbesar di Selandia Baru, namun masih banyak yang bisa mempelajarinya,” kata GNS Science dalam sebuah pernyataan sebelumnya.
Zona subduksi yang serupa dengan yang ada di dekat Selandia Baru adalah area di mana lempeng tektonik bertabrakan, dengan satu satu sama lain. Peristiwa seperti itu akan menciptakan apa yang disebut ahli geologi sebagai ”megathrust”.
Gempa bumi sebelumnya yang terjadi di zona tersebut termasuk gempa dahsyat yang terjadi di Jepang yang diikuti oleh tsunami tahun 2011. Bencana itu menewaskan ribuan orang dan memicu bencana nuklir Fukushima. Peristiwa itu juga memicu gempa berkekuatan 9,0 di wilayah Indonesia yang menewaskan sekitar 250.000 orang.
Bencana yang berpotensi melanda Selandia Baru akan mempengaruhi banyak daerah berpenduduk padat, seperti Napier, Gisborne, Nelson, Wellington, Blenheim dan Palmerston North. Semua wilayah tersebut berada terlalu dekat dengan zona subduksi Hikurangi.
Ancaman lain yang ditimbulkan oleh gempa "megathrust" adalah tsunami "menjulang tinggi" yang akan sampai ke tepian Selandia Baru hanya dalam hitungan menit.
”Kami tahu model tsunami dari gempa hipotetis zona subduksi Hikurangi sehingga waktu tempuh bisa sangat singkat ke pantai, tujuh menit untuk beberapa pantai selatan Wairarapa,” kata Cochran, seperti dikutip stuff.co.nz, Kamis (30/11/2017). Dalam kasus wilayah Marlborough, orang-orang hanya memiliki waktu antara 10 dan 30 menit sebelum tsunami mencapai mereka.
Credit sindonews.com