Rabu, 19 Agustus 2015

Ilmuwan Indonesia Ini Terpaksa Lepas 80 Hak Paten

Ilmuwan Indonesia Ini Terpaksa Lepas 80 Hak Paten
ANTARA/Anang Budiono
 
 
CB, Jakarta - Hak paten adalah pelindung penting karya dan temuan baru yang diperoleh para inventor. Namun, butuh biaya besar untuk mempertahankan paten-paten itu. Rudy Susilo, ahli biokimia dan farmakologi lulusan Free University, Berlin, Jerman, bahkan harus merelakan 80 paten miliknya lepas.

Rudy pernah memiliki lebih dari 90 paten atas riset dan temuan baru yang didaftarkan di Jerman. “Paten-paten itu ada yang untuk saya sebagai inventor dan yang kepemilikannya pada perusahaan tempat saya bekerja dulu,” kata Rudy dalam diskusi di kantor Tempo, Senin, 17 Agustus 2015.

Rudy bahkan melepas paten pemrosesan rumput laut yang berlaku di Vietnam, Filipina, dan Thailand. “Terpaksa saya lepas karena dananya kurang,” kata ilmuwan yang sudah berkecimpung lebih dari 30 tahun di dunia riset Jerman.

Rudy yang meraih gelar doktor di Free University dengan predikat summa cum laude itu produktif menghasilkan paten. Dia bisa mendapatkan rata-rata dua paten per tahun. “Jadi kayak kacang goreng saja, setiap tahun ada paten yang saya daftarkan,” kata Rudy yang juga pernah menjabat Direktur Riset dan Pengembangan di Trommsdorff, sebuah perusahaan farmasi di Jerman.

Riset untuk menghasilkan satu paten, kata Rudy, bisa menghabiskan dana hingga tiga juta euro. Sementara untuk meneruskan agar hasil temuan baru itu menjadi produk yang bisa dipasarkan memerlukan biaya 10 juta euro. Banyak perusahaan yang menolak karena dinilai terlalu mahal untuk meneruskan risetnya.  “Akhirnya terpaksa saya lepas patennya, termasuk paten yang tiga juta euro juga hangus.”

Menurut Rudy, hak paten yang sudah didaftarkan bisa berlaku hingga 20 tahun. Agar hak itu tidak hilang, ada sejumlah biaya yang harus dibayarkan oleh pemilik paten. Di Jerman, kata Rudy, ada aturan bahwa perusahaan pemilik hak paten harus mengembalikannya ke inventor jika mereka tidak mau meneruskannya. “Saya nggak kuat bayar karena dananya bisa besar sekali,” kata dia.

Kehilangan banyak paten tak membuat Rudy menyerah. Dia meneruskan riset hingga menghasilkan temuan baru cara mengekstrak buah merah dari Papua. Dia kini memegang empat paten pemrosesan buah merah. “Berlaku di seluruh Eropa, Cina, dan Indonesia,” kata dia.

Credit  TEMPO.CO