Rabu, 03 Juni 2015

PM Irak Kritik Negara Anggota Koalisi Melawan ISIS


PM Irak Kritik Negara Anggota Koalisi Melawan ISIS  
Perdana Menteri Haidar al-Abadi menegaskan ISIS bukan hanya masalah Irak tetapi juga masalah dunia secara luas. (Reuters/Kirill Kudryavtsev/Pool)
 
Paris, CB -- Perdana Menteri Irak menuduh koalisi internasional yang memerangi ISIS tidak berbuat cukup dalam mengatasi kelompok jihadis itu, dan menyatakan anggota koalisi seperti Arab Saudi belum menghentikan aliran pejuang asing ke Irak.

Haidar Abadi mengeluarkan pernyataan ini ketika negara-negara Barat dan Timur Tengah yang bergabung dalam koalisi itu bertemu di Paris pada Selasa (2/6). Mereka berencana menekan pemerintah Irak untuk lebih melibatkan kelompok minoritas Sunni dalam perlawanan melawan ISIS.

Pertemuan ini diselenggarakan setelah pemerintah Irak mengalami kekalahan militer terbesar dalam waktu satu tahun. Pada 17 Mei, ISIS berhasil merebut Ramadi dari tangan tentara Irak yang tidak disipilin dan kehilangan semangat. Kota itu hanya 90 kilometer dari Baghdad dan merupakan provinsi Anbar yang mayoritas penduduknya adalah kelompok Sunni.


Sejak itu, pasukan pemerintah Irak diperkuat oleh milisi Syiah yang kini telah menempati posisi di sekitar kota Ramadi. Banyak warga Sunni Irak membenci ISIS tetapi mereka juga takut dengan milisi Syiah setelah bertahun-tahun terlibat dalam pertikaian sektarian.

Perdana Menteri Abadi, seorang Syiah moderat, hanya bisa membujuk suku Sunni memerangi ISIS jika dia bisa mengendalikan milisi Syiah yang kuat itu.

Dia menegaskan yakin rencana militer itu “sudah benar” dan menolak anggapan bahwa Irak tidak berbuat lebih di sisi politik.

“Sejujurnya, kami membutuhkan kegiatan politik dari negara-negara koalisi. Kami ingin penjelasan kenapa banyak teroris dari Arab Saudi, Teluk, Mesir…negara-negara Eropa. Jika ini karena situasi politik di Irak, kenapa ada pejuang Amerika, Perancis dan Jerman di Irak?” ujarnya.

Perdana Menteri Irak ini mengatakan pasukannya berhasil mencapai kemajuan dalam pertempuran melawan ISIS, tetapi membutuhkan bantuan lebih banyak dari komunitas internasional.

“Kegagalan ini ada di tangan dunia,” ujar Abadi kepada wartawan sebelum pertemuan di Paris yang dihadiri oleh menteri dari 20 negara.

“Masalah ini bukan hanya terjadi di Irak. Kami mencoba melakukan tugas kami, tetapi Daesh tidak didirikan di Irak,” ujarnya merujuk pada nama ISIS dalam bahasa Arab.

Abadi mengatakan Irak memerlukan data intelijen dan senjata lebih banyak, seperti senjata anti-tank. Dia mengatakan Baghdad hanya menerima sedikit senjata dan amunisi meski koalisi berjanji memberi lebih banyak persenjataan.

“Hampir tidak ada. Kami berjuang sendiri,” katanya, sambil menambahkan bahwa dia menunggu persetujuan PBB untuk membeli senjata dari Iran.

“Serangan udara berguna bagi kami, tetapi itu tidak cukup. Terlalu sedikit. Pengintaian pun kecil. Daesh sering bergerak dalam kelompok-kelompok kecil,” katanya.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan mengikuti pertemuan itu dari jauh setelah mengalami patah tulang pada Minggu.

“Ini bukan pertemuan rutin,” kata seorang pejabat Deplu AS. “Kami datang karena situasi di Ramadi. Kami datang untuk berdiskusi dengan Perdana Menteri Abadi terkait rencananya…untuk membebaskan Ramadi dan provinsi Anbar.”



credit  CNN Indonesia