Kamis, 08 Oktober 2015

Kisah Relawan Indonesia Dikepung ISIS di Suriah


Kisah Relawan Indonesia Dikepung ISIS di Suriah 
 Ilustrasi (Reuters/Mahmoud Hebbo)
 
Jakarta, CB -- Perjalanan mengantarkan bantuan dari Indonesia untuk warga Suriah yang menderita akibat konflik penuh rintangan berbahaya.

Relawan dari Misi Medis Suriah, Fathi Nasrullah Attamimi, mengatakan rombongan dari Indonesia sempat terkepung ISIS saat hendak menyalurkan bantuan berupa tujuh buah mobil ambulans yang dibeli dari NGO Inggris di Turki.


Dalam wawancara khusus lewat pesan instan dengan CNN Indonesia Selasa (6/10), Fathi mengatakan peristiwa itu terjadi pada Januari 2014, saat awal ISIS memberontak dari faksi perlawanan terhadap rezim Bashar al-Assad.

"Kami dikepung dan dikirim bom mobil di Babul Hawa. Padahal dua hari sebelumnya kami masih bertukar buah apel di pos pemeriksaan ISIS," kata Fathi yang saat ini masih berada di Latakia mengantarkan bantuan.

Dia mengatakan, saat itu kondisi baru mulai memanas karena perpecahan faksi tempur di Suriah, terutama usai ISIS menyatakan kekhilafahan dan menuntut kelompok lainnya berbaiat pada Abu Bakar Al-Baghdadi. Pejuang Suriah mengaku jengah dengan sikap ISIS yang mudah mengkafirkan. Hal ini dikeluhkan bahkan oleh Jabhat al-Nusra yang berafiliasi dengan al-Qaidah kepada Fathi.

Baku tembak terjadi antara ISIS dengan para kelompok pejuang lainnya. Fathi dan rombongan MMS terjebak di dalam bangunan tempat mereka menginap selama tiga hari sebelum rival ISIS, Ahrur Syam, mengawal mereka.

"Kami dengar kabar ISIS menyerang seluruh mujahidin lainnya menuntut baiat. Tembok gedung yang kami tempati jebol dihantam peluru besar kaliber 23mm," ujar Fathi.

Diberondong tembakan

Hal yang sama dialami oleh relawan MMS lainnya, Ihsanul Faruqi, yang pernah menghabiskan satu tahun menyalurkan bantuan di beberapa kota di Suriah. Saat itu Januari 2014, Ihsan tengah menyalurkan bantuan MMS di Jabal Durin, Latakia.

Ketika itu, kata pria 28 tahun ini, beberapa kelompok perlawanan tengah berkumpul, termasuk dari kubu ISIS. Di beberapa wilayah memang sudah mulai bentrok, namun di tempat Ihsan masih tenang.

"Di tempat kita belum begitu nampak. Tapi ketika sedang duduk-duduk, anggota ISIS mengokang AK-nya. Kami semua kaget. Dia membentak 'aku akan bunuh kalian, kalian murtad' teman yang lain berteriak 'jangan, jangan, kita saudara!'" kisah Ihsan, yang kini sudah berada di tanah air, kepada CNN Indonesia, Rabu (7/10).

 
Perjalanan relawan asal Indonesia dari Misi Medis Suriah ke wilayah konflik di Suriah. (Dok. Misi Medis Suriah)

Namun anggota ISIS itu tidak peduli dan memberondong mereka dengan tembakan.

"Si ISIS tidak peduli dan mulailah dia menembak acak. Kami kocar-kacir menyelamatkan diri, untung tidak ada yang kena. Cuma teman saya terluka karena terpeleset membentur batu. Kamera kita yang retak jadi korban," kata Ihsan.

Usai kejadian itu, seluruh anggota ISIS di tempat tersebut diusir keluar.

Misi Medis Suriah yang telah mengumpulkan dana masyarakat Indonesia sejak tahun 2013 telah menyalurkan sekitar US$1,6 juta atau lebih dari Rp22,7 miliar kepada rakyat Suriah.

Berada di tengah pertempuran ISIS hanya satu dari banyak pengalaman mereka di medan perang. Tidak jarang, mereka berada di situasi menakutkan antara hidup dan mati.

"Digebuk tank, dijatuhi bom, dirudal MiG, diberondong tembakan," kata Ihsan.

"Paling berkesan pada Agustus 2012, ketika salat Jum'at di masjid darurat tanpa tembok, cuma tiang-tiang bangunan dan atap . Lalu hujan ratusan mortir serta ledakan dari tank baja turun di kiri kanan masjid sepanjang khotbah dan salat," kata Fathi menceritakan kejadian di Jabal Akrad, pesisir Latakia.

Kehilangan Sahabat

Perang adalah soal perjuangan dan pengorbanan. Kehilangan orang tercinta menjadi santapan sehari-hari, termasuk bagi para relawan MMS yang menjalin persaudaraan dengan warga Suriah.

Fathi mengaku kehilangan sekitar 30-an sahabatnya di Suriah. Salah satunya yang paling dikenangnya adalah seorang pejuang yang diberinya kenang-kenangan jam G-Shock kesayangannya.

"Saya kasih seorang mujahidin jam G-Shock kesayangan. Seminggu kemudian beliau syahid. Saya dikirimi foto jenazahnya tepat ketika tertembak, sedang tersenyum dan memakai jam saya itu," ujar Fathi.

"Kematian bukan perkara mudah, bahkan bagi mereka yang cuma sesaat mengenal. Di medan perang, segalanya berlangsung romantis dalam berbagai jenisnya. Nyawa-nyawa kami seolah digantung bersama, satu putus semua putus," lanjut Fathi.

Ihsan juga kehilangan seorang sahabatnya dari Suriah, Muhammad, yang mendampingi mereka selama misi di negara itu.

"Terngiang jelas perkataannya kepada saya, 'Aba zubair, semoga Allah mengumpulkan kita di Surga. Menganugerahkan kita kesyahidan di jalan Allah.' Dia mendapatkan keinginannya, sebuah mortir menghantam, dia bersama lima orang gugur di tempat," ujar Ihsan.

 
Relawan Misi Medis Suriah, Ihsanul Faruqi (bersarung), di tengah masyarakat Idlib, Suriah. (Dok. Ihsanul Faruqi)


Credit  CNN Indonesia