Kamis, 22 Oktober 2015

Presiden Tiongkok janji tak ada "hard landing" ekonomi


Presiden Tiongkok janji tak ada
Presiden Tiongkok XI Jinping (REUTERS/David Ryder)
 
 
London, (CB) - Presiden Tiongkok Xi Jinping berjanji tidak akan ada hard landing atau pelambatan ekonomi secara mendadak yang dapat mengakibatkan guncangan terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia itu .

Menurut AFP, Xi mengatakan hal itu pada Rabu saat kunjungan kenegaraan ke Inggris, yang fokus untuk memperkuat hubungan bisnis dan perdagangan.

Pernyataan itu muncul setelah data menunjukkan pelambatan pertumbuhan Tiongkok menjadi 6,9 persen dalam kuartal ketiga, kinerja terburuk negara itu sejak krisis keuangan 2009, dari sebelumnya terbiasa dengan pertumbuhan dua digit.

"Sebagai ekonomi dengan pertumbuhan terbesar, Tiongkok telah memasuki keadaan normal baru dalam pembangunan ekonomi," kata Xi saat Pertemuan Bisnis Inggris-Tiongkok selama perjalanannya, yang pertama oleh seorang presiden Tiongkok dalam satu dekade.

"Perekonomian Tiongkok menghadapi beberapa tekanan turun dan masalah-masalah struktural, namun penyesuaian tersebut terlihat tak terelakkan ketika ekonomi mencapai tahap tertentu setelah bertahun-tahun mencatat pertumbuhan yang tinggi."

Dia menambahkan bahwa Tiongkok akan berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan melalui konsumsi dalam negeri, bukan melalui ekspor dan investasi seperti sebelumnya.

Menyoroti bobot ekonomi Tiongkok meskipun mengalami turbulensi di pasar keuangannya baru-baru ini, Xi mengatakan bahwa selama lima tahun ke depan Tiongkok akan mengimpor setara dengan 10.000 miliar dolar AS barang dan bahwa 500 juta wisatawan Tiongkok akan bepergian ke luar negeri.

Di lain pihak, Perdana Menteri Inggris David Cameron mengakan sejumlah kontrak bisnis bernilai hampir 40 miliar pound (61,6 miliar dolar AS, 54,4 miliar euro) telah diumumkan selama kunjungan Xi, serta peluncuran pertama obligasi berdenominasi yuan di London karena Tiongkok berusaha untuk menginternasionalisasikan mata uangnya.

Xi mengatakan bahwa Tiongkok dan Inggris akan berkolaborasi dalam jasa keuangan, infrastruktur rel kereta api dan energi, serta sektor-sektor yang sedang berkembang seperti bioenergi, kota pintar (smart cities), teknologi informasi dan e-dagang (e-commerce).

Credit  ANTARA News