Kamis, 29 Oktober 2015

Turki Tak Segan Gempur Etnis Kurdi Suriah yang Didukung AS



Turki Tak Segan Gempur Etnis Kurdi Suriah yang Didukung AS  
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan tak segan menggempur pemberontak Kurdi Suriah deni mencegah mereka mendapatkan otonomi di kota Tel Abyad yang berbatasan dengan Turki. (Istimewa/Fatih Mehmet Koksoy)
 
 
Jakarta, CB -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (28/10) menyatakan bahwa Turki akan "melakukan apa pun yang diperlukan" untuk mencegah pemberontak Kurdi Suriah yang didukung oleh Amerika Serikat mendapatkan otonomi di kota Tel Abyad yang dekat dengan perbatasan Turki.

Langkah Turki untuk mencegah hal itu, menurut Erdogan, termasuk melakukan operasi militer terhadap kelompok pemberontak tersebut.

Turki, yang merupakan negara anggota NATO, ikut ambil bagian dalam koalisi serangan udara pimpinan AS melawan kelompok militan ISIS di Suriah.

Meski demikian, Turki menilai kelompok pemberontak Kurdi yang tengah berupaya mencari otonomi dan dipimpin oleh Partai Demokrat Bersatu (PYD) itu mengancam keamanan nasional Turki dan dapat memicu separatisme di antara etnis Kurdi Turki.


Jet tempur Turki baru-baru ini menggempur markas kelompok bersenjata Kurdi Suriah, Unit Perlindungan Rakyat (YPG), sebanyak 'dua kali setelah mereka menentang Ankara dan menyeberangi Sungai Efrat di wilayah barat.

"Ini sebuah peringatan. Tenangkan dirimu. Jika Anda mencoba melakukan hal ini di tempat lain, Turki tidak membutuhkan izin dari siapa pun, kami akan melakukan apa pun yang diperlukan," kata Erdogan, dikutip dari Reuters, Rabu (28/10).

Pernyataan Erdogan tersebut menekankan bahwa Turki bisa saja menentang permintaan Washington agar Ankara tidak menggempur pemberontak Kurdi Suriah dan berfokus pada kekuatan militernya untuk menggempur markas ISIS.

Erdogan, dalam pidatonya yang disiarkan langsung di stasiun televisi Kanal 24, juga menuduh PYD melakukan "pembersihan etnis" di daerah itu dan menyatakan dukungan Barat untuk milisi Kurdi Suriah dapat dianggap membantu terorisme.

para pejuang pemberontak Kurdi YPD berhasil merebut Tel Abyad dari cengkraman ISIS pada Juni silam, dengan bantuan dari serangan udara yang dipimpin AS. Pada bulan ini, dewan kepemimpinan setempat menyatakan kota tersebut merupakan bagian dari sistem otonomi pemerintahan yang dijalankan oleh warga Kurdi.

"PYD tengah melakukan pembersihan etnis di sini (dari) warga keturunan Arab dan Turki," kata Erdogan.

"Jika Kurdi menarik diri dan tidak membentuk suatu otonomi, tidak ada masalah. Tapi jika pola pikir (seperti ini) terus berlangsung, maka kita harus melakukan apa yang perlu dilakukan atau kita akan menghadapi masalah serius," tutur Erdogan.

"Kami bertekad untuk (memerangi) apapun yang mengancam kami di sepanjang perbatasan Suriah, di dalam atau di luar," kata Erdogan melanjutkan.

Erdogan memaparkan Turki tidak ingin otonomi yang didirikan etnis Kurdi di Irak muncul di wilayah selatan Turki. Pernyataan Erdogan ini diluncurkan beberapa hari sebelum pemilihan parlemen Turki yang memperuncing ketegangan politik dan keamanan di Turki.

Erdogan menambahkan bahwa sekutu Barat kini mempersenjatai pemberontak Kurdi.

"Mereka bahkan tidak menganggap PYD sebagai organisasi teroris. Omong kosong macam apa ini?," ujar Erdogan.

"Barat masih memiliki pemahaman 'teroris saya baik, (teroris) Anda buruk'," tutur Erdogan.

Di Turki, angkatan bersenjata Turki kini kembali memerangi militan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), setelah selama 30 tahun keduanya tidak saling serang.

PKK menginginkan otonomi untuk etnis Kurdi Turki dan juga memiliki hubungan dekat dengan etnis Kurdi lainnya di negara tetangga, Suriah.

Erdogan memaparkan sekitar 1.400 gerilyawan PKK berjuang bersama YPG di Suriah.

Amerika Serikat dan Eropa, seperti Turki, mengklasifikasikan PKK sebagai organisasi teroris, tetapi menganggap kelompok Kurdi Suriah dan Kurdi Irak merupakan sekutu berharga dalam memerangi kelompok militan ISIS dan kelompok militan lainnya.

Credit  CNN Indonesia