Cecil, singa berusia 13 tahun yang hidup di
Hwange National Park, Zimbabwe, Afrika. Palmer diduga memancing dengan
umpan agar Cecil keluar dari taman, lalu membunuhnya dengan panah, pada 1
Juli 2015. Bangkai Cecil ditemukan tanpa kepala dan telah dikuliti di
luar taman. heavy.com
Selain di Afrika Barat, satwa liar yang dijuluki raja hutan itu juga mengalami penurunan populasi di wilayah Afrika Tengah serta Afrika timur.
Penelitian baru yang dipublikasikan pada Senin, 27 Oktober 2015, menunjukkan penurunan tajam sejak 1990 di hampir semua populasi singa di Afrika Barat dan Tengah. Dua wilayah itu berisiko kehilangan setengah singa mereka dalam 20 tahun ke depan.
Di Afrika Timur kini terdapat 37 persen singa yang tersisa. Menurut survei yang diterbitkan dalam Proceedings National Academy of Sciences Amerika Serikat dan ditulis oleh peneliti, termasuk Philipp Henschel, diduga jumlah singa akan berkurang separuhnya selama periode yang sama. Populasi singa kini meningkat hanya di empat negara Afrika bagian selatan: Botswana, Namibia, Afrika Selatan, dan Zimbabwe. Sebagian di antaranya berada dalam penangkaran.
"Singa menjelajahi sebagian besar dunia, dari Afrika, Eropa, Asia, hingga Amerika Utara sampai sekitar 11 ribu tahun yang lalu," kata Henschel, seperti dilansir The Star pada 28 Oktober 2015. "Hari ini mereka hanya ada di India dan Afrika. Di India tersisa hanya sekitar 500 singa, semuanya berada di negara bagian Gujarat. Kurang dari 20 ribu singa berkeliaran di belantara di seluruh wilayah Afrika."
Menurut penelitian Henschel, di Afrika Barat hanya ada 400 singa. Ini membuat mereka cenderung menjadi singa paling terancam punah di planet ini. Musababnya, antara singa dan manusia ada persaingan dalam mendapatkan wilayah kekuasaan.
Penurunan populasi singa ini juga disebabkan perburuan yang meningkat dan pemanasan global yang memicu konflik mematikan. Selain itu, beberapa singa dibunuh untuk diambil kulitnya atau dimanfaatkan sebagai obat.
Credit TEMPO.CO