Rabu, 05 Agustus 2015

Catatan kuno Cina pantau primata terlangka di dunia





Kini, di seluruh Cina, hanya terdapat antara 26 hingga 28 ekor Owa Hainan.
Serangkaian dokumen bersejarah Cina telah membantu para ilmuwan untuk menelisik penyusutan populasi Owa Hainan yang tergolong sebagai primata terlangka dunia.
Berdasarkan catatan kuno Kekaisaran Cina pada abad ke-17 dan ke-18, Owa Hainan mudah dijumpai di alam dan populasinya tersebar di sekitar 20 provinsi.
Namun, seiring dengan pertumbuhan populasi manusia, Owa Hainan menghilang dari catatan sekitar 150 tahun lalu.
Kini, di seluruh Cina, hanya terdapat antara 26 hingga 28 ekor Owa Hainan.
“Kami melihat penyusutan populasi secara drastis di seantero Cina sekitar 100 hingga 150 tahun lalu. Hal ini berkaitan dengan ekspansi demografis di Cina pada penghujung era kekaisaran dan selama abad ke-20, peningkatan deforestasi, dan pertumbuhan populasi manusia saat pendirian Partai Komunis dan Republik Rakyat Cina,” kata Dr Sam Turvey, peneliti dari the Zoological Society.
Dalam penelitian yang dimuat jurnal ilmiah Proceedings of the Royal Society B, Turvey mengaku mengandalkan catatan kuno pemerintahan Kekaisaran Cina.

 
Berdasarkan catatan kuno Kekaisaran Cina pada abad ke-17 dan ke-18, populasi Owa Hainan tersebar di sekitar 20 provinsi.
“Karena Cina menerapkan birokrasi kompleks dalam jangka waktu yang lama, ada kebutuhan untuk melaporkan. Laporan itu tidak hanya berisi angka-angka yang berkaitan dengan rumah tangga untuk keperluan pajak, tapi juga catatan sumber daya alam di lingkungan terdekat,” paparnya.
Sumber daya alam itu, mencakup hewan termasuk sejumlah primata.
Dari catatan tersebut, Turvey dapat melihat pola hilangnya Owa Hainan dari waktu ke waktu dan dari lokasi ke lokasi. Turvey dan timnya pun bisa memantau kondisi alama dan perilaku manusia pada jaman itu.
Setelah mampu memahami penyebab penurunan populasi Owa Hainan, para peneliti dapat menyusun langkah-langkah yang diperlukan demi menciptakan rencana konservasi bagi Owa Hainan yang tersisa.
“Owa Hainan ialah spesies yang sangat langka. Namun, mengetahui spesies ini masih bertahan, kami masih punya harapan bahwa konservasi akan membangkitkan populasi mereka yang nyaris punah.”


Credit  BBC Indonesia