JAKARTA,CB — Suara menggelegar memenuhi udara di pusat Kota Jakarta, Senin (8/6/2015). Suara itu berasal dari tiga unit pesawat tempur Sukhoi milik Satuan Bravo '90 TNI Angkatan Udara yang melintas rendah di daerah tersebut.
Pesawat berwarna abu-abu itu terbang dari arah utara menuju ke selatan. Suara gelegar mesin pesawat menyebabkan alarm sejumlah mobil menyala.
"Ketinggiannya sekitar 8.000 kaki (2,4 km) saja itu," ujar Kepala Penerangan Satuan Bravo '90 TNI AU Mayor Rifai kepada Kompas.com di Lapangan Tembak, Jakarta Pusat.
Dua kali, tiga pesawat itu melintas tepat di atas Lapangan Banteng. Putaran pertama, pesawat-pesawat itu terbang biasa. Namun, pada putaran kedua, pesawat mulai tampil "jungkir balik". "Itu namanya teknik rolling up," lanjut Rifai.
Manuver pesawat yang berangkat dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma itu disambut tepuk tangan meriah oleh masyarakat yang berada di sekitar lapangan, termasuk para personel TNI sendiri.
Atraksi Sukhoi merupakan salah satu bagian dari latihan penanggulangan teror yang dilakukan sejumlah satuan khusus di TNI, Selasa pagi. Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti, hingga Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijanto turut hadir meninjau latihan itu.
Selain Satuan Bravo '90, satuan khusus yang terlibat dalam latihan itu adalah Satuan 81 Penanggulangan Teror Kopassus TNI Angkatan Darat, Denjaka TNI Angkatan Laut. Masing-masing satuan khusus menunjukkan aksi khasnya.
Latihan kali ini mengambil tema "Satuan Penanggulangan Aksi Terorisme untuk Melumpuhkan dan Menghancurkan Kelompok Teroris Guna Memelihara Stabilitas Keamanan di Wilayah dalam Rangka Operasi Militer Selain Perang". Materi latihan meliputi teknik dan taktik infiltrasi darat, laut dan udara, teknik menembak reaksi, teknik dan taktik pertempuran jarak dekat, teknik dan taktik perebutan cepat, teknik pembebasan tawanan atau sandera, teknik penjinakan bahan peledak, hingga prosedur evakuasi. Latihan ditujukan untuk mengantisipasi serta merespons teror di dalam negeri.
Credit KOMPAS.com