Pengikut Sekte Aum Shinri Kyo memuja Shoko Asahara. (FP PHOTO/TORU YAMANAKA)
Kantor penyiaran Jepang, NHK melaporkan, Matsumoto akan menjadi orang pertama dari 13 lainnya yang dihukum gantung dalam kasus serangan gas sarin tersebut.
Sekte Aum Shinri Kyo yang mencampuradukkan ajarak Buddha, Hindu dengan pengajaran hari kiamat yang sesat melancarkan serangkaian kejahatan termasuk sejumlah serangan gas sarin di kereta api bawah tanah di Tokyo pada jam-jam sibuk Maret 1995.
Gas sarin adalah zat saraf yang pada awalnya dikembangkan Nazi Jerman. Serangan gas sarin di kereta bawah tanah pada 1995 itu menewaskan 13 orang dan melukai lebih dari 6.000 lainnya. Para korban serangan banyak yang menderita cacat atau buta, ambruk dalam waktu beberapa detik saja.
Anggota sekte lainnya berusaha melepaskan gas hidrogen sianida di sejumlah stasiun kereta api.
Mereka diperintahkan Asahara yang mengaku sebagai reinkarnasi Dewa Siwa dan menjanjikan surga bagi para pengikutnya sebelum hari kiamat tiba.
Dalam beberapa pengakuan dia juga menyebut dirinya sebagai Kristus atau pencerahan pertama sejak Buddha.
Hampir buta, Asahara nyaris putus sekolah dan gagal masuk universitas. Dia pun memulai karier di bidang pengobatan China.
Dia mendirikan sekte Aum Shinri Kyo setelah pergi ke Himalaya pada 1987 dan mengubah namanya setelah itu.
Aum adalah simbol agama Hindu yang sakral dan Shinri Kyo berarti 'kebenaran yang tertinggi'.
Jumlah pengikutnya diperkirakan 10 ribu orang dan terus meningkat. Kelompok tersebut diakui sebagai organisasi keagamaan di Jepang, dua tahun setelah terbentuk.
Meraup kekayaan dari anggota, Asahara mengaku bisa membaca pikiran mereka dan mengajari mereka melayang dengan imbalan meminum darah dan air mandinya.
Namun belakangan dia mengatakan kepada anggotanya bahwa perang dunia akan meletus dan hanya dia yang bisa menyelamatkan mereka dari hari kiamat.
Pasca serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo tersebut, terungkap bahwa kelompok itu melakukan banyak upaya untuk membeli dan memproduksi senjata kimia pada awal 1990-an.
Credit cnnindonesia.com