Rabu, 04 Juli 2018

Jelang KTT Donald Trump - Vladimir Putin, NATO di Ambang Krisis


Presiden Donald Trump bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. REUTERS
Presiden Donald Trump bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. REUTERS

CB, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan bertemu pada 16 Juli di Helsinki, Finlandia, yang dikenal sebagai tempat dengan diplomasi Perang Dinginnya.
Kremlin dan Gedung Putih secara bersamaan mengumumkan tempat dan tanggal sehari setelah mencapai kesepakatan untuk mempertemukan kedua pemimpin setelah kunjungan ke Moskow oleh penasihat keamanan nasional AS, John Bolton.

Dilaporkan Reuters, 3 Juli 2018, Donald Trump akan bertemu Putin setelah menghadiri KTT NATO 11-12 Juli di Belgia. Tanggal tersebut akan memberi Putin kesempatan untuk menghadiri upacara penutupan Piala Dunia 2018 pada 15 Juli yang diselenggarakan oleh Rusia.Kedua pemimpin telah bertemu dua kali sebelumnya di sela-sela pertemuan internasional dan berbicara sedikitnya delapan kali melalui telepon. Mereka juga telah membuat komentar positif satu sama lain. Vladimir Putin bahkan memuji Donald Trump dalam menangani perekonomian AS.
Namun KTT tersebut dapat mengganggu hubungan sekutu AS, seperti Inggris, yang ingin mengucilkan Putin, atau negara-negara seperti Ukraina yang khawatir atas sikap Trump yang terlalu ramah terhadap pemimpin Rusia.
Hal ini juga membuat pandangan buruk di kalangan pengamat yang mempertanyakan komitmen Donald Trump kepada aliansi NATO dan tentang gesekannya dengan sekutu lama seperti Kanada dan Jerman atas kebijakan perdagangan AS.
"Presiden sedang mengincar pertemuan ini untuk kepentingan keamanan nasional dan untuk menentukan apakah Rusia bersedia membuat kemajuan dalam hubungan kami," kata juru bicara Gedung Putih, Lindsay Walters.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg lebih optimistis tentang KTT yang mengatakan momen ini sejalan dengan kebijakan NATO yang mengadvokasi dialog dengan Rusia. Sementara pejabat NATO Lainnya kurang optimistis.

"Ada ketidaknyamanan tentang pertemuan ini, sama seperti ada ketidaknyamanan tentang Trump," kata seorang diplomat senior NATO, yang enggan ditulis namanya.“Apa yang akan dia katakan, apa persiapannya, apakah dia sadar akan simbolisme? Penahanan AS terhadap Rusia akan lebih jauh dari yang diinginkan Eropa ... tetapi jika Trump kemudian menyerang pertemanan dengan Putin, itu bisa membuat kita semakin tidak tahu tentang kebijakan AS, ”kata diplomat itu.
Sikap pesimistis pejabat NATO bukan tidak beralasan. Presiden Donald Trump telah menulis surat dengan kata-kata tajam kepada sejumlah pemimpin sekutunya di NATO, termasuk Jerman, Belgia, Norwegia dan Kanada karena Trump menilai mereka terlalu sedikit mengeluarkan anggaran pada pertahanan mereka sendiri dan memperingatkan bahwa Amerika Serikat kehilangan kesabaran dan menyebutnya sebagai kegagalan memenuhi kewajiban keamanan NATO.

Jens Stoltenberg. AP/Jacques Brinon
Dalam surat-suratnya, presiden mengisyaratkan bahwa Donald Trump mengeluh sekutu NATO-nya tidak berbagi beban untuk pertahanan kolektif.
"Seperti yang kita diskusikan selama kunjungan Anda pada April, ada rasa frustrasi di Amerika Serikat bahwa beberapa sekutu tidak melaksanakan kewajiban seperti yang dijanjikan," kata Trump kepada Kanselir Angela Merkel, seperti dilansir dari New York Times.
“Amerika Serikat terus mengucurkan lebih banyak sumber daya untuk pertahanan Eropa ketika ekonomi Eropa, termasuk Jerman, berjalan dengan baik dan tantangan keamanan berlimpah. Ini tidak lagi bisa bertahan untuk kita," tambah Trump.

Keluhan presiden adalah bahwa banyak sekutu NATO tidak memenuhi komitmen yang mereka buat pada pertemuan puncak Wales mereka pada tahun 2014 untuk menghabiskan 2 persen dari produk domestik bruto mereka pada pertahanan nasional. Presiden Amerika telah lama mengeluh tentang kurangnya pembagian beban oleh negara-negara anggota NATO, tetapi Trump maklum dan mengklaim bahwa beberapa sekutu terdekat Amerika Serikat pada dasarnya adalah negara yang gagal membayar utang kepada organisasi.Pemerintahan Donlad Trump dilaporkan telah meninjau penarikan pasukan Amerika dari Jerman, setelah Trump menyatakan terkejut bahwa 35.000 tentara yang bertugas aktif ditempatkan di sana dan mengeluh bahwa negara-negara NATO tidak memberikan kontribusi yang cukup kepada aliansi tersebut.

NATO telah menempatkan 4.500 tentaranya beserta mesin perangya di Polandia, Lithuania, Latvia, dan Estonia, yang merupakan tetangga Kaliningrad. Moskow menyebut bahwa penumpukan pasukan NATO pimpinan Amerika Serikat di empat negara itu merupakan ancaman terhadap keamanan nasionalnya. sputniknews.com

Dalam surat-suratnya kepada para pemimpin negara-negara lain, termasuk Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, Perdana Menteri Norwegia, Erna Solberg dan Perdana Menteri Belgia, Charles Michel, Trump mengatakan dia memahami tekanan politik domestik untuk meningkatkan pengeluaran militer, yang mencatat bahwa ia telah mengeluarkan modal politik yang cukup besar untuk meningkatkan belanja militernya.

"Namun, akan menjadi semakin sulit untuk membenarkan kepada warga Amerika mengapa beberapa negara tidak berbagi beban keamanan kolektif NATO sementara tentara Amerika terus mengorbankan hidup mereka di luar negeri atau pulang dengan luka serius," tulis Trump kepada Merkel.Trump telah lama mengeluhkan aliansi dan berulang kali mengatakan Amerika Serikat diperlakukan dengan buruk oleh anggota-anggota mitra organisasinya, entah itu di WTO atau NATO. Namun kepada sekutu NATO, Donald Trump memperingatkan konsekuensinya jika permintaannya tidak dilaksanakan seperti yang telah dilakukannya dalam perang dagang. Sementara Jim Mattis, menteri pertahanan Amerika Serikat, bulan lalu berpesan kepada Gavin Williamson, menteri pertahanan Inggris, yang mengatakan dia khawatir kekuatan militer Inggris beresiko melemah jika tidak meningkatkan pengeluaran militernya, dan memperingatkan bahwa Prancis akan seperti Inggris jika tidak mengucurkan dana lebih banyak untuk pertahanannya untuk menunaikan komitmen di NATO.




Credit  tempo.co