Rabu, 04 Juli 2018

Koalisi Saudi Desak Militan Houthi Tinggalkan Hodeidah


Asap muncul dari ledakan di sebuah depot senjata yang diduduki milisi Houthi sehari setelah AS menuduh Iran mempersenjatai milisi Houthi dengan rudal, di Sana'a, Yaman, Jumat (15/12).
Asap muncul dari ledakan di sebuah depot senjata yang diduduki milisi Houthi sehari setelah AS menuduh Iran mempersenjatai milisi Houthi dengan rudal, di Sana'a, Yaman, Jumat (15/12).
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB

Pengambilalihan Hodeidah dinilai dapat menghentikan penyelundupan senjata





CB, RIYADH -- Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi meminta Houthi yang didukung Iran untuk menarik diri dan menyerahkan senjata mereka. Tekanan juga semakin meningkat agar militan Houthi segera meninggalkan dan menyerahkan kota pelabuhan Hodeidah ke PBB.


"Orang-orang Yaman tidak bisa lagi mentolerir perang absurd ini," kata Hadi, seperti dilaporkan laman Arab News.

Dia mengatakan upaya Iran untuk memperluas pengaruhnya di Yaman dapat mengancam masa depan negara dan rakyatnya. Hadi mengklaim negaranya menolak sektarianisme dan ide-ide Iran yang disalurkan melalui milisi Houthi.


Dalam konferensi pers di Riyadh, juru bicara koalisi pimpinan Arab Saudi Kolonel Turki Al-Maliki membeberkan bukti lebih lanjut tentang keterlibatan Iran dalam memasok senjata kepada Houthi. Dia menampilkan foto-foto perlengkapan militer dengan label Isfahan Optics Industries.


"Ini membuktikan intervensi Iran di wilayah itu, dan ini adalah pengadaan senjata untuk Houthi. Houthi terus mengguncang kehidupan normal warga sipil Yaman di dalam negara mereka sendiri," ujar Al-Maliki.


Menurutnya, Hodeidah merupakan kunci penyelesaian konflik. Pengambilalihan Hodeidah oleh pasukan koalisi dinilai dapat menghentikan penyelundupan senjata dan mempermudah mekanisme bantuan kemanusiaan.


“Kami tahu bagaimana utusan khusus PBB telah bekerja di Yaman sejak ia ditugaskan. Kami mendukungnya untuk memberikan solusi politik," ungkapnya kepada Arab News.


Ia mengatakan, solusi politik adalah solusi terbaik bagi rakyat Yaman. Namun, Houthi tidak memberikan konsesi apa pun untuk berunding dan bernegosiasi dengan pemerintahan Yaman yang sah. Semua upaya yang dilakukan oleh utusan khusus PBB telah ditolak oleh milisi.


“Pemerintah Yaman telah menjelaskan dan membahas posisi mereka. Itu adalah hak mereka untuk mengambil alih tanah Yaman dan hak mereka untuk mendapatkan kembalinya pemerintahan yang sah," jelas Al-Maliki.


Utusan PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, telah tiba di Sanaa yang dikuasai Houthi pada Senin (2/7) untuk melakukan perundingan. Kedatangannya bertujuan untuk membujuk milisi Houthi agar segera mundur dari kota pelabuhan Hodeidah.


Griffiths juga mengunjungi ibu kota Aden di Yaman dan kota Muscat di Oman dalam upayanya untuk menemukan solusi diplomatik terhadap krisis Yaman. Koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman telah melancarkan serangan militer bulan lalu untuk mengambil alih Hodeidah dari Houthi.


Mereka dengan cepat merebut bandara kota dan mengusir para militan. Akan tetapi pasukan koalisi harus menghentikan serangan pekan lalu untuk menghindari korban sipil di daerah-daerah permukiman kota.


Mereka juga berencana untuk membuat perundingan perdamaian yang ditengahi PBB agar bisa berjalan lebih mudah. Pelabuhan Hodeidah adalah jalur perairan utama Yaman untuk mengimpor bantuan kemanusiaan.


Namun pelabuhan juga diduga digunakan untuk menyelundupkan pasokan senjata ke Houthi, termasuk komponen rudal yang diluncurkan dari Yaman utara dan ditujukan ke kota-kota di Arab Saudi.




Credit  republika.co.id