Kamis, 19 Juli 2018

Gedung Putih Sebut Rusia Masih Mengancam Sistem Pemilihan AS


Gedung Putih Sebut Rusia Masih Mengancam Sistem Pemilihan AS
Gedung Putih menyatakan Rusia masih mengancam sistem pemilihan di AS. (AFP PHOTO / SAUL LOEB)


Jakarta, CB -- Gedung Putih menyatakan bahwa Rusia masih terus mengancam sistem pemilihan di AS. Pernyataan itu disampaikan hanya selang beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan hal yang sebaliknya.

"Kami percaya bahwa ancaman masih ada, itulah mengapa kami mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya," ujar juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders pada Rabu (18/7), mengutip Reuters.

Sebelumnya, dalam sidang kabinet, Trump menjawab "tidak" ketika ditanya oleh seorang wartawan mengenai apakah Rusia masih menjadikan AS sebagai target.





Pernyataan itu akan bertentangan dengan penilaian kepala intelijen AS Dan Coats yang pada Senin (16/7) lalu mengatakan bahwa Rusia terlibat dalam "upaya yang sedang berlangsung dan meluas untuk merusak demokrasi kita."

Namun, Sanders menuturkan bahwa Trump mengatakan "tidak" untuk pertanyaan lebih lanjut dari reporter, bukan untuk menjawab pertanyaan wartawan tentang Rusia.

Trump tengah dihujani kritik atas kegagalannya meminta Presiden Rusia Vladimir Putin bertanggung jawab atas intervensi dalam pemilu AS di 2016, saat keduanya bertemu di Helsinki, Finlandia pada Senin lalu.

Trump, yang diharapkan secara terbuka menegur Putin di Helsinki, malah memuji pemimpin Rusia itu selama konferensi pers. Menurutnya, Putin telah dengan kuat membantah kesimpulan badan intelijen AS yang menuding Rusia ikut campur dalam pemilu 2016.

Taipan properti itu juga mengatakan bahwa dia memiliki keyakinan penuh pada badan intelijen AS dan menerima kesimpulan mereka. Namun, ia juga berkeras bahwa tindakan Rusia tidak berpengaruh apa pun terhadap hasil pemilu, tak seperti yang diklaim sejumlah sumber intelijen bahwa intervensi itu dilakukan untuk membantu Trump menang.

Meski demikian, para pejabat intelijen AS mengatakan Rusia akan terus berupaya untuk campur tangan dalam pemilu, dan kini akan menarget pemilihan kongres yang digelar November mendatang.

Untuk meredam kritik itu, Trump mengaku telah salah ucap saat konferensi pers yang digelarnya bersama Putin. Ia juga mengklaim diri sebagai presiden paling kuat saat menghadapi Rusia.

"Kita melakukan dengan sangat baik, mungkin sebaik siapapun yang sudah pernah melakukan ini dengan Rusia. Dan tidak ada presiden yang sekuat saya dalam menghadapi Rusia," ujarnya kepada media sebelum rapat kabinet di Gedung Putih.





Credit  cnnindonesia.com