Kamis, 19 Juli 2018

Mayoritas Warga AS Nilai Trump Salah Tangani Rusia


Mayoritas Warga AS Nilai Trump Salah Tangani Rusia
Sebuah survei menunjukkan lebih dari separuh warga AS tidak setuju cara Donald Trump menangani hubungan dengan Rusia setelah bertemu Vladimir Putin. (Lehtikuva/Heikki Saukkomaa via Reuters)


Jakarta, CB -- Sebuah survei menunjukkan lebih dari separuh warga Amerika Serikat tidak setuju cara Presiden Donald Trump menangani hubungan dengan Rusia setelah pertemuan kontroversial dengan Presiden Vladimir Putin.

Selama KTT di Helsinki, Trump menyangkal keterlibatan pemimpin Rusia dalam Pemilu Presiden AS 2016 dan meragukan penemuan CIA serta badan intelijen lainnya.
Walau demikian, kejadian ini tidak memengaruhi tingkat kepuasan terhadap kinerjanya sebagai presiden.

Sebanyak 42 persen dari pemilih terdaftar merasa puas dengan kinerja pemerintahan Trump menurut survei terbaru oleh Reuters/Ipsos, dibandingkan dengan angka harian yang bernilai antara 40 dan 44 persen pada Juli.


Survei tersebut menunjukkan bahwa 55 persen dari pemilih tidak setuju dan 37 persen lainnya menyetujui cara Trump menangani Rusia.



Di antara pemilih Partai Republik, 71 persen puas dengan strategi Trump. Sementara di Partai Demokrat persetujuan hanya mencapai 14 persen.

Walaupun ia mendapat banyak kritik dari para pemimpin partai tentang tingkah lakunya, Presiden AS masih mendapatkan dukungan besar di antara pemilih Republik terkait kata-kata dan tindakannya saat menjawab pertanyaan wartawan di samping pemimpin Rusia.

Trump bahkan mengejutkan pendukungnya sendiri saat dia memuji Putin dalam konferensi pers di mana ia menampik ikut campur dalam pemilu AS.


Pada Selasa, Trump berusaha untuk meredakan keriuhan yang menyusul pernyataannya dengan menyatakan bahwa ia salah berbicara dan yakin dengan kemampuan badan intelijen AS. Namun, ia tampaknya tidak sepenuhnya mengikuti naskah dan mengatakan: "Orang lain bisa saja terlibat - ada banyak orang di luar sana."

Menurut polling Reuters/Ipsos, 59 persen pemilih setuju dengan penemuan badan intelijen AS yang menuduh Rusia ikut campur dalam pemilu. Namun, hanya 32 persen pendukung Republik percaya hal itu saat 84 persen Demokrat mengamini.

Survei yang sama menunjukkan terjadi perpecahan jelas antara pemilih Republik dan Demokrat saat ditanya apakah Rusia mesti dianggap musuh AS.


Secara umum, 38 persen sepakat bahwa Rusia termasuk salah satu musuh AS. Lalu, kurang lebih pemilih dengan jumlah yang sama menganggap Rusia sebagai saingan dan sisa 8 persen lainnya menilai Rusia seperti 'teman'.

Walau demikian, setengah dari pemilih Demokrat menganggap Rusia sebagai musuh sementara hanya satu dari tiga pendukung Republik beranggapan demikian.

Sebanyak 40 persen dari pendukung Demokrat menilai Rusia sebagai ancaman dan hanya 14 persen Republik yang setuju.

Sementara 27 persen dari pemilih terdaftar menilai Rusia sebagai ancaman. Hanya Korea Utara yang mendapatkan respons lebih tinggi yakni 31 persen.


Survei tersebut juga bertanya apakah pihak berwenang bisa menemukan bukti hubungan ilegal antara pemerintahan Trump dan Rusia. Dengan hasil yang sangat tipis, 51 persen menyetujui, terdiri dari 77 persen pemilih Demokrat dan 19 persen pemilih Republik.

Opini yang terbelah juga dapat ditemukan ketika warga ditanya apakah Trump atau anggota tim kampanyenya bekerja sama dengan Rusia untuk memengaruhi pemilu 2016. Survei menunjukkan bahwa 52 persen pemilih menyetujui, 81 persen di antaranya dari Demokrat dan 19 persen lainnya dari Republik.

Reuters/Ipsos mengumpulkan tanggapan dari 1011 pemilih yang terdaftar dari seluruh Amerika Serikat, termasuk 453 pendukung Republik dan 399 Demokrat. Jajak pendapat ini memiliki interval kredibilitas, nilai presisi, sebesar 4 persen.




Credit  cnnindonesia.com