Memo rahasia tersebut berisi dukungan terhadap kebijakan migran PM Viktor Orban
CB,
PARIS -- Presiden Emmanuel Macron mengganti duta besar Prancis untuk
Hungaria pada akhir pekan pascakebocoran sebuah memo rahasia ke pers.
Dalam memo rahasia tersebut utusan khusus pemerintah Prancis ini memuji
kebijakan migran pemerintah Hungaria pimpinan Perdana Menteri (PM)
Viktor Orban.
"Pascale Andreani ditunjuk sebagai duta besar baru untuk Budapest
untuk menggantikan Eric Fournier, yang akan mengambil fungsi lain,"
demikian sebuah keputusan yang diterbitkan dalam surat kabar resmi
pemerintah pada Sabtu (30/6).
Dalam catatan rahasia
tertanggal 18 Juni, yang ditujukan kepada kantor Macron dan diterbitkan
oleh laman web investigasi Mediapart, Fournier mengatakan Hungaria
adalah 'model' untuk menangani para pendatang dan bahwa tuduhan
populisme terhadap Orban adalah rekayasa media.
Mantan duta
besar itu juga menulis bahwa media Prancis, dengan menuduh Hungaria
atas anti-semitisme, berusaha mengalihkan perhatian dari "anti-semitisme
nyata" yang berasal dari "Muslim di Prancis dan Jerman".
Ditanya
tentang catatan pada Jumat, Macron mengatakan dia tidak salin berbagi
pandangan dengan duta besar dan bahwa catatan rahasia tersebut tidak
mewakili kebijakan resmi Prancis. "Jika duta besar ini mengatakan ini
secara terbuka, dia akan segera diberhentikan," kata Macron pada
konferensi pers di Brussels.
Macron, sering bertukar ejekan
dengan Orban dan para pemimpin Eropa timur lainnya, menuduh mereka
tidak menghormati nilai-nilai demokrasi dan menolak untuk menerima para
pendatang.
Pemimpin Hungaria mengatakan bahwa orang-orang
yang mengkritik sikap kerasnya tentang migrasi adalah milik penjaga tua
Eropa yang tidak efisien. Tahun lalu, ia menyebut Marcon sebagai "anak
baru" yang belum membuat awal yang menjanjikan.