Selasa, 03 Juli 2018

Citra Satelit AS: Korut Perluas Pabrik Rudal Balistik

Citra Satelit AS: Korut Perluas Pabrik Rudal Balistik
Citra satelit di Amerika Serikat menunjukkan Korea Utara memperluas pabrik pembuatan rudal balistik. Foto/Planet Labs Inc/CNN


WASHINGTON - Citra satelit dan analis di Amerika Serikat (AS) mengungkap bahwa Korea Utara (Korut) sedang menyelesaikan perluasan pabrik pembuatan rudal balistik. Foto-foto satelit tersebut dirilis ketika bocoran laporan intelijen Washington menyebut rezim Pyongyang enggan meninggalkan program senjata nuklirnya.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengaku bersedia melakukan denuklirisasi ketika dia bertemua Presiden AS Donald Trump di Singapura bulan lalu. Namun, komitmen Kim masih dipertanyakan.

Citra satelit diambil oleh Planet Labs Inc., yang berbasis di San Francisco. Foto-foto satelit itu telah dianalisis oleh para peneliti di Middlebury Institute for International Studies (MIIS) di Monterrey.

Foto-foto satelit itu, kata para peneliti, menunjukkan penyelesaian konstruksi di Chemical Material Institute yang berbasis di Kota Hamhung, Korut.

The Chemical Material Institute dikenal untuk membuat bagian karbon komposit untuk misil berbahan bakar padat seperti nosel, airframes dan nosecones yang digunakan dalam kendaraan re-entry. Demikian penjelasan David Schmerler, seorang peneliti di MIIS.

"The Chemical Material Institute sepertinya memiliki satu fungsi, dan itu memompa bagian untuk program rudal mereka," kata Schmerler, yang dikutip CNN, Senin (2/7/2018).

Kim Jong-un pernah terlihat di pabrik itu pada bulan Agustus 2017, setelah Korea Utara menguji dua rudal balistik antarbenua. Pada bulan yang sama dia juga mengancam Guam, wilayah AS di Pasifik.

Jeffrey Lewis, Direktur Program Nonproliferasi Asia Timur di MIIS mengatakan mayoritas perluasan pabrik itu dimulai pada Mei, setelah Kim Jong-un melakukan pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

Seorang juru bicara Presiden Korea Selatan Moon mengatakan kepada wartawan bahwa "tidak pantas" untuk mengomentari laporan yang menunjukkan Korea Utara tidak menghentikan pembangunan di fasilitas senjata dan masalah intelijen secara keseluruhan.

Kim Jong-un secara konsisten mengatakan bahwa dia bersedia melakukan denuklirisasi. Namun, para pengamat krisis Korea Utara khawatir bahwa Pyongyang dan Washington memiliki definisi yang sangat berbeda dari istilah denuklirisasi.

"Kim tidak pernah menawarkan untuk melucuti senjata. Tidak hanya sekali," kata Lewis. "Dia mempersenjatai, bukan melucuti senjata," ujarnya.

Perjanjian Trump dan Kim yang ditandatangani setelah pertemuan pucak mereka di Singapura menyatakan bahwa Kim menegaskan kembali komitmennya yang teguh untuk menyelesaikan denuklirisasi Semenanjung Korea. Korea Utara juga akan berkomitmen untuk bekerja menuju denuklirisasi secara lengkap di Semenanjung Korea.





Credit  sindonews.com