RIYADH
- Selama lebih dari 50 tahun, Arab Saudi mengandalkan minyak untuk
menopang perekonomiannya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir negara
kerajaan itu berupaya mencari cara baru untuk meninggalkan
ketergantungan pada minyak dan menciptakan lapangan kerja.
Pemerintah Saudi berambisi mengubah ratusan mil persegi wilayah gurun di negeri itu menjadi kota-kota baru. Salah satu pembangunan yang sedang dilakukan adalah konstruksi Pusat Keuangan Raja Abdullah atau disingkat King Abdullah Financial District (KAFD).
Total biaya yang digunakan untuk proyek tersebut mencapai USD10 miliar (Rp136 triliun). Hingga saat ini, sekitar USD8 miliar telah dibelanjakan dalam pembangunan proyek prestisus itu.
Didesain oleh perusahaan arsitektur Henning Larsen, proyek seluas 1,6 juta meter persegi itu akan diisi dengan lebih 60 apartemen, kantor, dan menara ritel, beberapa sekolah dan garasi parkir, klinik medis, gedung-gedung publik dan tiga hotel. Saat pembangunan selesai, kota baru itu dapat menampung 50.000 penduduk.
Pada proyek itu, para insinyur perancangnya mendesain jembatan-jembatan pendingin bertenaga surya untuk mengatasi panasnya gurun. Jembatan canggih yang disebut skywalk itu akan menghubungkan 30 gedung di distrik tersebut. “Di KAFD juga dibangun monorail,” ungkap pernyataan firma arsitektur Henning Larsen, dikutip Business Insider.
Konstruksi KAFD telah dimulai sejak 2006 dan 70%-nya telah selesai. Pemerintah kerajaan memang tidak menetapkan batas waktu untuk penyelesaian proyek ini.
KAFD dirancang sebagai pusat bisnis yang akan menarik perusahaan firma dan keuangan, perbankan sreta otoritas pasar modal dan bursa saham yang saat ini berpusat di Riyadh. Distrik yang disebut Crystal Towers dalam kota baru itu akan dibuka musim panas ini. Satu skywalk menghubungkan dua gedung di distrik itu.
Meski demikian, terjadi sejumlah penundaan konstruksi dan masalah pendanaan. Pemerintah bertujuan membuka tahap pertama untuk 15 kantor, perumahan dan menara komersial pada akhir tahun ini.
Kantor berita Reuters melaporkan, kota itu mengalami masalah dalam menarik para penghuni. Sedangkan menurut Bloomberg, pemerintah Saudi berharap menarik perbankan dengan insentif ekonomi, termasuk diskon pajak yang dapat diperpanjang hingga satu dekade atau lebih.
Pemerintah Saudi juga pernah menyatakan pada tahun lalu bahwa mereka akan menawarkan pengecualian visa untuk warga asing yang bekerja di KAFD. Beberapa aturan sosial yang ketat di Saudi, termasuk kewajiban wanita mengenakan pakaian tertutup, juga akan dilonggarkan.
Meski demikian, otoritas Saudi belum mengonfirmasi regulasi tersebut sehingga akan menyulitkan dalam menarik orang dan bisnis untuk berada di sana. Beberapa calon penghuni dan investor juga kurang optimistis bahwa kota itu akan sukses.
Pemerintah Saudi berambisi mengubah ratusan mil persegi wilayah gurun di negeri itu menjadi kota-kota baru. Salah satu pembangunan yang sedang dilakukan adalah konstruksi Pusat Keuangan Raja Abdullah atau disingkat King Abdullah Financial District (KAFD).
Total biaya yang digunakan untuk proyek tersebut mencapai USD10 miliar (Rp136 triliun). Hingga saat ini, sekitar USD8 miliar telah dibelanjakan dalam pembangunan proyek prestisus itu.
Didesain oleh perusahaan arsitektur Henning Larsen, proyek seluas 1,6 juta meter persegi itu akan diisi dengan lebih 60 apartemen, kantor, dan menara ritel, beberapa sekolah dan garasi parkir, klinik medis, gedung-gedung publik dan tiga hotel. Saat pembangunan selesai, kota baru itu dapat menampung 50.000 penduduk.
Pada proyek itu, para insinyur perancangnya mendesain jembatan-jembatan pendingin bertenaga surya untuk mengatasi panasnya gurun. Jembatan canggih yang disebut skywalk itu akan menghubungkan 30 gedung di distrik tersebut. “Di KAFD juga dibangun monorail,” ungkap pernyataan firma arsitektur Henning Larsen, dikutip Business Insider.
Konstruksi KAFD telah dimulai sejak 2006 dan 70%-nya telah selesai. Pemerintah kerajaan memang tidak menetapkan batas waktu untuk penyelesaian proyek ini.
KAFD dirancang sebagai pusat bisnis yang akan menarik perusahaan firma dan keuangan, perbankan sreta otoritas pasar modal dan bursa saham yang saat ini berpusat di Riyadh. Distrik yang disebut Crystal Towers dalam kota baru itu akan dibuka musim panas ini. Satu skywalk menghubungkan dua gedung di distrik itu.
Meski demikian, terjadi sejumlah penundaan konstruksi dan masalah pendanaan. Pemerintah bertujuan membuka tahap pertama untuk 15 kantor, perumahan dan menara komersial pada akhir tahun ini.
Kantor berita Reuters melaporkan, kota itu mengalami masalah dalam menarik para penghuni. Sedangkan menurut Bloomberg, pemerintah Saudi berharap menarik perbankan dengan insentif ekonomi, termasuk diskon pajak yang dapat diperpanjang hingga satu dekade atau lebih.
Pemerintah Saudi juga pernah menyatakan pada tahun lalu bahwa mereka akan menawarkan pengecualian visa untuk warga asing yang bekerja di KAFD. Beberapa aturan sosial yang ketat di Saudi, termasuk kewajiban wanita mengenakan pakaian tertutup, juga akan dilonggarkan.
Meski demikian, otoritas Saudi belum mengonfirmasi regulasi tersebut sehingga akan menyulitkan dalam menarik orang dan bisnis untuk berada di sana. Beberapa calon penghuni dan investor juga kurang optimistis bahwa kota itu akan sukses.
“Potensinya luar biasa. Di dalamnya hebat. Tapi ini tidak akan selesai. Pembuatan keputusan sangat lamban pada proyek itu dan orang tidak memiliki uang tunai,” kata seorang ekspatriat di Dubai kepada Reuters.
April lalu, Direktur Proyek KAFD Salman Albaiz menjelaskan, sekitar seperlima dari total proyek 1,6 juta meter persegi telah selesai dibangun. “Fase pertama akan segera dibuka, jika semua berjalan baik. Ini akan menjadi soft opening untuk distrik itu,” katanya.
Dia menjelaskan, fase pertama masih menunggu persetujuan pemerintah sebelum pembukaan. Menurutnya, masih ada hambatan birokrasi dan prosedur pemerintah dalam pembuatan keputusan tersebut.
Albaiz menjelaskan, kota baru itu akan menyerupai Dubai International Financial Centre yang menarik banyak perusahaan asing dengan regulasi khusus. Secara teori, bisnis yang mendaftar di KAFD dapat mengeluarkan visa langsung dan mendapat izin dari otoritas terkait.
Saat ini Samba Financial Group Arab Saudi dan konsultan internasional PwC telah berkomitmen menjadi salah satu tenant di kota itu. Meski demikian, otoritas belum menyelesaikan aturan untuk zona khusus sehingga sulit menarik lebih banyak perusahaan.
“Fase pertama KAFD dapat memberi pendapatan tahunan sebesar 240 juta riyal. Jumlah tersebut akan terus meningkat hingga 3,5 miliar riyal saat seluruh proyek itu selesai,” kata Albaiz.
Pembukaan KAFD akan menjadi tonggak sejarah bagi program reformasi ekonomi yang dicanangkan tahun lalu oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Kehadiran kota itu dapat mengubah bagaimana bisnis diatur di Saudi.
Kehadiran KAFD merupakan salah satu dari visi Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk melakukan reformasi ekonomi di Saudi agar tidak lagi tergantung pada minyak. Berbagai visi itu diterjemahkan dalam berbagai proyek baru di Saudi yang kini sedang dibangun.
Credit sindonews.com