Senin, 01 April 2019

Kalah Berkali-kali, May Masih Berkeras Ajukan Proposal Brexit


Kalah Berkali-kali, May Masih Berkeras Ajukan Proposal Brexit
Perdana Menteri Inggris, Theresa May. (REUTERS/Hannah McKay)



Jakarta, CB -- Perdana Menteri Inggris, Theresa May, masih belum menyerah untuk mengajukan skema kesepakatan untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit). Meski sudah tiga kali ditolak oleh parlemen, dia berencana mengajukan proposal keempat.

Seperti dilansir CNN, Minggu (31/3), Ketua Partai Konservatif Inggris, Brandon Lewis, tidak memberikan rincian apakah draf proposal May masih sama seperti yang lalu. Namun, dia menyatakan akan mempertimbangkan semua pilihan karena tenggat Brexit yang sudah diundur semakin dekat.

"Parlemen akan melanjutkan proses ini pada Senin mendatang," kata Lewis.


Pada Jumat (29/3) lalu, May kalah lagi dalam pemungutan suara di parlemen saat mengajukan proposal Brexit. Dia bahkan terlihat nyaris putus asa dan khawatir Inggris akan keluar dari keanggotaan Uni Eropa tanpa kesepakatan (no deal).


"Saya takut kita sudah mencapai batas dalam proses di Majelis ini," kata May.

May kini berharap kabinet dan parlemen bisa menjalankan prosedur pemungutan suara lain di luar kendali kementerian pada pekan depan.

Alasan May kembali mempertaruhkan usulannya soal Brexit, meski tidak yakin akan diloloskan. Dia beralasan hanya ingin menjaga supaya ekonomi dan nilai tukar mata uang Poundsterling tidak jatuh, jika mereka benar-benar meninggalkan Uni Eropa.

"Saya mendorong semua anggota parlemen mendukungnya dan memastikan kita meninggalkan Uni Eropa, serta memberikan kepastian kepada masyarakat dan dunia usaha," kata perwakilan pemerintah Andrea Leadsom, saat membacakan usulan May di hadapan parlemen.


Jika proposal yang diajukan May disepakati parlemen Inggris, maka Brexit akan berlangsung 22 Mei, tapi jika tidak, maka May akan menghadap Uni Eropa sebelum 12 April untuk menjelaskan langkah-langkah Inggris selanjutnya.

Salah satu keputusan penting yang harus diambil adalah mengenai hubungan antara Inggris dan Uni Eropa di masa depan.

Sebelumnya, May terus menekankan kepentingan Inggris untuk tetap menjalin hubungan ekonomi sedekat mungkin dengan Uni Eropa.

Namun, sejumlah pihak ingin Inggris benar-benar keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun, satu langkah yang memicu kekhawatiran para pebisnis. Uni Eropa kini mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi Brexit tanpa kesepakatan (no deal) pada 12 April mendatang.

Presiden Majelis Eropa, Donald Tusk, sudah menetapkan waktu untuk mengundang para anggota berunding mengenai situasi terakhir Brexit.

"Setelah Kesepakatan Pengunduran ditolak Majelis Rendah, saya memutuskan untuk menggelar rapat Majelis Eropa pada 10 April mendatang," kata Tusk.

Ditanggapi dengan Demo

Atas kegagalan pemerintah dan parlemen Inggris mencapai kesepakatan, pendukung Brexit menggelar unjuk rasa hingga larut malam di sekitar Gedung Parlemen. Mereka mengecam sikap pemerintah padahal seharusnya sudah bisa hengkang dari Uni Eropa akhir Maret ini.

Upaya May untuk mengajukan proposal Brexit keempat adalah upaya pertaruhannya yang kesekian kali untuk mencari dukungan dari anggota Parlemen. Jika masih juga buntu, maka pilihan lain May untuk mengamankan posisi politiknya adalah menggelar pemilu sela.


Akan tetapi, hal itu juga berisiko karena kemungkinan besar May bakal kalah telak. 







Credit  cnnindonesia.com