Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Kamis, 18 April 2019
CEO Huawei: Teknologi 5G Ibarat Bom Nuklir bagi Presiden AS
BERLIN
- CEO Huawei Ren Zhengfei mengecam fiksasi Donald Trump pada persaingan
5G dengan China. Dia mengibaratkan teknologi itu seperti bom nuklir
bagi Presiden Amerika Serikat (AS).
Zhengfei berjanji untuk
mendukung "perjanjian anti-mata-mata" dengan Jerman. "Sayangnya, AS
melihat teknologi 5G sebagai senjata strategis," kata Zhengfei dalam
sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman, Wirtschaftswoche dan Handelsblatt.
"Bagi mereka itu semacam bom nuklir," ujarnya yang dilansir Rabu (17/4/2019).
CEO Huawei tersebut mengatakan perusahaannya tidak akan memasang "pintu belakang" surveillance
pada peralatan 5G di Jerman. Berlin masih ragu-ragu untuk mengizinkan
Huawei berpartisipasi dalam peluncuran 5G di Jerman di masa mendatang
dengan alasan masalah keamanan.
Zhengfei mengaku akan mendesak
pemerintah China untuk menandatangani "perjanjian anti-mata-mata" dengan
Jerman, dan berkomitmen untuk mematuhi Peraturan Perlindungan Data Umum
(GDPR) Uni Eropa.
Washington telah memberikan tekanan diplomatik
pada Jerman untuk menutup Huawei, setelah beberapa agen intelijen AS
memperingatkan bahwa perusahaan itu dapat mengumpulkan informasi untuk
Beijing.
Zhengfei menyebut tuduhan itu "dongeng" dan menuntut AS memberikan fakta dan bukti untuk mendukung tuduhan mereka.
Presiden
Trump sendiri memandang kompetisi 5G sebagai pertempuran strategis. Dia
kepada wartawan pada hari Jumat pekan lalu mengatakan bahwa AS tidak
dapat membiarkan negara lain bersaing dengan Amerika Serikat dalam
industri yang kuat di masa depan.
Selain
melucuti peraturan tentang perusahaan telekomunikasi AS, Trump juga
telah mendesak sekutu Eropa lainnya untuk menghindari teknologi China.
Beberapa negara Eropa, seperti Jerman, Prancis, dan Inggris, telah
memperketat standar peraturan mereka. Sedangkan Italia, Kroasia, dan
Hongaria telah menyambut Huawei.
"Jika Barat tidak menginginkan
Perang Dingin yang baru, mereka harus tetap terbuka dan menerima
kebangkitan negara-negara lain," kata Zhengfei. "Kita harus fokus lagi
pada pembangunan ekonomi dan menciptakan perdamaian."