Turki meyakinkan pembelian s-400 sesuai prosedur.
CB, WASHINGTONG— Turki takkan menanggapi pernyataan yang mempertanyakan statusnya di NATO.
Juru
bicara Presiden Turki, Ibrahim Kalin, membela kebijakan luar negeri
negaranya tersebut mengenai pembelian sistem pertahanan rudal Rusia di
tengah penolakan Amerika serikat.
Dia menyatakan Turki akan terus melakukan tindakan yang akan memperkuat posisinya di persekutuan trans-Atlantik itu.
Ketegangan
antara AS dan Turki telah mencapai titip didih dalam beberapa bulan
belakangan ini, Turki dijadwalkan mulai menerima sistem rudal canggih
permukaan ke udara buatan Rusia S-400.
Washington
menyatakan tindakan itu akan membahayakan peran Turki dalam program jet
tempur buatan AS, F-35, dan dapat menyulut sanksi Kongres.
Selain
itu, pada awal Maret, Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengatakan
pembelian sistem S-400 oleh Turki dapat berpotensi menimbulkan risiko
buat NATO.
"Turki harus memilih. Apakah negara
tersebut mau tetap menjadi mitra penting dalam persekutuan militer yang
paling berhasil dalam sejarah dunia, atau apakah negara itu mau
menanggung resiko keamanan kemitraan itu," kata Pence.
Kalin
menyatakan tak mungkin buat Turki untuk pernyataan semacam itu,
demikian laporan Anadolu, yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu (17/4).
Dia menambahkan tak ada satu negara pun yang akan menentukan status satu negara di NATO tapi semua negara anggota NATO.
"Selain
itu, kami bukan (negara) pengamat di sana. Kami adalah salah satu
anggota. Kami adalah negara yang memiliki hak berbicara dalam semua
keputusan," katanya.
Di dalam pernyataannya, dia kembali mengatakan hubungan Turki dengan Rusia bukan pilihan bagi hubungan dengan AS atau Eropa.
Dia mengatakan sangat normal buat Turki untuk mengembangkan berbagai hubungan di berbagai bidang dalam kebijakan luar negeri.
Setelah
upaya yang berlarut untuk membeli sistem pertahanan udara dari AS tanpa
hasil, Ankara pada 2017 memutuskan untuk membeli sistem buatan Rusia
S-400.
Para pejabat AS menyarankan Turki membeli
sistem rudal Patriot buatan AS dan bukan S-400 dari Moskow, dengan
alasan sistem buatan Rusia takkan cocok dengan sistem NATO dan bisa
mengungkap rahasia F-35 kepada Rusia.
Namun Turki menekankan sistem S-400 takkan disatukan ke dalam operasi NATO dan takkan menimbulkan ancaman buat aliansi tersebut.
Kalin
juga menolak ancaman sanksi dari Washington melalui Countering
America''s Adversaries Throguh Sanctions Act, atau CAATSA, yang disahkan
pada 2017 guna menghadapi Iran, Korea Utara, dan Rusia dan memerangi
pengaruh mereka di seluruh dunia.
Pembicaraan Ankara
yang diumumkan pada Januari 2017 untuk membeli sistem pertahanan rudal
S-400 dilakukan sebeluam CAATSA ditandatangani menjadi peraturan pada
Agustus 2017.
Dia memperingatkan ancaman takkan
berhasil dan akan berbalik. "Turki bukan negara yang membangun hubungan
dengan ancaman semacam itu. (Pembelian) ini adalah keputusan yang
diambil dalam kerangka kerja kedaulatan nasional Turki," kata dia.