Kamis, 18 April 2019

Turki Enggan Respons Pihak Pertanyakan Statusnya di NATO


Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016.
Sistem rudal darat-ke-udara jarak menengah dan jarak jauh Rusia S-400 saat parade Hari Kemenangan perayaan 71 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia II di Red Square, Moskow, Rusia, 9 Mei 2016.
Foto: REUTERS/Grigory Dukor
Turki meyakinkan pembelian s-400 sesuai prosedur.



CB, WASHINGTONG— Turki takkan menanggapi pernyataan yang mempertanyakan statusnya di NATO.


Juru bicara Presiden Turki, Ibrahim Kalin, membela kebijakan luar negeri negaranya tersebut mengenai pembelian sistem pertahanan rudal Rusia di tengah penolakan Amerika serikat. 

Dia menyatakan Turki akan terus melakukan tindakan yang akan memperkuat posisinya di persekutuan trans-Atlantik itu.


Ketegangan antara AS dan Turki telah mencapai titip didih dalam beberapa bulan belakangan ini, Turki dijadwalkan mulai menerima sistem rudal canggih permukaan ke udara buatan Rusia S-400.


Washington menyatakan tindakan itu akan membahayakan peran Turki dalam program jet tempur buatan AS, F-35, dan dapat menyulut sanksi Kongres.


Selain itu, pada awal Maret, Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengatakan pembelian sistem S-400 oleh Turki dapat berpotensi menimbulkan risiko buat NATO.


"Turki harus memilih. Apakah negara tersebut mau tetap menjadi mitra penting dalam persekutuan militer yang paling berhasil dalam sejarah dunia, atau apakah negara itu mau menanggung resiko keamanan kemitraan itu," kata Pence.


Kalin menyatakan tak mungkin buat Turki untuk pernyataan semacam itu, demikian laporan Anadolu, yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu (17/4).


Dia menambahkan tak ada satu negara pun yang akan menentukan status satu negara di NATO tapi semua negara anggota NATO.


"Selain itu, kami bukan (negara) pengamat di sana. Kami adalah salah satu anggota. Kami adalah negara yang memiliki hak berbicara dalam semua keputusan," katanya.

Di dalam pernyataannya, dia kembali mengatakan hubungan Turki dengan Rusia bukan pilihan bagi hubungan dengan AS atau Eropa.


Dia mengatakan sangat normal buat Turki untuk mengembangkan berbagai hubungan di berbagai bidang dalam kebijakan luar negeri.


Setelah upaya yang berlarut untuk membeli sistem pertahanan udara dari AS tanpa hasil, Ankara pada 2017 memutuskan untuk membeli sistem buatan Rusia S-400.


Para pejabat AS menyarankan Turki membeli sistem rudal Patriot buatan AS dan bukan S-400 dari Moskow, dengan alasan sistem buatan Rusia takkan cocok dengan sistem NATO dan bisa mengungkap rahasia F-35 kepada Rusia.


Namun Turki menekankan sistem S-400 takkan disatukan ke dalam operasi NATO dan takkan menimbulkan ancaman buat aliansi tersebut.


Kalin juga menolak ancaman sanksi dari Washington melalui Countering America''s Adversaries Throguh Sanctions Act, atau CAATSA, yang disahkan pada 2017 guna menghadapi Iran, Korea Utara, dan Rusia dan memerangi pengaruh mereka di seluruh dunia.


Pembicaraan Ankara yang diumumkan pada Januari 2017 untuk membeli sistem pertahanan rudal S-400 dilakukan sebeluam CAATSA ditandatangani menjadi peraturan pada Agustus 2017.


Dia memperingatkan ancaman takkan berhasil dan akan berbalik. "Turki bukan negara yang membangun hubungan dengan ancaman semacam itu. (Pembelian) ini adalah keputusan yang diambil dalam kerangka kerja kedaulatan nasional Turki," kata dia.




Credit  republika.co.id