AS memperingatkan warganya bahwa 'teroris'
masih merencanakan serangan di Sri Lanka setelah delapan ledakan
mengguncang negara itu tepat di Hari Paskah. (Reuters/Dinuka
Liyanawatte)
Jakarta, CB -- Amerika Serikat memperingatkan warganya bahwa 'teroris' masih merencanakan serangan di Sri Lanka setelah delapan ledakan mengguncang sejumlah gereja dan hotel mewah di negara Asia Pasifik itu tepat di Hari Paskah pada Minggu (21/4).
"Teroris masih mungkin menyerang dengan peringatan sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali," demikian imbauan perjalanan yang dirilis Kementerian Luar Negeri AS bagi warganya, Senin (22/4).
"Teroris masih mungkin menyerang dengan peringatan sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali," demikian imbauan perjalanan yang dirilis Kementerian Luar Negeri AS bagi warganya, Senin (22/4).
Kemlu AS menjabarkan bahwa potensi serangan itu sangat besar di lokasi-lokasi turis, jalur transportasi, pusat perbelanjaan, hotel, rumah ibadah, bandara, dan tempat publik lainnya.
Peringatan ini dilansir tak lama setelah dilaporkan bahwa rangkaian serangan ini juga merenggut nyawa 32 warga asing, termasuk dari AS.
Keamanan di Sri Lanka pun langsung menjadi perhatian publik karena delapan serangan ini terjadi hanya dalam kurun waktu 20 menit.
Warga Sri Lanka sendiri bertanya-tanya karena pemerintah dilaporkan sebenarnya sudah mendapatkan informasi intelijen mengenai kemungkinan serangan ke beberapa tempat ibadah sejak sepuluh hari lalu.
AFP melaporkan ada satu dokumen intelijen yang menunjukkan bahwa Kepala Kepolisian Sri Lanka, Pujuth Jayasundara, sebenarnya sudah mengirimkan peringatan kepada para pejabat tinggi sepuluh hari lalu.
Peringatan itu mengindikasikan akan ada pengebom bunuh diri yang dikirimkan ke "gereja-gereja besar."
Sampai saat ini, belum ada pihak yang mengklaim sebagai dalang di balik rangkaian serangan ini. Namun, Perdana Menteri Ranil Wickremsinghe memastikan bahwa pemerintah sudah mengetahui "informasi awal mengenai ledakan tersebut."
Meski demikian, Wickremsinghe mengatakan bahwa pemerintah harus menelaah terlebih dulu cara terbaik untuk menggunakan informasi tersebut.
Sampai saat ini, belum ada pihak yang mengklaim sebagai dalang di balik rangkaian serangan ini. Namun, Perdana Menteri Ranil Wickremsinghe memastikan bahwa pemerintah sudah mengetahui "informasi awal mengenai ledakan tersebut."
Meski demikian, Wickremsinghe mengatakan bahwa pemerintah harus menelaah terlebih dulu cara terbaik untuk menggunakan informasi tersebut.
Credit cnnindonesia.com