Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern. (Reuters/Edgar Su)
Jakarta, CB -- Pemerintah Selandia Baru menyatakan sampai saat ini belum menemukan bukti serangan teror bom di Sri Lanka
adalah aksi balas dendam terhadap penembakan di dua masjid di Kota
Christchurch pada 15 Maret lalu. Sebab, pemerintah Sri Lanka yang
terlebih dulu menarik kesimpulan awal itu.
"Kami paham penyelidikan yang dilakukan Sri Lanka masih tahap awal. Selandia Baru belum menerima informasi intelijen yang mendukung kesimpulan itu," demikian pernyataan juru bicara Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, melalui surel.
"Kami paham penyelidikan yang dilakukan Sri Lanka masih tahap awal. Selandia Baru belum menerima informasi intelijen yang mendukung kesimpulan itu," demikian pernyataan juru bicara Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, melalui surel.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (24/4), teror penembakan di Kota Christchurch menewaskan 50 warga Muslim yang menunaikan Salat Jumat. Aksi keji itu dilakukan oleh seorang lelaki warga Australia yang bermukim di Selandia Baru, Brenton Harrison Tarrant, di dua masjid, Al Noor dan Linwood.
Tarrant berhasil ditangkap ketika hendak kabur. Dalam manifesto yang disebarkan sebelum beraksi, Tarrant mengaku dia penganut paham supremasi kulit putih.
Tarrant kini diajukan ke pengadilan dan dijerat nyaris 90 dakwaan.
"Selandia Baru menentang terorisme dan kekerasan dalam bentuk apapun. Terkait serangan di dua masjid di Christchurch, kami mengutuk perbuatan pelaku dan kami tetap bersatu demi perdamaian," demikian lanjut pernyataan Ardern.
Menteri Pertahanan Sri Lanka, Ruwan Wijewardene, yang menyatakan delapan serangan bom beruntun saat perayaan Hari Paskah pada Minggu (21/4) merupakan balasan atas penembakan massal di dua masjid Kota Christchurch.
Sampai saat ini, kepolisian Sri Lanka mengatakan sebanyak 320 orang tewas akibat insiden beruntun itu, sementara 500 lainnya luka-luka.
Hingga saat ini, kepolisian telah menahan 40 orang terkait serangan bom itu. Meski begitu, kepolisian tidak menjelaskan detail waktu penahanan dan identitas para tersangka.
Pemerintah
Sri Lanka meyakini serangan itu dilakukan oleh kelompok ekstremis
lokal, Jemaah Tauhid Nasional (NTJ). Pemerintah Sri Lanka juga masih
menyelidiki kemungkinan hubungan NTJ dengan kelompok teror dunia, yakni
ISIS atau Al Qaidah.
Credit cnnindonesia.com