Senin, 29 April 2019

Sri Lanka Masih Rawan Usai Teror Bom, Sekolah Urung Dibuka


https://akcdn.detik.net.id/visual/2019/04/21/491bcbff-bf9b-4048-b325-c980948c5584_169.jpeg?w=650


Ilustrasi aparat keamanan Sri Lanka. (AP Photo/Eranga Jayawardena)



Jakarta, CB -- Kondisi keamanan di Sri Lanka sampai saat ini masih tetap rawan, selepas diguncang rangkaian teror bom pada 21 April, disusul penggerebekan sejumlah lokasi persembunyian teroris pada Sabtu (27/4) kemarin. Pemerintah menyatakan tetap memberlakukan jam malam sampai pekan depan guna memburu sekitar 140 orang ekstremis.

Menurut juru bicara Kepolisian Sri Lanka, Ruwan Gunasekera, mereka berhasil menangkap dua warga yang masuk daftar pencarian orang karena diduga terlibat jaringan teroris. Keduanya adalah Mohamed Saadik Abdul Haq dan Mohamed Saahid Abdul Haq, yang dibekuk di daerah Nawalapitiya, berjarak sekitar 125 kilometer di sebelah timur Ibu Kota Kolombo, seperti dilansir AFP, Minggu (28/4).

Gunasekara menyatakan jumlah orang-orang mencurigakan yang mereka tangkap sejak serangan bom pada 21 April lalu saat ini sudah mencapai 100. Menurut Presiden Maithripala Sirisena, mereka menyatakan terus mengejar 140 orang yang diduga terlibat dalam serangan bom dan jejaring teroris.

Sirisena mengatakan pemerintah Sri Lanka sudah menyatakan kelompok Jemaah Tauhid Nasional (NTJ) dan Jemaah Agama Ibrahim (JMI) sebagai organisasi terlarang. Dia juga memutuskan menunda memulai kembali kegiatan belajar mengajar di seluruh sekolah di Sri Lanka, karena situasi masih tegang.


Aparat juga tetap menerapkan jam malam mulai pukul 22.00 sampai 04.00 waktu setempat.

Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kolombo, Ullif Taftazani, menyatakan sampai saat ini kondisi warga Indonesia di Sri Lanka masih aman.

Kepolisian Sri Lanka menggerebek sejumlah tempat setelah mendapat informasi para pelaku bom Paskah Sri Lanka bersembunyi di wilayah Kalmunai, sekitar 370 kilometer dari Ibu Kota Kolombo. Kalmunai merupakan kampung halaman salah satu dalang bom bunuh diri, Zahra Hashim. Dia dilaporkan meninggal saat meledakkan bom di Hotel Shangri-La.

Baku tembak antara aparat dan para teroris berlangsung selama berjam-jam. Setelah itu terdengar ledakan, yang merupakan bom bunuh diri. Mereka yang meledakkan diri diduga adalah teroris dengan nama samaran Abu Hammad, Abu Sufyan and Abu al-Qa'qa.

Sebanyak 15 orang tewas akibat bom. Pihak kepolisian menyebut korban termasuk tiga wanita dan enam anak-anak.

Enam hari sebelumnya, mereka diduga melakukan rangkaian serangan bom pada Hari Raya Paskah di tiga gereja dan tiga hotel mewah Sri Lanka. Peristiwa ini pun menyebabkan 253 orang meninggal dan 500 orang terluka. Diduga di antara pelakunya adalah Imsath dan Ilham, dua anak lelaki pengusaha rempah-rempah ternama di Sri Lanka, Mohamed Yusuf Ibrahim.

Pelaku bom bunuh diri lainnya diduga adalah Abdul Lathif Jameel Mohamed. Dia merupakan pemuda Sri Lanka yang pernah kuliah di Australia. Rekannya, Jezem Jameel, menyatakan Lathif sebenarnya adalah pribadi yang riang. Namun, sejak lulus kuliah dia menjadi lebih relijius dan menarik diri dari pergaulan teman-temannya.




Credit  cnnindonesia.com