Mahathir digambarkan sebagagi sosok ‘kuda perang tua yang tangguh’ .
CB,
KUALA LUMPUR — Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad masuk
dalam daftar 100 orang paling berpengaruh versi majalah
Time
pada tahun ini. Pria berusia 93 tahun itu digambarkan sebagagi sosok
‘kuda perang tua yang tangguh’ dan mempesonakan setelah berjuang dalam
kampanye yang melelahkan.
Editor yang menulis ringkasan profil untuk Mahathir, Clare Rewcastle
Brown menuturkan dalam tulisannya bahwa tidak perlu muda untuk melawan
kekuasaan. Mahathir kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia dengan
dukungan rakyat negara itu setelah adanya kasus korupsi yang melibatkan
Najib Razak.
Saat menjabat sebagai perdana menteri, Najib
mendapat tuduhan dalam kasus korupsi 1MDB. Ia kemudian menghadapi tiga
tuntutan pelanggaran kepercayaan, satu tuntutan pelanggaran kekuasaan,
dan tiga tuntutan pencucian uang yang melibatkan dana sebesar 42 juta
ringgit Malaysia di SRC International, bekas unit usaha 1MDB.
Dari
sana, Mahathir mengumpulkan banyak orang, menyatukan kelompok-kelompok
pemilih untuk kembali mendapatkan kepercayaan sebagai pemimpin negara.
Ia juga berkomitmen untuk menyerahkan kekuasaan kepada mantan pemimpin
oposisi Anwar Ibrahim (71).
Warga
Malaysia kemudian percaya untuk kembali memilih Mahathir, yang terbukti
dari hasil pemilihan negara itu pada 2018. Ia yang saat itu sudah
berusia 92 tahun menorehkan sejarah sebagai perdana menteri tertua di
negara itu. Sesuai dengan janji, beberapa hari setelah kemenangannya,
Anwar Ibrahim dibebaskan dari penjara.
Mahathir saat ini
berupaya memenuhi janji-janji selama kampanye, yang utamanya adalah
untuk meringankan beban rakyat. Salah satu gagasannya adalah
menghapuskan pajak barang dan jasa dalam tempo 100 hari pertama,
menjawab keluhan rakyat Malaysia yang mengeluhkan peningkatan biaya
hidup dengan pemberlakuan pajak tersebut.
Selain Mahathir,
Time
juga memasukkan nama-nama sejumlah pemimpin negara yang dinilai membawa
pengaruh besar pada tahun ini. Diantaranya adalah Presiden Amerika
Serikat (AS) Donald Trump, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, dan
Presiden Cina Xi Jinping.