Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Senin, 22 April 2019
Pesawat Berkonsep Helikopter Akan Dijual Tahun Depan
Untuk pertama kalinya di dunia, pesawat berkonsep helikopter akan
dijual secara umum di pasaran pada tahun depan. Banyak orang menyebutnya
sebagai pesawat dengan baling-baling miring itu mampu terang lebih
cepat dibandingkan helikopter. Pesawat tersebut umumnya digunakan oleh
militer selama bertahun-tahun Kini, untuk pertama kalinya, model pesawat
yang tak lagi membutuhkan landasan terbang di bandara itu akan
digunakan untuk kepentingan sipil.
Namun, pesawat itu akan
digunakan untuk penerbangan medis, upaya pencarian dan penyelamatan,
serta perjalanan eksekutif. Miliarder dan mantan Wali Kota New York
Michael Bloomberg dilaporkan bahwa dia ingin membeli satu pesawat
tersebut. Bloomberg bisa terbang dengan pesawat itu nanti di rumahnya.
Pesawat
itu mampu terbang dengan kecepatan lebih dari 300 mil per jam (509 km
per jam) untuk sebuah pertemuan yang jaraknya ribuan mil. Sekitar tiga
jam sesudahnya, pesawat itu bisa mendarat di helipad di lokasi
pertemuan. Dengan tidak memerlukan bandara, itu bisa menghemat waktu
karena orang tak perlu menghabiskan waktu. Semuanya akan semakin efisien
dan efektif. Semuanya akan berjalan lancar dan proses pener - bangan
pun akan semakin muda.
Sebagai
contoh, donor jantung bisa terbang dari helipad rumah sakit dan terbang
langsung ke rumah sakit lainnya dengan jarak lebih dari 1.000 mil,
tanpa perlu pergi ke bandara terlebih dahulu. Untuk upaya pencarian dan
penyelamatan, pesawat itu bisa terbang rendah serta dapat menjangkau
orang di lapangan. Itu akan memudahkan orang tanpa perlu menunggu
transportasi. Baling-baling yang miring juga bisa menghemat waktu dan
mengangkut orang dengan cepat.
Pesawat berkonsep helikopter itu
kini sedang diproduksi di Amerika Serikat (AS) oleh perusahaan raksasa
asal Italia, Leonardo. Nama pesawat tersebut adalah AW609 yang pada
pekan ini tengah diproduksi di pabrik Philadelphia. Jika sesuai rencana,
AW609 akan mendapatkan sertifikat kelayakan terbang Badan Penerbangan
Federal (FAA) pada akhir tahun ini dan menjalani pelayanan terbang pada
2020.
”AW609 dari sudut pandang teknologi adalah sebuah
terobosan,” kata Direktur Pelak sana Leonardo Helicopters, Gian Piero
Cutillo, dilansir CNN , kemarin. Pesawat dengan enam penumpang dan dua
awak kabin itu memiliki teknologi hybrid karena menggunakan mesin
pendorong turboprop di masing- masing sayapnya.
Setiap mesin
berputar ke atas dan bawah tergantung dengan posisi pesawat untuk
terbang, mendarat, atau lepas landas. AW609 memiliki awak kabin sebanyak
dua orang dengan panjang 13,4 meter dan lebar mencapai 18,3 meter.
Berat kosong pesawat tersebut adalah 4.765 kg dengan tinggi kabin 1,42
meter dan lebar kabin mencapai 1,47 m.
Berbeda dengan V-22 Osprey
Tidak
sama dengan V-22 Osprey milik Pentago, pesawat berkonsep helikopter
pertama untuk kepentingan militer, AW609 memiliki kabin dengan tekanan.
Itu menjadikan AW609 bisa terbang hingga 25.000 kaki. Dengan kondisi
tersebut menjadikan pesawat itu bisa terbang dalam kondisi cuaca buruk
seperti pesawat.
Model pesawat dengan teknologi helikopter V-22
Osprey pertama kali menjalani uji terbang pada akhir 1980-an setelah
beberapa kali dengan purwarupa lebih kecil, yakni XV-3 dan XV-15.
Setelah beberapa kali kecelakaan, pesawat tersebut kini digunakan di
Marinis AS, Angkatan Laut AS, dan Angkutan Udara AS, dengan jumlah
sekitar 200 unit Osprey.
Sama seperti Osprey, perkembangan AW609
pernah mengalami tragedi. Pasalnya, Osprey pernah mengalami kecelakaan
mematikan pada 1992 dan 2000. Pada 2015, purwarupa AW609 mengalami
kecelakaan pada uji coba terbang dan menewaskan dua pilotnya. ”Regulator
sedang mengamat dari dekat pesawat tersebut terkait dengan kendala
perkembangannya, baik dari segi 609 dan V-22, keduanya merupakan saudara
sepupu,” kata Richard Aboulafia, analis industri penerbangan di Teal
Group.
”Namun, mereka tidak akan mendapatkan sertifikasi jika
memang tidak menjamin keselamatan penumpang,” ujarnya. Karena pesawat
berteknologi helikopter itu digunakan untuk kepentingan sipil, mereka
juga akan memasuki wilayah aturan baru. ”Kita akan bermitra bersama
FAA,” kata Cutillo.
Dia mengungkapkan, pihaknya akan
mensertifikasi helikopter baru, pada saat yang sama juga pesawat untuk
turboprop. ”Itu bukan jalur yang muda karena kita mensertifikat produk
yang unik,” ujarnya. Leonardo telah bekerja sama dengan FAA untuk
mengatur regulasi pesawat tipe baru ini. ”Selama ini tantangan paling
berat adalah kita bisa bertemu bersama,” ujar Cutillo. Namun, dia
mengaku tetap percaya diri.
”Kita mendapatkan respons positif
dari beberapa kali uji terbang yang telah kita lakukan,” katanya. Dia
menambahkan berbagai kemajuan penting dan telah dilaksanakan. Seperti
V-22, AW609 pertama kali dikembangkan Bell yang bermitra dengan Boeing
dengan nama BA609.
Proyek itu dimulai pada 1996 dengan proposal
untuk mengambil alih teknologi Osprey untuk pasar penerbangan umum. Dua
tahun kemudian, Boeing memutuskan keluar dari program tersebut dan
digantikan perusahaan helikopter asal Italia, Agusta. Dua perusahaan itu
membentuk kerja sama untuk mengembangkan AW609 pada 1998 dan 2003. Itu
merupakan proses uji coba dan evaluasi yang panjang.
Dengan
dua prototipe, AW609 telah melaksanakan uji terbang ratusan jam dan
menggelar serangkaian uji coba terbang. Hingga pada 2011, Bell
memutuskan meninggalkan proyek tersebut karena fokus mengembangkan
pesawat lainnya, V-280 Valor, sebuah program bekerja sama dengan
Angkatan Darat AS. Sebuah perusahaan AS yang masih fokus mengembangkan
AW609 adalah AgustaWestland (setelah perusahaan helikopter Inggris
bergabung) memberikan bantuan teknis.
Sudah Mendapat Banyak Pesanan
Pertanyaannya
adalah berapa harganya? ”Harganya adalah USD25 juta,” kata Cutillo. Itu
sekitar dua kali lipat helikopter tradisional. Negara kaya minyak Uni
Emirat Arab telah memesan tiga AW609 untuk kepentingan operasi pencarian
dan penyelamatan.
Pelanggan pertama di AS adalah Era Group,
perusahaan berbasis di Texas yang diperkirakan memesan dua unit.
Kesepakatan itu termasuk paket pelatihan instruksi penerbangan intensif
di akademi Leonardo di Philadelphia.
Pelanggan lainnya adalah
Nakanihon Air Service di Jepang sepakat mengkaji penggunaan AW609 untuk
pelayanan medis, respons darurat, dan peliputan berita. AW609 akan
menjadi pesawat penumpang sehingga bisa digunakan para eksekutif yang
ingin menghindari bandara dan terbang dari lokasi tertentu ke target
tertentu.
Bagaimana niat Michael Bloomberg untuk membeli AW609?
”Meskipun Bloomberg memiliki sertifikasi helikopter, dia bukan masuk
dalam daftar tunggu orang membeli pesawat tersebut,” kata Cutillo. Jika
Bloomberg ingin pesawat yang lebih besar versi AW69, dia bisa memesan
khusus pesawat yang bisa menampung untuk 25 penumpang.