Selasa, 07 April 2015

Balas Serangan, Jet Kenya Bombardir Al-Shabaab di Somalia


Balas Serangan, Jet Kenya Bombardir Al-Shabaab di Somalia  
Ini adalah serangan balasan pertama menyusul serangan al-Sbahaab ke Garissa University College yang menewaskan ratusan orang pekan lalu. (Ilustrasi/Reuters/Shawn Nickel)
 
 
Nairobi, CB -- Angkatan udara Kenya membombardir dua lokasi yang diyakini markas al-Shabaab di Somalia. Serangan ini adalah balasan pertama yang dilakukan Kenya menyusul serangan kelompok militan itu ke Garissa University College yang menewaskan ratusan orang pekan lalu.

Seorang sumber di Angkatan Bersenjata Kenya, KDF, kepada Reuters mengatakan bahwa serangan itu dilakukan pada Minggu (5/4). Jet Kenya menggempur kamp al-Shabaab di Gondodowe dan Ismail, keduanya di wilayah Gedo dekat perbatasan Kenya.

Sumber mengatakan, serangan terhalangi awan sehingga sulit mengetahui dampak bombardir tersebut terhadap sasaran.

"Kami menyerang dua wilayah yang diperoleh berdasarkan informasi yang kami dapatkan. Mereka (al-Shabaab) datang dari wilayah itu untuk menyerang Kenya," kata sumber KDF.

Serangan al-Shabaab ke Kenya dimulai pada Kamis lalu ke kampus di kota Garissa, sekitar 200 kilometer sebelah barat daya perbatasan Somalia. Sebanyak 148 orang tewas dalam serangan tersebut.

Kenya selama ini berjuang keras dalam mencegah aliran militan dan persenjataan al-Shabaab melewati perbatasan mereka sepanjang 700 km dengan Somalia. Sejak April 2013, kelompok ini telah membunuh lebih dari 400 orang di Kenya.

Serangan pekan lalu disebut sebagai yang terparah di Kenya sejak serangan bom ke Kedutaan Besar Amerika Serikat di negara itu tahun 1998, menewaskan 224 orang dan melukai lebih dari 4.000 lainnya.

Kini pentolan kelompok militan itu, Mohamed Mohamud, menjadi salah satu orang paling dicari oleh otoritas Kenya.

Kementerian Dalam Negeri mulai menyebarkan poster pencarian Mohamed Mohamud yang memiliki alias Dulyadin dan Gamadhere, petinggi al-Shabaab dengan imbalan sebanyak 20 juta shilling, setara Rp2,7 miliar.



Credit  CNN Indonesia