Iran menyebut tengah mempertimbangkan opsi keluar dari Kesepakatan Nuklir 2015.
CB,
TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan
keluar dari kesepakatan nuklir 2015 menjadi salah satu opsi dalam
mengatasi sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS).
Kesepakatan nuklir 2015 dirancang agar Iran tidak menyalahgunakan
teknologi nuklir yang mereka miliki.
Ketegangan antara Washington dan Teheran semakin memanas setelah
Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari kesepakatan tahun 2015
lalu. Trump kemudian memberlakukan kembali sanksi ekonomi terhadap
negara Timur Tengah itu.
Pada awal bulan ini, AS
memasukkan Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok teroris. Mereka
juga mencabut keringanan beberapa importir minyak Iran sehingga
negara-negara yang sebelumnya masih diperbolehkan membeli minyak Iran
tidak bisa lagi mendapatkan pasokan minyak dari negara itu sejak awal
Mei mendatang atau mereka akan mendapatkan sanksi.
"Republik
Islam (Iran) memiliki banyak pilihan dan pihak berwenangan negara ini
mempertimbangkannya, dan meninggalkan Perjanjian Nonproliferasi Nuklir
(NPT) menjadi salah satu di antaranya," kata Zarif di situs stasiun
televisi
IRIB, Ahad (28/4).
Sebelumnya, Iran juga
pernah mengancam akan meninggalkan NPT. Ketika itu, Trump menarik AS
dari kesepakatan tahun 2015 yang ditandatangani enam kekuatan dunia,
yakni AS, Rusia, Cina, Jerman, Inggris dan Prancis.
Iran
juga mengancam akan menarik diri dari kesepakatan tahun 2015 kecuali
jika negara-negara besar Eropa dapat memastikan Iran mendapatkan manfaat
ekonomi dari kesepakatan itu. Eropa mengatakan mereka akan membantu
perusahaan-perusahaan untuk berbisnis dengan Iran dengan syarat Iran
tetap mematuhi kesepakatan perjanjian nuklir tahun 2015.
Tapi
Iran mengkritik upaya lambat Eropa dalam menciptakan mekanime
pembayaran baru yang menjadi solusi untuk perdagangan Eropa-Iran.
"Eropa
punya waktu satu tahun tapi sayangnya mereka sama sekali tidak
melakukan langkah yang praktis, harapan kami kepada mereka untuk
menunjukannya tidak terlihat, dan saya pikir mereka tidak punya waktu
lagi," kata Zarif kepada
IRIB.