Senin, 22 April 2019

Jepang Yakinkan AS Tetap Beli Jet Tempur F-35 Meski Sudah Jatuh


Jepang Yakinkan AS Tetap Beli Jet Tempur F-35 Meski Sudah Jatuh
Pesawat-pesawat jet tempur siluman F-35A Jepang saat menjalani misi pelatihan. Foto/Courtesy of Japan Air Self-Defense Force

TOKYO - Jatuhnya sebuah jet tempur siluman F-35A Jepang baru-baru ini tidak akan menghentikan rencana Tokyo untuk membeli lebih banyak pesawat canggih tersebut dari Lockheed Martin. Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya meyakinkan hal itu ketika bertemu rekannya dari Amerika Serikat (AS).

"Pada titik ini, kami tidak memiliki informasi spesifik yang akan mengarah pada perubahan dalam rencana pengadaan," kata Iwaya, seperti dikutip Nikkei Asian Review, Senin (22/4/2019). Dia bertemu Pelaksana Tugas Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan di Pentagon pada Jumat pekan lalu.

Iwaya mengatakan dia dan Shanahan membahas rencana Jepang untuk penyebaran peralatan pertahanan Amerika, termasuk pembelian F-35.

Pemerintah Jepang memosisikan F-35 yang sebagian besar dikembangkan di AS sebagai tulang punggung angkatan udaranya untuk menggantikan F-4 dan F-15 yang sudah tua.

Setelah mengajukan pesanan awal 42 unit F-35A, kabinet Jepang tahun lalu menyetujui rencana untuk membeli 105 unit lagi. Penambahan itu termasuk 42 unit F-35B, varian F-35 yang mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal dan dapat digunakan dari kapal perusak Jepang tang telah dikonversi menjadi kapal induk.

Pembelian tambahan oleh Jepang tersebut diputuskan setelah seruan berulang Presiden AS Donald Trump agar Tokyo membeli lebih banyak peralatan pertahanan Amerika untuk mengecilkan surplus perdagangannya. Trump secara pribadi berterima kasih kepada Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe karena telah membeli begitu banyak F-35 ketika kedua pemimpin bertemu di Argentina November lalu.

Jepang telah menerima 13 unit F-35A sejauh ini, empat di antaranya dibuat di AS dan sisanya dirakit di Jepang dari komponen Amerika. Pemerintah berencana untuk membeli enam lagi tahun fiskal ini. Ke depan, Tokyo akan tetap mengimpor jet tempur tersebut dengan alasan lebih hemat biaya.

Meskipun Pasukan Bela Diri Jepang belum menempatkan F-35 ke dalam layanan aktif, Tokyo berharap bahwa menambahkan pesawat buatan AS ke armadanya akan membantu fungsi pencegah yang lebih besar. Pertimbangannya adalah kemampuan jet tempur F-35 akan dilengkapi rudal pencegat canggih yang berpotensi menghancurkan rudal balistik musuh di udara.

Namun, kecelakaan selama misi pelatihan pada 9 April lalu dapat menggagalkan rencana-rencana tersebut. Masih sedikit informasi yang diketahui tentang jatuhnya jet tempur siluman itu karena AS dan Jepang masih menjelajahi Laut Pasifik di lepas pantai timur laut Jepang untuk mencari puing-puing jet tersebut.

Pilot, yang masih hilang, telah menyerukan misi untuk berakhir sebelum pesawatnya jatuh. Jika insiden itu ternyata disebabkan oleh cacat pada pesawat, Tokyo bisa menghadapi seruan publik untuk berhenti membelinya.

Menurut Departemen Pertahanan, lima dari 13 unit F-35A Jepang telah terlibat dalam tujuh pendaratan darurat. Dua insiden melibatkan kesalahan pada pesawat yang kemudian jatuh. Jet-jet canggih itu rutin diperiksa untuk memastikan aman untuk terbang. Pemeriksaan tambahan juga telah dilakukan untuk melihat apakah ada kaitan dengan kecelakaan 9 April lalu.

AS belum mengungkapkan rincian teknologi canggih F-35 ke negara lain, dan ada kekhawatiran bahwa China atau Rusia bisa mendapatkan puing-puingnya dan mengungkap beberapa rahasia, termasuk kemampuan jet untuk menembak jatuh rudal balistik. Ini adalah salah satu alasan mengapa Washington mengirim sejumlah kapal ke lokasi kejadian untuk membantu menemukan puing-puing F-35A.

Jika penyebab kecelakaan itu ternyata melibatkan informasi sensitif tentang pesawat itu, AS mungkin enggan membagikannya dengan sekutu terdekatnya, Jepang. 





Credit  sindonews.com