Tentara Sri Lanka di lokasi serangan bom. (REUTERS/Stringer)
Jakarta, CB -- Pemerintah Sri Lanka dilaporkan sudah diperingatkan soal ancaman serangan teror
sejak 11 April lalu. Namun, kegagalan mencegah peristiwa itu diduga
karena perselisihan antara Presiden Maithripala Sirisena dan Perdana
Menteri Ranil Wickremesinghe.
Seperti dilansir New York Times, Selasa (23/4), badan intelijen Sri Lanka dilaporkan sudah memantau pergerakan kelompok Jemaah Tauhid Nasional (NTJ) jauh-jauh hari. Bahkan mereka juga menyatakan mendapatkan informasi dari India soal potensi serangan.
Seperti dilansir New York Times, Selasa (23/4), badan intelijen Sri Lanka dilaporkan sudah memantau pergerakan kelompok Jemaah Tauhid Nasional (NTJ) jauh-jauh hari. Bahkan mereka juga menyatakan mendapatkan informasi dari India soal potensi serangan.
Sasaran mereka adalah kedutaan besar India, serta sejumlah pejabat Sri Lanka dan India. Pada 11 April lalu, intelijen menerbitkan memo kepada polisi supaya waspada akan ancaman serangan teror dengan sasaran gereja Katolik.
Di awal 2019, aparat Sri Lanka mencium benih-benih radikalisme mulai bergeliat. Hal itu terbukti setelah mereka menangkap empat warga Muslim karena menyimpan 100 kilogram bahan peledak berdaya tinggi dan 100 alat picu (detonator).
Akan tetapi, aparat gagal mencegah serangan teror. Alhasil, hampir 300 orang meninggal dan 500 lainnya luka-luka akibat serangan bom.
Senin kemarin, sejumlah menteri mengecam Sirisena karena tidak merinci potensi ancaman itu. Padahal, dia yang bertanggung jawab atas keamanan karena menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata serta intelijen dan kepolisian.
"Sejumlah perwira intelijen sudah tahu ada ancaman itu. Akan tetapi pemerintah tidak segera menanggapi. Mengabaikan peringatan ini harus disikapi dengan serius," kata Menteri Telekomunikasi Harin Fernando.
Fernando bahkan sampai mengunggah gambar laporan intelijen itu melalui akun Twitternya. Menteri Penyatuan Nasional, Mano Ganeshan, menyatakan para perwira yang berada di kementeriannya sudah diperingatkan soal ancaman serangan bom itu.
"Kami sangat malu atas kejadian ini. Kalau para pelaku sudah diketahui, kenapa mereka tidak ditangkap?," kata Menteri Perencanaan Kota, Rauff Hakeem.
Hakeem menuding ini sebagai kegagalan intelijen. Sejumlah menteri mendesak supaya kepala kepolisian Sri Lanka mundur akibat kejadian itu.
(CNN Indonesia/Fajrian)
|
Saat dikonfirmasi, Sirisena memberi pernyataan diplomatis. Melalui penasihat keamanan, Shiral Lakhtilaka, menyangkal mereka gagal mencegah serangan teror.
"Semua punya peranan. Peringatan seperti ini terus ada dari waktu ke waktu. Bahkan Amerika Serikat atau pihak lain tidak ingin membuat panik warga," kata Lakhtilaka.
Pertikaian politik antara Sirisena dan Wickremesinghe terjadi sejak tahun lalu. Saat itu, Sirisena mencopot Wickremesinghe dari jabatannya. Namun, Mahkamah Agung membatalkan keputusan Sirisena dan mengembalikan jabatan Wickremesinghe.
Serangan
bom itu terjadi pada Minggu (20/4) pekan lalu di delapan lokasi,
termasuk tiga gereja dan tiga hotel.
Credit cnnindonesia.com