Kamis, 19 Juli 2018

Dokumen Bom Nuklirnya Dicuri Mossad, Iran Sebut Klaim Menggelikan



Dokumen Bom Nuklirnya Dicuri Mossad, Iran Sebut Klaim Menggelikan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu presentasi slide dan video yang diklaim sebagai program bom nuklir yang dimiliki Iran. Presentasi dilakukan di Kantor Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, Senin (30/4/2018). Foto/REUTERS/Amir Cohen

NEW YORK - Iran membantah klaim Israel bahwa para agen Mossad berhasil mencuri dokumen penelitian Teheran tentang pembuatan bom nuklir. Teheran menyatakan, klaim itu konyol dan menggelikan.

Bantahan itu disampaikan misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai tanggapan atas laporan sejumlah media perihal misi rahasia badan intelijen Israel di sebuah gudang penyimpanan dokumen nuklir di kawasan industri di Teheran pada 31 Januari 2016.

Beberapa media Amerika Serikat, seperti New York Times, The Washington Post dan The Wall Street Journal pada awal pekan ini mengulas lebih rinci dokumen nuklir Iran yang dicuri Mossad, sebagaimana dipaparkan pemerintah Israel.

Para pejabat Israel juga memberikan rincian baru tentang bagaimana cara agen-agen intelijen memperoleh dokumen itu melalui operasi rahasia dengan menggunakan "obor" yang bisa mengeluarkan panas 2.000 derajat Celsius untuk membuka paksa brankas tempat dokumen disimpan.

Dalam aksinya, para agen intelijen Israel diklaim membawa lari dokumen 50.000 halaman dan 163 compact disc berisi file, video serta memo tentang rencana membuat bom nuklir.

Tidak ada dalam klaim Israel yang menyatakan Iran masih terlibat dalam kegiatan tersebut, yang oleh laporan intelijen Amerika Serikat disebut bahwa kegiatan itu sudah berakhir pada tahun 2003.

Tetapi melalui dokumen itu Israel tidak hanya menunjukkan bahwa Iran telah berbohong, tetapi juga bahwa pekerjaan Teheran dalam upaya menciptakan kekuatan nuklir telah jauh lebih canggih dan terorganisir dari yang diduga sebelumnya.

Dalam laporan New York Times disebutkan, aksi mata-mata Mossad menyusup ke fasilitas nuklir rahasia Iran saat itu berlangsung dalam enam jam lebih 29 menit.

Para pekerja Mossad, lanjut laporan itu, masuk ke sebuah gudang di sebuah kawasan industri di Teheran. Dalam hitungan jam itu, mereka membobol gudang dan membawa lari setengah ton dokumen program nuklir yang menurut pemerintah Israel merupakan program pembuatan senjata.

Para agen intelijen itu bergegas pergi sebelum shift pagi pekerja Iran tiba pada pukul 07.00. Selama waktu yang terbatas itu, mereka menonaktifkan alarm, menerobos dua pintu, membakar lusinan brankas besi dan melarikan diri dari kota dengan membawa dokumen curian.

"Para agen membawa peralatan yang bisa mengeluarkan panas 2.000 derajat Celsius untuk memotong brankas," tulis New York Times.

Laporan itu menunjukkan bahwa Israel diduga kuat memiliki bantuan dari internal Iran, karena agen-agen Mossad tahu persis lemari besi mana yang harus dibobol. 


Keaslian dokumen, yang diperkirakan berusia 15 tahun itu, belum bisa dikonfirmasi secara independen. Terlebih, Teheran secara konsisten membantah mengembangkan senjata nuklir.

"Iran selalu jelas bahwa menciptakan senjata pemusnah massal yang tidak pandang bulu adalah bertentangan dengan apa yang kita perjuangkan sebagai sebuah negara, dan gagasan bahwa Iran akan meninggalkan segala jenis informasi sensitif di beberapa gudang acak di Teheran sungguh konyol," kata juru bicara Duta Iran untuk PBB, Alireza Miryousefi, dalam sebuah pernyataan email, yang dikutip dari New York Times, Kamis (19/7/2018).

"Ini seolah-olah mereka mencoba untuk melihat apa yang mereka klaim aneh bisa membuat penonton Barat percaya," ujarnya.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merupakan orang pertama yang mengumumkan dokumen curian Mossad bulan April 2018 lalu setelah dia memberikan pengarahan pribadi kepada Presiden Donald Trump. Pengarahan itulah yang diduga menguatkan tekad Trump untuk menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015.

Dalam kesepakatan yang diteken Iran dengan enam kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China) tahun 2015 disebutkan bahwa Teheran bersedia mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi atau embargo. Namun, oleh Trump AS "mengkhianati" kesepakatan tersebut dengan menarik diri dan kembali memberlakukan sanksi terhadap Teheran. 


Credit  sindonews.com