BANDUNG
- Uni Emirat Arab memborong 100 juta amunisi kaliber kecil kepada PT
Pindad (Persero). Saat ini Pindad berencana meningkatkan kapasitas
produksi amunisi untuk memenuhi kebutuhan ekspor.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Kemhan) Laksamana Madya TNI Widodo mengaku, beberapa negara telah memercayakan pembelian peralatan pertahanan ke Indonesia. Seperti Uni Emirat Arab yang memesan 100 juta amunisi kaliber kecil.
Kemudian, kata dia, negara-negara di Timur Tengah yang berencana membeli tank. “Saat ini Pindad belum memungkinkan memenuhi kebutuhan itu, karena harus beli beberapa mesin lagi agar mencapai produksi yang diharapkan. Ini tantangan ke depan,” kata Widodo di Bandung, Selasa (15/8/2017).
Widodo berharap Pindad mampu memproduksi mandiri medium tank dan dijual secara massal pada 2019. Termasuk rencana Pindad memproduksi tank amfibi dan penyempurnaan senjata khusus bawah air.
“Pindad sudah produksi senjata bawah air berpeluru panjang untuk pasukan katak, tapi itu masih perlu penyempurnaan agar nyaman dipakai,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose mengatakan, saat ini pihaknya terus memperkuat kemampuan produksi dengan melakukan penambahan mesin.
Konsep yang dilakukan melalui penyertaan modal negara (PMN) dan strategi partnership. Tahun ini, kata dia, investasi PMN melalui konsep Munisi Kaliber Besar (MKB) dikucurkan Rp135 miliar dan konsep Munisi Kaliber Kecil (MKK) Rp130 miliar.
“Strategi partnership dilakukan melalui sistem BOT (build operate transfer) dan JO (joint operation) agar kebutuhan dalam negeri dan ekspor terpenuhi. Misalnya untuk pengadaan 290 juta butir amunisi per tahun, hanya cukup untuk kebutuhan TNI. Sehingga perlu strategi partnership ini,” ungkapnya.
Sedangkan untuk beberapa produk, Pindad sudah menyatakan kesiapannya. Misalnya tank amfibi dan selesainya prototipe tank boat.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Kemhan) Laksamana Madya TNI Widodo mengaku, beberapa negara telah memercayakan pembelian peralatan pertahanan ke Indonesia. Seperti Uni Emirat Arab yang memesan 100 juta amunisi kaliber kecil.
Kemudian, kata dia, negara-negara di Timur Tengah yang berencana membeli tank. “Saat ini Pindad belum memungkinkan memenuhi kebutuhan itu, karena harus beli beberapa mesin lagi agar mencapai produksi yang diharapkan. Ini tantangan ke depan,” kata Widodo di Bandung, Selasa (15/8/2017).
Widodo berharap Pindad mampu memproduksi mandiri medium tank dan dijual secara massal pada 2019. Termasuk rencana Pindad memproduksi tank amfibi dan penyempurnaan senjata khusus bawah air.
“Pindad sudah produksi senjata bawah air berpeluru panjang untuk pasukan katak, tapi itu masih perlu penyempurnaan agar nyaman dipakai,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose mengatakan, saat ini pihaknya terus memperkuat kemampuan produksi dengan melakukan penambahan mesin.
Konsep yang dilakukan melalui penyertaan modal negara (PMN) dan strategi partnership. Tahun ini, kata dia, investasi PMN melalui konsep Munisi Kaliber Besar (MKB) dikucurkan Rp135 miliar dan konsep Munisi Kaliber Kecil (MKK) Rp130 miliar.
“Strategi partnership dilakukan melalui sistem BOT (build operate transfer) dan JO (joint operation) agar kebutuhan dalam negeri dan ekspor terpenuhi. Misalnya untuk pengadaan 290 juta butir amunisi per tahun, hanya cukup untuk kebutuhan TNI. Sehingga perlu strategi partnership ini,” ungkapnya.
Sedangkan untuk beberapa produk, Pindad sudah menyatakan kesiapannya. Misalnya tank amfibi dan selesainya prototipe tank boat.
Credit sindonews.com