Senin, 10 Oktober 2016

AS tuduh Rusia lakukan serangan siber untuk 'menganggu pemilu AS'





Kejahatan siber
 AS menyebutkan email yang diretas baru-baru ini "konsisten dengan metode dan upaya langsung Rusia". 
 
Pejabat AS menuduh Rusia melakukan serangan siber terhadap organisasi politik dengan tujuan "untuk menganggu pemilu AS".
Sejumlah email yang diretas baru-baru ini "konsisten dengan metode dan motivasi dari upaya langsung Rusia", menurut Departemen Keamanan Dalam Negeri.
Data mengungkapkan pembicaraan di dalam kalangan Partai Demokrat juga diretas pada awal tahun ini.
Sejumlah negara bagian dilaporkan 'menyelidiki' upaya peretasan yang dilakukan terhadap sistem "yang terkait dengan pemilu AS".
Bagaimanapun, pejabat AS mengatakan upaya tersebut tidak secara langsung terkait dengan pemerintah Rusia.
Pejabat Rusia mengatakan kepada kantor berita Interfax, klaim yang menyebutkan mereka terlibat dalam serangan siber merupakan "omong kosong".
 Tetapi sebuah pernyataan bersama dari Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Direktur Intelejen Nasional untuk Keamanan Pemilu mengatakan pejabat tingkat tinggi di Kremlin hampir dipastikan terlibat dalam serangan yang berhasil.
"Kami yakin, berdasarkan pada jangkauan dan sensivitas upaya ini, hanya pejabat paling senior yang dapat memiliki akses terhadap aktivitas ini," jelas dia.
Bagaimanapun, mengalihkan suara aktual atau hasil pemilu akan "sangat sulit" tambah mereka, karena sistem desentralisasi dan pengecek yang berlapis dan seimbang.

Kampanye pemilu

Sejumlah email yang memalukan menjadi sorotan selama kampanye pemilu 2016.

Rusia 
 Pejabat Rusia membantah keterlibatan dalam serangan siber terhadap AS. 
 
Pada Juli lalu, seorang peretas yang menyebut dirinya Guccifer 2.0 mengklaim bertanggung jawab atas penyebaran dokumen dari Partai Demokrat.
Data termasuk email dan dokumen lainnya yang mengungkapkan pekerjaan yang dilakukan di dalam Komite Nasional Demokratik DNC.
Pada tahap awal, banyak pejabat AS terkait dengan upaya menerobos ke Rusia. Pada saat itu, Moskow membantah terlibat dan mencela retorika "anti-Rusia yang beracun".
Bocoran email itu muncul untuk menunjukkan bahwa pejabat Partai Demokrat berlaku bias terhadap Bernie Sanders yang bersaing dengan Clinton pada pemilihan kandidat presiden dari partai itu.
Peretasan itu memicu pengunduran diri ketua DNC Debbie Wasserman Schultz dan menimbulkan protes dalam konvensi nasional di Philadelphia.

ebbie Wasserman Schultz 
 Peretasan itu memicu pengunduran diri ketua DNC Debbie Wasserman Schultz. 
 
Adam Schiff, anggota senior Komite Intelejen DPR mengatakan dia menyambut keputusan untuk menyebut nama Rusia sebagai pelakunya kepada publik.
"Semua dari kita harus sungguh-sungguh peduli ketika sebuah kekuatan asing seperti Rusia berupaya untuk menggerogoti institusi demokratik," kata dia.
Dia menyerukan agar ada bekerja sama dengan "Sekutu Eropa".



Credit  BBC