Kantor
berita Rusia TASS melaporkan bahwa pada pertengahan Oktober 2016, pilot
pesawat pembom taktis Rusia Su-34 melakukan latihan terbang ke
stratosfer, lapisan kedua atmosfer. Pilot melakukan latihan navigasi
penerbangan malam dan pemboman terhadap target di daratan. tass.com
Bomber
Su-34 (NATO menyebutnya Fullback) mampu beroperasi pada siang dan malam
dlam segala cuaca. Pesawat ini dirancang untuk melakukan pemboman
terhadap sasaran di daratan dan menghancurkan kekuatan udara musush.
tass.com
Viktor
Litovkin, seorang pengamat militer, menyebutkan bahwa Su-34 merupakan
mesin perang yang unik, memiliki kemampuan gabungan pesawat tempur,
pesawat serang, dan pesawat pembom garis depan. tass.com
Su-34
dikembangkan dari Su-27 Flanker, namun memliki ciri khas yaitu pilot
duduk berdampingan dan bentuk hidungnya seperti cocor bebek. Bentuk
hidung ini untuk mengurangi cross-section radar pesawat. Bomber garis
depan ini mampu terbang lama dan jauh untuk menjalankan misinya.
tass.com
Bomber
Su-34 mampu membawa rudal udara ke udara jarak jauh R-77, dan jarak
pendek R-73, rudal jelajah udara ke darat Kh-55 dan Kh-59, rudal udara
ke darat jarak pendek Kh 29 dan Kh-25, bom yang dituntun dengan laser
KAB 500, bom pintar supersonik terbaru Rusia, KAB-250. Bomber ini juga
mampu membawa rudal Yakhont, rudal anti kapal, dan Kh-58U, rudal anti
radar. Vadim Savitsky/Russian Defense Ministry's Press Office/TASS
Rusia
mengirim beberapa pesawat tempur dan pesawat pembom dalam operasi
memerangi ISIS di Suriah, yaitu Su-35S, Su-30SM, Su-34, Su-24M, dan
Su-25.
Keberhasilan Su-34 di Suriah meningkatkan minat beberapa negara di Timur
Tengah, Afrika, Asia, dan Amerika Latin, untuk membeli bomber garis
depan ini. Valery Sharifulin/TASS
Credit Tempo.co