Perancang lokal tengah
mengerjakan proyek pecahan peluru dengan sebuah sistem ledakan pintar.
Perangkat ini bisa menciptakan ‘awan logam’ yang dapat menghacurkan
pengintai-pengintai mungil milik musuh dengan satu tembakan.
Amunisi baru ini akan
diadopsi oleh militer Rusia hingga 2020.
Sumber: Vladimir Ivanov / RIA Novosti
Menurut perancang, ia akan terpecah-belah saat mendekati target dan dapat dengan mudah menghancurkan objek sekecil beberapa puluh sentimeter.
“Senjata ini akan dilengkapi dengan sistem peledak pintar jarak jauh — sebuah sekring kecil di dalam perangkat, yang waktu ledakannya bisa diatur oleh komputer, tergantung pada jarak menuju target,” demikian dijelaskan seorang narasumber dari kompleks industri militer pada RBTH.
Hasilnya, pecahan-pecahan proyektil akan membentuk ‘awan logam’, yang serupa dengan pecahan peluru, yang dapat menghancurkan drone taktis unit infanteri yang termekanisasi saat melakukan misi pengintaian jarak dekat.
“Terlalu mahal menembak perangkat semacam itu dengan misil antipesawat, sementara sangat sulit untuk menaklukannya menggunakan senapan karena target bermanuver dengan cepat di udara,” kata Vadim Kozyulin, seorang profesor di Akademi Ilmu Militer, pada RBTH. “Namun kini, kendaraan lapis baja cukup menembak satu proyektil, dan drone itu akan musnah.”
Awalnya, amunisi ini akan dipasang di kendaraan tempur infanteri berbasis platform Armata dan tank pengangkut personel Boomerang, yang menggunakan sistem ‘Baikal’ AU-220M berkaliber 57 mm. Setelah itu, pengembang berencana menciptakan amunisi berkaliber 30 mm bagi tank Rusia yang lebih tua — seluruh modifikasi BMP-2, BMP-3, dan BTR-82.
Seperti yang disampaikan narasumber dari kompleks industri militer pada RBTH, amunisi baru ini akan diadopsi oleh militer Rusia hingga 2020. Ini akan membuat modul otomatis kendaraan lapis baja terbaru bisa memilih tipe serangan yang berbeda saat menembakkan meriam. Kini mereka bisa menggunakan peluru untuk menghancurkan kendaraan lapis baja ringan dan ‘pecahan peluru’ baru untuk target udara.
Credit RBTH Indonesia