Selasa, 25 Oktober 2016

Pesawat Berisi Sejumlah Pejabat Uni Eropa Jatuh di Malta


 
Pesawat Berisi Sejumlah Pejabat Uni Eropa Jatuh di Malta  
Ilustrasi pesawat (Pixabay/albert22278)
 
Jakarta, CB -- Pesawat kecil yang membawa sejumlah pejabat Uni Eropa jatuh hanya sesaat setelah lepas landas di Bandara Internasional Malta, Luqa, bagian selatan Malta pada Senin (24/10) pagi waktu setempat.

Diberitakan media lokal, Times of Malta, pesawat berjenis Twin-prop buatan Swearingen Metroliner itu sebelumnya disewa untuk mengantarkan beberapa pejabat lembaga manajemen perbatasan Uni Eropa, Frontex, menuju Misrata di Libya. Namun, hanya sesaat setelah lepas landas di Bandara Internasional Malta, pesawat nahas itu jatuh sekitar pukul 07.20 pagi dan langsung terbakar.


Menurut sumber, tidak ada seorang pun yang diyakini selamat dari insiden itu. Sejauh ini, laporan menyebutkan telah menemukan lima orang tewas dalam kecelakan pesawat.

Hingga saat ini, belum terdapat laporan soal daftar manifes penumpang maupun identitas lima orang yang sudah dinyatakan tewas itu.

Reuters menyebut bahwa lima korban tewas akibat kecelakaan pesawat disebut berasal dari Perancis.

Saksi mata di lokasi menyatakan bahwa puing pesawat yang terbakar jatuh di ruas jalan di bandara. Beberapa bagian pesawat juga jatuh di dekat barak pasukan militer Malta.

"Saya dengar suara pesawat dan kemudian melihatnya jatuh. Pesawat jatuh kemudian langsung terbakar," ucap salah satu saksi mata.

Rumah Sakit Mater Dei menjadi rumah sakit rujukan penanganan korban kecelakaan pesawat itu.

Dalam sebuah pernyataan, otoritas bandara mengatakan penerbangan dari dan menuju Bandara Internasional Malta untuk sementara dihentikan. Bandara akan ditutup sementara sampai pengumuman lebih lanjut.

Dikutip dari akun Twitter resmi miliknya, Menteri Kesehatan Malta Chris Fearne mengumumkan bagi siapapun yang merasa kesulitan memberikan dan mendapatkan informasi terkait insiden tersebut dapat menghubungi nomor bantuan atau mengunjungi layanan psikologis di fasilitas kesehatan di Paola.






Credit  CNN Indonesia


Pesawat yang Jatuh di Malta Digunakan untuk Misi Pengintaian


Pesawat yang Jatuh di Malta Digunakan untuk Misi Pengintaian 
 Pesawat yang jatuh di Malta digunakan oleh pemerintah Perancis dalam misi pengantaian aktivitas penyelundupan manusia dan narkoba di kawasan Mediterania. (Reuters/Ed De Gaetano via Reuters TV)
 
Jakarta, CB -- Pesawat yang jatuh sesaat setelah lepas landas di Bandara Internasional Malta, Luqa, tengah digunakan dalam misi pengantaian di kawasan Mediterania oleh pemerintah Perancis. Jatuhnya pesawat pada Senin (24/10) menewaskan seluruh lima orang di dalamnya.

Pesawat berjenis Twin-prop buatan Swearingen Metroliner itu jatuh di dekat landasan pacu negara kepulauan itu pada pukul 7.20 pagi waktu setempat. Insiden ini menyebabkan asap mengepul ke langit dan membuat Bandara Internasional Malta tutup selama beberapa jam.

Penerbangan itu bagian dari operasi Perancis yang dilakukan selama lima bulan terakhir untuk melacak aktivitas perdagangan manusia dan penyelundupan obat-obatan, menurut keterangan pemerintah Malta. Para pejabat bandara mengatakan, pesawat itu tengah menuju Misrata di Libya.

"Itu adalah pesawat pengintai yang melaksanakan operasi pengawasa di atas Mediternaia untuk kementerian pertahanan," kata Menteri Pertahanan Perancis, Jean Yves Le Drian, dikutip dari Reuters.

Terdapat dua pejabat kemenhan Perancis dan dua kontraktor swasta di dalam pesawat nahas itu. Le Drian menyatakan bahwa kelima korban tewas merupakan warga negara Perancis.

Pemerintah Malta menyatakan bahwa barang-barang bawaan para korban ditemukan di lokasi kecelakaan. Saat ini, investigasi dilakukan untuk menentukan penyebab jatuhnya pesawat.

"Informasi resmi, potongan rekaman dan saksi mata, semua mengindikasikan dengan jelas bahwa tidak ada ledakan sebelumnya," bunyi pernyataan pemerintah Malta.

Penerbangan itu tergistrasi sebagai penerbangan lokal di Layanan Lalu Lintas Malta dan dijadwalkan kembali ke Malta hanya beberapa jam tanpa mendarat di negara lainnya.

Sumber dari pihak bandara sebelumnya menyatakan bahwa pesawat itu diduga membawa pejabat dari lembaga perbatasan Uni Eropa, Frontex, namun lembaga itu kemudian membantahnya.






Credit  CNN Indonesia