Selasa, 25 Oktober 2016

ABK Indonesia Tewas dalam Sekapan Perompak Somalia

 
ABK Indonesia Tewas dalam Sekapan Perompak Somalia  
Lima orang warga Indonesia termasuk dalam puluhan ABK yang disandera perompak Somalia sejak 2012 lalu, seorang di antara mereka tewas. (AFP Photo/Stringer)
 
Jakarta, CB -- Empat orang anak buah kapal asal Indonesia berhasil dibebaskan setelah disekap selama 4,5 tahun oleh perompak di Somalia. Mereka dibebaskan pada Sabtu akhir pekan lalu setelah melalui perundingan dan negosiasi panjang.

Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi, mengatakan keempat WNI tersebut adalah bagian dari 26 ABK yang diculik dari kapal ikan Taiwan, yang dioperasikan oleh salah satu perusahaan Oman pada tahun 2012 lalu. Selain dari Indonesia, para ABK berasal dari Kamboja, China, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.

Sebenarnya ada 29 ABK dalam kapal itu, namun beberapa di antara mereka tewas dalam penyerangan atau meninggal karena sakit saat disandera. Salah satu yang tewas adalah ABK asal Indonesia.

"Kami telah berhasil membebaskan 4 dari 5 WNI yang disandera. Satu orang WNI meninggal saat proses penyanderaan karena menderita malaria yakni Nasirin asal Cirebon," ucap Retno dalam konferensi pers di Gedung Kemlu, Senin (24/10).

Retno menjelaskan, empat WNI yang berhasil dibebaskan atas nama Sudirman (24) berasal dari Medan, Adi Manurung (24) dari Medan, Elson Pesireron (32) dari Ambon, dan Supardi (34) tahun dari Cirebon.

Keempat WNI itu harus melakukan pemeriksaan kesehatan yang memakan waktu beberapa hari sebelum bisa dipulangkan ke Indonesia. Saat ini, kata Retno, para ABK termasuk empat WNI telah diterbangkan ke Nairobi, Kenya, menggunakan pesawat PBB.

"Proses pelepasan sandera terus dilakukan oleh pihak Kemlu dan BIN bekerja sama dengan negara lain terkait dengan bantuan LSM Internasional dan PBB," kata Retno.

Retno mengatakan selama dua tahun terakhir Kemlu RI terus melakukan koordinasi dengan keluarga ABK di Indonesia. Negosiasinya sendiri berlangsung alot dan panjang, tidak diketahui apakah ada pembayaran tebusan dalam hal ini.

"Pada akhirnya, keselamatan para WNI di luar negeri tetap menjadi prioritas pemerintah Indonesia," tutur Retno menambahkan.

Kapal Naham 3 berbendera Oman yang diawaki para ABK tersebut dibajak pada Maret 2012 di selatan Seychelles.

Penyanderaan terhadap awak Naham 3 ini menjadi kasus terlama kedua yang dilakukan oleh perompak Somalia. Sebelumnya pada Februari 2015, perompak Somalia juga membebaskan empat orang awak kapal FV Prantalay setelah disandera sejak April 2010.

Aksi perompak Somalia menjadi mimpi buruk aktivitas maritim dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, perompak Somalia kerap meminta uang tebusan untuk setiap kapal yang dibajak di lepas pantai Somalia sehingga berimbas pada menurunnya pendapatan dari sektor pariwisata di negara-negara sekitarnya.





Credit  CNN Indonesia


Tiba di Kenya, Tangis Haru ABK Korban Perompak Somalia Pecah


Tiba di Kenya, Tangis Haru ABK Korban Perompak Somalia Pecah  
Sebanyak 26 ABK, empat di antaranya dari Indonesia, dari sebuah kapal berbendera Oman, dibebaskan setelah 4,5 tahun disandera perompak Somalia. (AFP Photo/Stringer)
 
Jakarta, CB -- Sebanyak 26 anak buah kapal, empat di antaranya dari Indonesia, telah tiba di Kenya pada Minggu (23/10) setelah dibebaskan dari sekapan perompak Somalia. Tangis dan senyum bahagia terlihat dari wajah mereka setibanya di Nairobi.

"Saya sangat, sangat bahagia. Benar, sangat-sangat bahagia. Untuk PBB, John [juru runding] dan seluruh dunia, terima kasih," kata seorang ABK yang berhasil dibebaskan, Sudi Ahman, dikutip AFP.

Kelegaan dan kegembiraan tergambar jelas di wajah para ABK yang telah disandera selama 4,5 tahun di Somalia. Mereka saling memeluk, tangisan tidak mampu ditahan, saat puluhan ABK mendaratkan kaki di Bandara Internasional Jomo Kenyatta di Nairobi, Kenya.

John Steed, juru runding dari lembaga Hostage Support Partners (HSP) yang membantu pembebasan para ABK menyambangi kota Galkayo untuk menjemput para ABK dari kapal berbendera Oman, Naham 3, itu. Tidak disebutkan apakah pembebasan itu melibatkan pembayaran tebusan atau tidak.

"Kami telah mengupayakan pembebasan mereka selama 4,5 tahun. Menyenangkan bisa membawa mereka pulang dan menyerahkan mereka ke kedutaan besar dan keluarga mereka," kata Steed.
Para ABK kapal Oman dibebaskan dari tangan perompak Somalia. (AFP/Stringer) 
Para ABK kapal Oman dibebaskan dari tangan perompak Somalia. (AFP/Stringer)
 
Steed merupakan purnawirawan kolonel angkatan bersenjata Inggris yang terlibat dalam banyak upaya pembebasan "sandera yang terlupakan", yaitu para nelayan tanpa asuransi yang kebanyakan dalam sekapan perompak untuk waktu yang lama.

Kapal Naham 3 dibajak pada Maret 2012 di selatan Seychelles. Awalnya ada 29 orang yang disandera, namun seorang tewas dalam penyerangan perompak, dan dua lainnya meninggal dunia akibat sakit dalam penyekapan.

"Kami berhasil membebaskan mereka dengan bantuan pada tetua, komunitas agama dan pemimpin lokal serta pemerintah regional yang semuanya terlibat dalam mendesak agar perompak membebaskan sandera," kata Steed.

Para ABK berasal dari Indonesia, China, Filipina, Kamboja dan Taiwan. Mereka adalah sandera terlama kedua yang dibebaskan oleh perompak Somalia. Seorang warga Thailand yang dibebaskan Februari lalu merupakan sandera ABK paling lama yang disandera, hampir lima tahun lamanya dalam sekapan perompak Somalia.

Steed mengatakan para ABK dalam keadaan kurang gizi, seorang di antara mereka memiliki luka bekas tembakan peluru di kakinya, seorang mengalami stroke, sedangkan satu lainnya menderita diabetes.

Januari 2011 merupakan puncak dari jumlah pembajakan oleh perompak Somalia. Saat itu, sebanyak 32 kapal dibajak dan 736 orang disandera. Menurut Steed, saat ini masih ada 10 ABK Iran dan tiga dari Kenya yang masih disandera perompak Somalia, seorang di antaranya adalah wanita yang menderita sakit parah dan kelumpuhan.






Credit  CNN Indonesia