Kepala
Badan Meteorologi Jepang Sadayuki Kitagawa, menunjukan peta lokasi
gunung meletus di pulau Kuchinoerabujima, Jepang, 29 Mei 2015.
REUTERS/Thomas Peter
Nishinoshima hanya merupakan gugusan bebatuan yang timbul di tengah Samudra Pasifik hingga dua tahun lalu, ketika letusan spektakuler terjadi dan memuntahkan lava dan abu vulkanik, memperluas ukurannya hingga 12 kali lipat.
Rekaman udara pulau yang terletak 1.000 kilometer (km) di selatan Tokyo tersebut, menunjukkan bentuk kerucut di tengah pulau yang dikelilingi vegetasi di sekitarnya.
Para peneliti dari Kementerian Lingkungan Hidup Jepang yang berenang dari sebuah perahu kecil dalam jarak terdekatnya untuk meminimalisasi kontaminasi biologis, adalah orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di pulau tersebut pada 20 Oktober lalu.
Mereka mengumpulkan batu, tanaman, dan sampel serangga serta mengamati kolonisasi pertama pulau oleh gannet bertopeng (sejenis burung laut besar).
Pada 2013, letusan yang terjadi di sebelah Nishinoshima yang merupakan sebuah gugusan bebatuan dengan panjang hampir 650 meter dan lebar 200 meter menelan gugusan itu dan tumbuh menjadi 2,7 kilometer persegi, melebihi negara-kota Monako.
Selain penelitian ekologi, tim berharap untuk mengumpulkan sampel dari lava dan abu vulkanik untuk mempelajari lebih lanjut tentang proses pertumbuhan dari sebuah pulau vulkanik.
Mereka juga memasang pengamat aktivitas seismik di sekitar pulau tak berpenghuni itu.
Mempelajari gunung berapi merupakan prioritas tinggi bagi Jepang yang terletak di "Ring of Fire" yang berbentuk tapal kuda dari jalur patahan dan gunung berapi di sekitar Samudra Pasifik, demikian Reuters melaporkan.
Credit TEMPO.CO