Kamis, 27 Oktober 2016

Produsen Jet Tempur Berebut Tender Rp156 Triliun dari India

 
Produsen Jet Tempur Berebut Tender Rp156 Triliun dari India  
India membuka tender global untuk pengadaan ratusan jet tempur baru, yang langsung menjadi rebutan produsen-produsen senjata kelas dunia. (Reuters/Vijay Mathur)
 
Jakarta, CB -- Produsen-produsen jet tempur dari seluruh dunia berebut proyek pengadaan armada udara baru India yang nilainya fantastis. Namun ada satu syarat yang memberatkan perusahaan-perusahaan tersebut, yaitu proses produksi yang sebagiannya harus dilakukan di dalam negeri.

Ben Moores, ahli pertahanan dan penerbangan di lembaga IHS Jane's mengatakan India telah menyebarkan pengumuman tender ke beberapa perusahaan senjata di seluruh dunia. Menurut Moores, nilai tender tersebut mencapai US$12 miliar atau lebih dari Rp156 triliun.

"India siap membayar US$56 hingga US$80 juta per pesawat untuk 150 jet tempur," kata Moores, dikutip dari CNN, Selasa (25/10).

Namun Perdana Menteri India Narendra Modi menginginkan sebagian produksi dilakukan di dalam negeri, sebagai bagian dari program "Make in India". Syarat ini dianggap ganjalan bagi mulusnya proses tender pengadaan senjata.

Syarat inilah yang membuat perusahaan jet tempur Perancis, Dassault, harus melalui negosiasi panjang dengan India untuk pembelian 126 jet tempur Rafale. Akhirnya, Dassault hanya menyanggupi pengadaan 36 jet tempur karena harus melibatkan unsur dalam negeri dalam produksinya.

Produsen jet dari Swedia, Saab, mengaku siap memenuhi persyaratan India tersebut dalam tender kali ini.

"Kami siap memberikan solusi di bawah program 'Make in India'," kata juru bicara Saab, Sebastian Carlsson, yang mengaku telah menerima surat tender dari pemerintah India.

Carlsson mengatakan perusahaannya telah berhasil mengirim jet tempur Gripen ke Brasil. Dalam kerja sama dengan Brasil, Saab mentransfer teknologi ke perusahaan lokal termasuk memberi pelatihan kepada para teknisi dalam negeri. Cetak biru kerja sama ini juga bisa diterapkan dengan India.

"Itu adalah contoh cara kami berbisnis," kata Carlsson.

Perusahaan senjata Lockheed Martin malah lebih agresif lagi berebut tender ini. Perusahaan asal Amerika Serikat ini mengaku siap menjadikan India sebagai pabrik global pembuatan jet tempur F-16.

"Produksi F-16 di India akan menjadikan negara itu sebagai fasilitas pembuat F-16 satu-satunya di dunia. Tidak ada pesaing kami yang bisa menawarkan hal itu," kata Abhay Paranjape, direktur pengembakan bisnis Lockheed di India.

Modernisasi persenjataan India menjadi salah satu program unggulan Modi, terutama karena negara itu tengah bersitegang dengan tetangganya, Pakistan. Kedua negara pemilik senjata nuklir ini terlibat seteru berdarah di Kashmir, wilayah sengketa sejak puluhan tahun.





Credit  CNN Indonesia