Direktur rumah sakit Aleppo mengatakan, tiga lusin warga sipil, termasuk tentara, menderita sesak napas diduga karena serangan gas dari kubu pemberontak. Meski demikian, tidak ada laporan kematian dari kasus tersebut.
Observatorium Suriah untuk HAM yang berbasis di Inggris, mengonfirmasi sejumlah pasukan pemerintah jatuh lemas di dua daerah serangan. Namun belum diketahui apakah gas klorin adalah penyebabnya.
Di sisi lain, kelompok pemberontak menyatakan tentara Suriah melepaskan gas klorin di Rasyidin Distrik. Bahkan mereka berani menunjukkan rekaman video yang menunjukkan korban dari pihak mereka yang mengalami masalah pernapasan.
Aleppo, kota perang terbesar Suriah, telah menjadi panggung utama konflik antara Presiden Bashar al-Assad yang didukung Iran, Rusia dan milisi syiah dengan pemberontak suni yang didukung Turki, Teluk monarki dan Amerika Serikat.
Kota ini selama bertahun-tahun telah terbagi antara sektor barat yang dikuasai pemerintah dan sektor timur yang dikuasai pemberontak. Tentara Pemerintah Suriah dan sekutu-sekutunya mengepung dan meluncurkan serangan ofensif terhadap oposisi sejak September lalu dan telah menewaskan ratusan orang.
Observatorium Suriah untuk HAM mengatakan setidaknya 38 orang termasuk 14 anak-anak tewas dalam baku tembak di wilayah yang dikuasai pemerintah di Aleppo dalam 48 jam terakhir.
Salah satu anggota aliansi pemberontak, Jaish al Fateh, mengatakan mereka sekarang pindah ke serangan tahap kedua setelah menguasai beberapa daerah. Mereka meminta warga yang tinggal di daerah yang dikuasai pemerintah di Aleppo Barat untuk tinggal di dalam rumah atau di tempat penampungan bawah tanah karena adanya serangan itu.
Credit REPUBLIKA.CO.ID