Kamis, 27 Oktober 2016

Ketegangan Meningkat, NATO Tambah Pasukan di Perbatasan Rusia

 
Ketegangan Meningkat, NATO Tambah Pasukan di Perbatasan Rusia  
NATO mendesak negara sekutu meningkatkan kontribusi militer di sekitar perbatasan Rusia guna membendung kekuatan Moskow di kawasan. (Reuters/Ints Kalnins)
 
Jakarta, CB -- Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO, mendesak negara sekutu meningkatkan kontribusi militer di sekitar perbatasan Rusia guna membendung kekuatan Moskow di kawasan. Desakan ini diluncurkan NATO seiring meningkatnya ketegangan antara Barat dan Rusia terkait Krisis Crimea dan konflik Suriah.

Peningkatan pasukan NATO di perbatasan Rusia dianggap penting menyusul keputusan Rusia untuk mengirimkan kapal induknya ke perairan Eropa untuk menuju Suriah. Menteri pertahanan negara sekutu NATO pun berencana mengirimkan pasukan ke wilayah Baltik dan timur Polandia pada awal 2017, untuk mencegah adanya potensi ancaman.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menyatakan peningkatan kontribusi militer negara sekutu dilakukan sebagai salah satu komitmen ikatan pertahanan negara transatlantik. Selain itu, hal ini juga berguna untuk menjaga kepentingan dan keamanan negara-negara NATO dalam mencegah timbulnya konflik di kawasan.

"(Peningkatan kontribusi militer) ini merupakan pencegahan kredibel. Bukan untuk memprovokasi tapi justru mencegah terjadinya konflik," ujar Stoltenberg seperti dikutip Reuters, Selasa (25/10).

Amerika Serikat sebagai anggota NATO juga berharap dapat mengikatkan komitmennya bersama negara Eropa lain untuk menambah sekitar 4.000 tentara yang akan ditempatkan di empat kelompok tempur. Langkah ini merupakan bagian dari respons tegas NATO terhadap aneksasi Crimea oleh Rusia pada 2014 lalu dan pencegahan hal serupa terjadi pada negara eks-Soviet lainnya.

Negara seperti Perancis, Denmark, dan Italia juga diharapkan bersedia bergabung dengan empat kelompok tempur yang dipimpin AS, Jerman, Inggris, dan Kanada. Keempat kelompok ini akan mengerahkan pasukan militer ke wilayah Eropa Timur seperti Polandia, Lithuania, Estonia, dan Latvia.

Keempat kelompok tempur akan didukung oleh sekitar 40 ribu pasukan cepat tanggap NATO yang dapat dirotasi ke negara Baltik dan Polandia untuk menangani berbagai potensi konflik dengan cepat.

Peningkatan kontribusi militer ini merupakan bagian dari strategi pencegahan baru yang diharapkan dapat dikombinasikan dengan pasukan patroli udara, pertahanan rudal, dan pertahanan terhadap serangan siber.

NATO juga berharap, negara seperti Bulgaria, Romania, dan Turki dapat turut segera meningkatkan patroli angkatan laut dan udara bersama di kawasan, walaupun strategi peningkatan militer NATO di Laut Hitam masih terhambat akibat adanya kehadiran militer Moskow di sana.

Ketegangan antara Negara Barat dan Rusia meningkat sejak Crimea dianeksasi Rusia. Hubungan keduanya terus memburuk sejak Rusia membantu pasukan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad memerangi pemberontak, terutama di Aleppo dalam beberapa bulan terakhir. Pasalnya, AS mendukung kelompok pemberontak untuk membantu menggulingkan Assad.

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah AS juga menuding Rusia berada di balik serangkaian serangan siber yang menimpa pejabat Partai Demokrat AS. AS menuduh Rusia berupaya mempengaruhi pemilu presiden AS, yang akan digelar pada 8 November mendatang.




Credit  CNN Indonesia